Terpaksa menggantikan sang kakak untuk menikahi pria yang tidak diinginkan kakaknya. Menjalani pernikahan lebih dari 3 tahun, pernikahan yang terasa hambar, tidak pernah disentuh dan selalu mendapatkan perlakuan yang sangat dingin.
Bagaimana mungkin pasangan suami istri yang hidup satu atap dan tidak pernah berkomunikasi satu sama lain. Berbicara hanya sekedar saja dan bahkan tidak saling menyapa
Pada akhirnya Vanisa menyerah dalam pernikahannya yang merasa diabaikan yang membuatnya mengajukan permohonan perceraian.
Tetapi justru menjelang perceraian, keduanya malah semakin dekat.
Apakah setelah bertahun-tahun menikah dan pada akhirnya pasangan itu memutuskan untuk berpisah atau justru saling memperbaiki satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13 Tidak Menemukan.
Setelah adegan romantis yang sesingkat itu mampu membuat keduanya salah tingkah yang terlihat Vanisa memperbaiki rambutnya yang padahal tidak berantakan dan Arvin yang sejak tadi mengatur nafas. Jantungnya seketika cukup tidak aman.
Keduanya tidak saling berbicara masih sibuk dengan salah tingkah masing-masing yang saling menghindari tatapan masing-masing.
"Ini!" Arvin memberikan alat pendengar itu untuk menutupi rasa gugupnya. Vanisa langsung mengambilnya dengan cepat dan memakainya.
"Mama sudah pulang dan dia meminta maaf atas apa yang sudah dia lakukan," ucap Arvin.
Vanisa menoleh ke arah Arvin, ekspresi wajahnya seakan tidak percaya jika Sarah mengatakan hal itu. Mungkin seumur hidup Vanisa tidak pernah mendengarkan maaf dari Sarah.
"Kenapa? Apa kamu merasa kurang puas dan harus menunggu kata maaf langsung?" tanya Arvin. Vanisa menggelengkan kepala.
"Jadi jangan lagi memikirkan apa yang dikatakan Mama atau apa yang telah dia lakukan," ucap Arvin. Vanisa tidak merespon menggeleng atau menggangguk.
"Kamu terluka?" tanya Arvin yang melihat pipi Vanisa dan tampak memerah. Arvin yang ingin memeriksanya sampai tangannya ingin memegang pipi itu dan belum sampai Vanisa sudah menjauhkan wajahnya.
"Mungkin tidak sengaja dilakukan," ucap Arvin.
Sejak tadi dia sepertinya berusaha agar Vanisa tidak terlalu memikirkan tindakan Sarah.
"Kamu istirahat. Nanti malam kita akan memenuhi undangan dari Mama," ucap Arvin yang turun dari ranjang dan sejak tadi Vanisa tidak mengatakan apa-apa.
Arvin tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung keluar dari kamar Vanisa yang membuat Vanisa tanpa membuang nafas begitu banyak. Dia juga tiba-tiba saja memegang dadanya yang masih berdebar dengan kencang.
Entah kenapa dia merasa sangat aneh sekali dengan Arvin akhir-akhir ini dan memang Arvin sangat boros bicara semenjak dia bisu
***
Untuk memenuhi kewajiban dan daripada dimarahi. Vanisa untuk pertama kali keluar dari rumah setelah sakit hampir 1 bulan yang mengalami stroke ringan dan melakukan pengobatan di rumah.
Vanisa hari ini mengikuti makan malam bersama dengan keluarga besar Arvin dan juga ada kedua orang tuanya di sana.
Vanisa yang sudah tampil cantik menggunakan dress berwarna hitam yang dibawakan Sarah. Dress sepanjang mata kaki itu sangat cocok di tubuhnya dengan selebar 2 jari. Vanisa benar-benar sangat cantik dan anggun dengan gaun tersebut.
Tidak lupa dia juga memakai alat pendengarnya dan rambutnya yang digerai yang hanya diikat diambil dari sisi kiri dan sisi kanan diikat di tengah sedikit dan alat pendengar itu juga tidak terlihat karena tertutup dan anak rambutnya.
Vanisa hari ini cukup sangat gugup, karena bagaimana tidak. Ini pertama kali dia bertemu dengan keluarga besar Arvin dan waktu itu mereka hanya bertemu di saat hari pernikahannya dan satupun dari keluarga itu tidak ada yang menyapanya atau memberikan ucapan selamat.
Karena yang mereka ketahui pengantin Arvin adalah Angela dan dia hanya sebagai pengganti saja.
Tok-tok-tok-tok.
Pintu kamar yang diketuk membuat Vanisa menoleh dan siapa lagi jika bukan Arvin.
"Sudah selesai?" tanya Arvin.
Vanisa menganggukkan kepala.
"Kalau begitu ayo!" ajak Arvin.
Vanisa menganggukan kepala. Vanisa yang berjalan menyusul suaminya dengan membawa tas hitam kecilnya dan juga ponselnya.
Akhirnya Vanisa dan Arvin yang sudah berada di luar. Tampak ada mobil Arvin dan juga taksi di dekat mobil itu.
Arvin membukakan pintu taksi yang membuat Vanisa heran.
