NovelToon NovelToon
SANG TERPILIH

SANG TERPILIH

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aludra08

Hiera seorang gadis yang selalu mendapat perundungunan, baik di kampus maupun di keluarga sendiri.
suatu malam dia disiksa ibu tiri dan keluarganya hingga meregang nyawa, tubuhnya pun dibuang ke sebuah jurang.
Hiera nyaris mati, namun sesuatu yang tak terduga terjadi dan memberinya kesempatan kedua.
apakah Hiera mampu bangkit dan membalas orang orang yang telah menyakitinya?
yuk ikuti kisahnya dalam cerita SANG TERPILIH.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aludra08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

05

Jurang di tepi laut Nefaria seolah tak berdasar. Tubuh Hiera melayang laksana daun kering yang jatuh dari pohon.

"JBUURRRRR!"

Tubuh gadis itu menghantam air laut yang begitu dingin. Hantaman tubuhnya yang sangat kuat pada air membuat gadis itu tersadar dari pingsan. Tubuhnya serasa dihujami ribuan jarum saat tubuhnya membentur air laut.

Hiera sangat kaget begitu dia sadar tubuhnya berada di tengah laut. Ombak yang datang bergulung gulung menelan dan menghempaskan tubuhnya.

Berulang dia terbatuk karena menelan air asin itu. Hiera berusaha berenang menggapai tepian karang. Tangannya mencengkram erat bebatuan yang berhasil dia gapai. Rasa dingin begitu menusuk tulang, membuat badan Hiera bergetar hebat. Hiera berusaha memanjati batu batu karang itu, namun tubuhnya sangat lemah. Dia kembali memuntahkan seteguk darah. Entah racun apa yang Margareth berikan padanya, efek racun ini sepertinya menyiksa dan membunuh pelan pelan.

Hiera kembali berusaha menapakkan kakinya pada batu batu karang yang tajam dan terjal itu. Dia mengerahkan seluruh kekuatannya. Namun tubuhnya yang sangat lemah tidak bisa menjaga keseimbangan, hingga akhirnya dia jatuh terpeleset kembali ke dalam laut.

"Jbuuur!"

"Sreet! Kreek!'

"Aaaaaaaaagrrh!"

Hiera melenguh panjang dengan suara teredam air laut, saat kaki kirinya tergores terumbu karang dan terjepit di sana dengan bunyi tulang yang patah. Dia kembali menelan air laut.

Kaki Hiera terjepit diantara bebatuan di dalam laut itu, dia berusaha menarik kakinya melepaskannya dari bebatuan itu. Namun itu sangat sulit. Kakinya sangat sakit, darah segar mengalir dari kakinya itu.

"Ya Tuhan apa aku harus mati di tempat ini?" Bisik hati Hiera lirih.

Tubuhnya sudah sangat lemah dan kaku, dia sudah tidak mampu melawan laut. Air laut sudah memenuhi rongga dadanya.

Gerakan badan Hiera semakin melemah dan melemah.

Mata Hiera terbuka, menatap sedih air laut kelam yang menelannya. Inilah akhir hidupnya.

"Maafkan aku ibu, ..." Bisik hatinya sedih.

Pandangan matanya makin memburam, semakin gelap dan gelap. Tubuh Hiera sudah tidak bergerak lagi.

Seekor ikan raksasa dengan rupa yang sangat menyeramkan mendekati tempat dimana tubuh Hiera berada. Rupanya darah segar yang mengalir dari kaki gadis itu mengundang perhatian ikan buas itu.

Perlahan ikan raksasa itu menghampiri tubuh Hiera dan dia melahap tubuh gadis itu seolah tubuh itu hanyalah seekor udang kecil saja.

***

Hujan badai menerjang kota Tidaria. Angin kencang memporak porandakan keindahan kota itu. Dahan dahan pohon banyak yang tumbang dan berserakan di jalan jalan. Atap atap rumah pun banyak yang beterbangan. Air laut pun ikut pasang, ombak datang bergulung gulung menerjang jalan. Sungguh suasana yang sangat mencekam.

