Alzahro adalah pria miskin dan hanya bekerja serabutan. Awalnya pernikahan itu terjadi karena kecelakaan kecil, ya itu Saat Genisa hendak menikah, tunangan Genisa kabur di hari pernikahannya. kebetulan Alzahro sedang lewat ia pun di tarik oleh Genisa sebagai pengganti pengantin pria.
Selama hidupnya di rumah keluarga Genisa, ia tidak pernah di anggap sebagai keluarga, melainkan seorang pembantu di rumah itu, tapi meskipun Genisa tidak mencintainya, Genisa juga tidak membencinya. Hanya Genisa yang baik padanya di rumah itu.
Berkali-kali Ibu Genisa minta Alzahro bercerai dengan Genisa, tapi Alzahro selalu menolaknya, hingga akhirnya Ibu mertuanya itu pun melakukan sesuatu padanya, memukulnya dengan kayu hingga ia sekarat.
Di saat ia sekarat, ia mendapatkan sebuah berkah, yaitu sistem yang mengubah hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Rumah baru.
......❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️......
Genisa tersentak kaget mendengar teriakan Alzahro yang tiba-tiba. Jantungnya berdebar kencang. "Mas, ada apa sih?" tanyanya, alisnya bertaut khawatir sambil memegang dadanya.
Alzahro yang tersadar dengan ucapan istrinya kembali ke tenang.
"Tidak apa-apa, Sayang. Ayo kita lanjutkan perjalanan," jawabnya, suaranya yang berubah lembut.
Mobil kembali melaju di jalan yang ramai. Dari layar navigasi, Alzahro melihat alamat yang dicarinya: sebuah rumah mewah di Jalan Anggrek.
Ia melirik Genisa sekilas, lalu berkata, "Sayang, kamu tahu Jalan Anggrek, kan?" Tanya Alzahro. Suaranya terdengar serius kali ini, menimbulkan rasa penasaran pada Genisa.
"Oh, tahu. Kenapa memangnya, Mas?" tanya Genisa sambil menekuk alisnya, ia semakin penasarannya.
Alzahro tersenyum misterius. "Kita ke sana saja, Sayang. Ada rumah yang ingin kita kunjungi," jawabnya, meninggalkan Genisa semakin bertanya-tanya.
"Rumah siapa, Mas? Ceritakan saja," desak Genisa, keinginannya untuk tahu semakin menjadi-jadi.
Alzahro tertawa kecil, menikmati reaksi istrinya. "Rahasia, Sayang. Yang penting kita sampai di sana dulu," katanya, sengaja menggantung rasa penasaran Genisa.
Genisa, meskipun sedikit kesal dengan sikap Alzahro, menunjukkan arah ke alamat tujuan di GPS mobil. Perjalanan selama tiga puluh menit terasa panjang karena rasa penasaran yang menggebu. Akhirnya, mereka tiba di lokasi.
Alzahro memperlambat laju mobil, matanya mengamati setiap rumah di sepanjang jalan, mencari rumah yang menjadi tujuan sebenarnya. Ia mencari-cari rumah yang dimaksud.
Genisa ikut mengamati, rasa penasarannya semakin menjadi-jadi. Rumah-rumah di sepanjang jalan berlalu silih berganti, hingga akhirnya Alzahro menemukannya: sebuah rumah mewah dua lantai yang sangat mirip dengan gambar di sistem navigasinya. Ia mengerem mobil di depan rumah tersebut.
"Benarkah ini rumahku?" gumam Alzahro dalam hati, ragu dan takut bercampur aduk. Ia takut salah mengira, takut memasuki rumah orang lain. Namun, ia membandingkan kembali gambar di sistem navigasi dengan rumah di depannya. Identik. Sama persis.
Alzahro menarik nafas, Ia mengumpulkan keberanian. "Ayo, Sayang, kita keluar," ajaknya pada Genisa.
"Mas, kamu yakin kita ke sini?" tanya Genisa, suaranya bergetar karena khawatir. Rumah itu tampak sangat mewah, megah dan mengintimidasi. ia takut di laporan polisi dan tuduhan pencurian.
"Iya, aku yakin," jawab Alzahro, mencoba meyakinkan Genisa sambil membuka pintu mobil dan melangkah keluar.