"Kamu kerumah duluan. Aku harus ke perusahaan sebentar untuk menandatangani dokumen. Klienku akan melakukan penerbangan besok pagi dan hanya Malam ini aku bisa menandatangani berkas-berkas itu. Aku akan menyusul secepatnya dan sampaikan kepada mereka kalau aku terlambat sedikit," ucap Arvin.
Vanisa menganggukkan kepala. Kemudian sedikit menunduk dan memasuki Taxi. Arvin memastikan istrinya sudah pergi dan kemudian buru-buru memasuki mobilnya yang memang tidak bisa berangkat bersama dengan Vanisa karena ada hal yang mendadak.
"Apa harus semua hari ini di kerjakan," gumam Arvin yang sepertinya juga tidak semangat.
******
Kediaman di rumah Arvin.
Keluarga Arvin yang sudah berkumpul, bukan hanya ada kedua orang tuanya tetapi juga ada kerabatnya yang memang rumah itu sangat ramai sekali, sofa yang dipenuhi oleh pria tua yang sedang mengobrol dan juga ada kumpulan ibu-ibu sosialita dengan obrolan mereka di sofa yang lain sembari tertawa-tawa.
Ini memang tradisi di keluarga Arvin yang setiap tahunnya akan ada pertemuan keluarga seperti ini dan untuk pertama kali Vanisa diajak meski sudah menikah 3 tahun dengan Arvin dan selama 2 tahun sebelumnya tidak pernah diajak dan orang tua Vanisa juga di undang.
Bukan hanya para orang tua yang ada di sana, ada juga terlihat anak remaja dan dan juga beberapa anak kecil yang di atas usia Mahira dan Mahira memang yang paling kecil. Mereka tak lain adalah sepupu-sepupu Arvin dan Mohan.
"Oom!" suasana itu teralihkan ketika Mahira yang sejak tadi asik bermain bola dengan teman di atas usianya langsung berdiri berlari menghampiri Arvin.
Arvin tersenyum yang langsung berjongkok menyambut anak yang lucu itu dan langsung menggendongnya.
"Maaf aku terlambat!" ucap Arvin menundukkan kepala pada orang-orang yang ada di sana.
"Kamu sendirian Arvin. Di mana Vanisa?" tanya Mitha.
"Benar Arvin. Bukankah kamu akan datang berdua dengan Vanisa. Apa Kamu sengaja tidak mengajaknya?" tanya Sarah dengan ekspresi wajahnya yang mulai kesal.
"Jika Arvin tidak mengajak Vanisa, maka jangan salahkan dia dan juga jangan menyalahkan saya, karena saya sudah jelas mengundangnya," sahut Lara.
Ada keterpaksaan memang dia mengundang Vanisa dan dia juga terlihat senang jika Vanisa tidak hadir. Sarah semakin kesal dengan tingkah keluarga itu yang memang tidak peduli pada anaknya.
"Bukankah seharusnya Vanisa sudah datang?" Arvin kembali bertanya yang membuat semua orang bengong dengan saling melihat.
"Apa maksud kamu?" tanya Sarah.
"Aku bertemu dengan klien sebentar dan Vanisa seharusnya sudah sampai setengah jam yang lalu. Di mana dia?" Arvin balik bertanya membuat semua orang bingung.
"Tapi Vanisa sejak tadi belum datang," sahut Mitha.
"Apa!" pekik Arvin.
"Benar Arvin dan kamu bisa lihat sendiri bahwa dia tidak ada di sini," tambah Mohan.
Mata Arvin berkeliling dan melihat satu persatu orang di sana dan memang tidak menemukan di mana istrinya.
"Huhhhh, lihatlah diberi kesempatan untuk hadir di acara seperti ini dan malah tidak datang dan entah kemana perginya. Nanti saya yang dikira terlalu kejam dan ternyata memang anak itu tidak tahu diri sejak awal," sindir Lara.
"Tolong jaga sedikit bicara Anda. Vanisa tidak mungkin mengabaikan acara seperti ini!" tegas Sarah.
"Buktinya sekarang dia tidak memunculkan diri," sahut Lara.
Arvin yang tidak punya waktu untuk mendengarkan keributan orang-orang yang ada di sana. Akhirnya Arvin langsung pergi.
"Anak itu ke mana lagi. Apa yang dia lakukan," umpat Sarah yang benar-benar kesal dengan Vanisa yang sudah menghilangkan kesempatan begitu besar.
Sementara Vanisa yang berlari sangat kencang di jalanan yang sepi dan tidak ada siapa-siapa. Dengan nafas ngos-ngosan dia terus bolak-balik menoleh ke belakang yang melihat seorang pria bertopi dengan memakai topeng yang berjalan dengan langkah yang lebar mengikuti di belakangnya.
Walau pria itu tidak berlari tetapi jaraknya sangat dekat, Vanisa yang sejak tadi berlari begitu kencang dengan heels yang cukup tinggi yang sebenarnya sangat menyulitkannya.
Bersambung......
apa motifnya hingga vanisa yg di culik?
jd makin penasaran aku
ketegasan dari Vanisa 👍👍
ternyata vanisa sdh mendengar dan bisa bicara
skrng jg anggela sdh datang sdh saatnya km pergi jauh, sekalian km berobat biar km bisa ngomong lg dan buktiin km busa sukses