Orang orang melihat cuaca buruk dengan hati menciut. Tidak ada yang berani keluar dari rumah mereka.

Para pengemudi kendaraan yang terjebak badai semuanya merasa cemas dan terancam, pohon pohon tumbang menghalangi jalan hingga menimbulkan kemacetan panjang.

Suara petir menggelegar, kilatnya menyambar sebuah dahan pohon hingga tumbang dan menimpa sebuah kendaraan. Jerit ketakutan dan kesakitan terdengar dari dalam mobil itu. Suasana terasa sangat chaos ditambah suara klakson mobil yang bersahut sahutan, semua pengemudinya panik dan ketakutan, mereka ingin segera keluar dari situasi mencekam ini, namun mereka terjebak macet.

Jack mendengus gusar. Berulang kali dia memukulkan tangannya pada kemudi mobil dan memencet-mencet tombol klakson dengan wajah panik.

Mark yang duduk di sampingnya tak kalah cemas, pun dengan Margareth dan Hanna yang duduk di belakang.

Mobil mereka terjebak di jalan dermaga pinggir laut. Hati mereka ketar ketir melihat ombak laut seolah mengamuk, menghantam bertubi tubi benteng dermaga itu. Muncratan air lautnya kadang sampai pada mobil mereka.

"Brengsek! Kenapa harus se macet ini sih?, Badai brengsek bikin kita telat pulang aja nih!" Rutuk Jack

Hati mereka semakin menciut, tak menyangka setelah membuang jasad Hiera mereka akan terjebak Bencana Alam seperti ini.

Kendaraan kendaraan mulai merangkak maju, namun badai belum juga berlalu.

Mereka baru saja menarik nafas lega, setelah mobil yang mereka kendarai berbelok ke jalan yang agak lengang, jalan arah menuju pulang. Namun tiba tiba tanah bergetar hebat, bumi bergoncang kencang, membuat mobil yang mereka kendarai oleng dan hilang keseimbangan.

Bunyi decit ban memekak telinga ketika mobil di rem secara tiba tiba. Bau gesekan rem yang khas pun menusuk hidung, mengganggu pernafasan mereka.

Mobil itu masih terguncang guncang dengan hebat, membuat semua orang yang ada di dalamnya menjerit ketakutan.

Perlahan mobil itu berhenti berguncang. Rupanya telah terjadi gempa barusan.

Jack dan Mark menghela nafas panjang, wajahnya pucat karena ketakutan, pun dengan Margareth dan Hanna, keringat dingin membanjiri tubuh mereka.

Namun, baru sepuluh menit mereka bisa menghela nafas lega, tiba tiba suara sirine tanda bahaya meraung Raung memekak telinga, dan jeritan jeritan kepanikan terdengar bersahut sahutan.

"Tsunami! Tsunami! Cepat selamatkan diri!"

Suasana semakin chaos dan mengerikan. Dari arah laut ombak pekat setinggi menara suar siap menerjang daratan.

"Ayah! Cepat jalankan mobilnya!" Jerit Hanna, wajahnya menggambarkan kengerian tatkala matanya melihat air yang hitam pekat datang bergulung gulung.

Jack berusaha menyalakan mesin mobilnya. Namun mobil itu tak mau menyala.

Berulang kali di stater tetap tak mau menyala, membuat seisi mobil semakin panik.

"Bangsat! Mobil brengsek! Ayo menyala!" Teriak Jack antara panik dan marah. Berulang dia memukul kemudi di hadapannya.

Sekali lagi Jack mencoba menstarter mobilnya. Mesin mobil menyala, tanpa membuang waktu Jack menginjak pedal gas bagai kesetanan. Mobil pun melaju sangat kencang, menyalip mobil mobil lain yang searah dengannya.

Gelombang air semakin cepat mengejar bergulung gulung, menerjang apapun yang ada di hadapannya, bangunan bangunan banyak yang roboh, pohon pohon tumbang, dan mobil mobil tergulung hanyut.