Mereka melangkah menuju pintu utama, langkah kaki mereka terhenti di depan pintu utama yang besar dan mewah di ukir dengan ukiran cantik. Tiba-tiba, sebuah sensor hologram muncul, memindai tubuh mereka. Cahaya biru menyinari tubuh mereka.
Genisa panik. Ia langsung menarik tangan Alzahro. "Mas, cepat! Kita harus pergi! Kita sudah terdeteksi! Identitas kita akan diburu!" Ia mencoba menarik Alzahro menjauh, rasa takut yang luar biasa menguasainya.
Namun, Alzahro menahan tangan Genisa, menahannya agar tidak lari. Tatapannya tertuju pada sensor hologram, menunggu reaksi selanjutnya.
Layar hologram menampilkan pesan singkat:
[Pemilik rumah terdeteksi]
[Nama: Alzahro, silakan masukkan sidik jari Anda untuk mengakses masuk ke dalam rumah]
Genisa tercengang. Ia tak menyangka sistem keamanan rumah ini begitu canggih.
Alzahro, dengan sedikit ragu-ragu meletakkan ibu jarinya pada sensor hologram. Sensor itu memindai sidik jarinya dengan teliti.
[Sidik jari Anda sudah terdaftar]
Layar hologram menampilkan pesan berikutnya:
[Nama: Genisa, silakan masukkan sidik jari Anda untuk mengakses masuk ke dalam rumah]
Genisa semakin bingung. Ia masih belum sepenuhnya memahami situasi ini.
"Ayo, cepat masukkan sidik jarimu," pinta Alzahro untuk menyadarkan istrinya dari kebingungannya.
Genisa masih bingung. "Eh, ini maksudnya apa, Mas?" tanyanya, kebingungan tergambar jelas di wajahnya.
Alzahro menjelaskan dengan sabar, "Ini rumah kita, Sayang. Sistem keamanan rumah ini canggih. Kita harus memasukkan sidik jari untuk akses masuk. Ini untuk keamanan, agar tidak ada pencuri yang bisa masuk." Penjelasan Alzahro sedikit melegakan Genisa.
"Kamu yakin ini rumah kita? Bukan rumah orang lain?" tanya Genisa, alisnya bertaut ragu. Rumah itu begitu mewah, melampaui imajinasinya. Sulit baginya untuk percaya bahwa Alzahro memiliki rumah semewah ini.
Alzahro tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana. "Iya, Sayang, ini rumah kita! Ayo cepat scan sidik jarimu sebelum hologramnya marah!" Ia bercanda, namun tetap menjaga nada serius agar Genisa tak terlalu cemas.
Genisa, masih setengah tak percaya, menempatkan sidik jarinya pada sensor hologram. Setelah sensor memindai sidik jarinya, ia menarik kembali tangannya, menunggu konfirmasi. Sejenak kemudian, layar hologram menampilkan pesan:
[Sidik jari Anda sudah terdaftar]
pintu otomatis terbuka lebar, mengungkapkan interior rumah yang megah dan berkilau. Genisa dan Alzahro tertegun, mulut mereka menganga tak percaya. Kemewahan rumah itu sungguh di luar bayangan mereka.
"Ya ampun... ini beneran rumahku?" gumam Alzahro, suaranya pelan tak percaya.
Karena Selama ini ia hidup sederhana, tinggal di gubuk sederhana. Mendapatkan rumah semewah ini terasa seperti mimpi. Kejutan ini begitu besar, begitu tak terduga. Ia menatap sekeliling, mencoba mencerna kenyataan yang ada di hadapannya.
Rumah ini bukan hanya mewah, tapi juga terasa sangat pribadi dan hangat. Ini adalah awal dari kehidupan baru mereka, di rumah impian yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.
"Mas, ternyata... Kamu orang kaya ya? Kenapa selama ini kamu berpura-pura menjadi orang susah?" tanya Genisa menutup mulutnya melihat rumah yang super mewah tersebut.
"He he he, aku juga nggak menyangka jika punya rumah semewah ini," jawab Alzahro sambil menggaruk kepalanya yang tidak.gatal itu.
Jangan lupa like, vote, komen, subscribe dan hadiah ya gaes 🥰
......❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️......