Hanna dan keluarganya ketar ketir. Wajah mereka menyiratkan kengerian melihat air bah yang mengejar mereka semakin mendekat.

"Tuan Jack, belok kiri!" Teriak Mark.

"Apa? Ke mana?!" Teriak Jack berusaha konsentrasi.

"Di depan belok kiri! Kita menuju bukit kapur, kita harus segera mencapai ketinggian!" Teriak Mark.

Jack pun segera membelokkan mobil ke jalan yang Mark maksud.

Mobil menapaki jalan menanjak menuju bukit Kapur.

Di depan mereka sebuah mobil Ayla menghalangi, Jack berulangkali menyalakan klakson mobilnya,meminta mobil itu memberinya jalan.

"Menyingkir brengsek!" Teriak Jack jengkel.

Namun mobil Ayla itu pun rupanya tengah berusaha menyelamatkan diri, dia tak bisa memberi jalan, walau kendaraan itu berjalan lebih lambat dari mobil Jack.

Jack merasa sangat jengkel, dan dengan hati diliputi amarah, Jack menginjak pedal gas dengan kencang, menabrak mobil di depannya dengan kejam. Mobil Ayla yang kecil itu terjungkal dan terbalik beberapa kali, jeritan dan lolongan kesakitan terdengar mengerikan dari dalam mobil itu.

Wajah Jack dihiasi seringai iblis

"Mampus!" Decihnya. Sementara tiga orang yang bersamanya hanya mampu menahan napas dalam rasa takut yang mencekam.

Hanna sedikit syok, tak menyangka setelah membunuh Hiera, mereka melakukan pembunuhan lagi di jalan. Gadis itu memandang ngeri wajah ayahnya lewat kaca spion.

"Jangan khawatir, kita tidak akan dituduh membunuh, kejadian ini saat bencana alam". Jack berkata datar dengan wajah dingin, seolah tahu kegundahan para penumpang mobil itu.

Akhirnya mereka bisa menarik nafas lega setelah mereka mencapai puncak tertinggi bukit kapur yang bisa di lalui mobil itu.

Mereka menatap air bah yang menenggelamkan dengan ngeri. Sebagian kota Tidaria terutama yang dekat dengan pantai rusak parah.

Jika mereka sadari di tengah samudera yang sedang mengamuk, berdiri sesosok wanita berwajah seram, dengan pakaian sewarna air bah, hitam dan pekat. Kepalanya dihiasi mahkota, manik matanya yang sewarna petir tengah menatap daratan dengan penuh kebencian.

1
Fransiska Husun
dan tidak jadi lg karena ad penguntit
Muliati Sherina
ceritanya seru
Diyah Pamungkas Sari
hiiii....serem nya si pangeran.
Aludra08: ganteeeeng
total 1 replies
Diyah Pamungkas Sari
kmren pas baca sm si hugo kyk ad yg kurang gt klo misal jd sm hera. apa sm pangeran ki aja?
Aludra08: Hugo ganteng loh
total 1 replies
Diyah Pamungkas Sari
ikan laut dalam bukan?? yg ad lampu d antenanya gitu???
Aludra08: angker fish
total 1 replies
Diyah Pamungkas Sari
liat notif lgsg gass...seruuuuu
Diyah Pamungkas Sari
seruuuuuuuuuu!!!!! ❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Aludra08: terimakasih sudah mampir ya 🥰
total 1 replies
Star
Cerita nya bagus kak 😍
Aludra08: terimakasih banyak atas dukungannya 🙏☺
total 1 replies
@Risa Virgo Always Beautiful
lautan memang bikin hati adem
pєkαᴰᴼᴺᴳ
ceritanya menarik kk
Aludra08: terimakasih ya 🥰
total 1 replies
🌺Ana╰(^3^)╯🌺
Aku rela begadang supaya bisa selesain baca cerita ini. Seru banget!
Aludra08: terimakasih atas dukungannya ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!