NovelToon NovelToon
Menjadi Simpanan Om Davendra

Menjadi Simpanan Om Davendra

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / Pelakor / Romansa
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Lyaliaa

Allea, yang biasa dipanggil Lea adalah seorang siswi kelas 3 SMA. Awalnya dia bukan anak nakal, dia hanya anak manja yang selalu dapat kasih sayang kedua orangtuanya. Dia berasal dari keluarga kaya raya. Namun tak ada yang abadi, keluarga cemaranya hancur. Ayah dan ibunya bercerai, dan dia sendirian. Sepertinya hanya dia yang ditinggalkan, ayah—ibunya punya keluarga baru. Dan dia? Tetap sendiri..
Hingga suatu ketika, secara kebetulan dia bertemu dengan seorang pria yang hampir seumuran dengan ayahnya. Untuk seorang siswi sepertinya, pria itu pantasnya dia panggil dengan sebutan om, Om Davendra.
Dia serasa hidup, dia serasa kembali bernyawa begitu mengenal pria itu. Tanpa dia sadari dia telah jauh, dia terlalu jauh mendambakan kasih sayang yang seharusnya tidak dia terima dari pria itu.
Lantas bagaimana dia akan kembali, bagaimana mungkin ia bisa melepaskan kasih sayang yang telah lama hilang itu...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyaliaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

Sinar matahari pagi yang membias dari kaca jendela menghangatkan kulit Allea, membangunkannya dari tidur yang masih terasa begitu singkat. Ia mengerjap pelan sebelum akhirnya tersadar, matanya menangkap sosok pria yang masih tertidur nyenyak di sampingnya.

Allea memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Deon. Pria itu berbaring telentang, dada bidangnya naik-turun perlahan seiring napasnya yang tenang. Kulit putihnya tampak kontras dengan rambut hitamnya yang sedikit berantakan.

"Apa dia selalu tertidur pulas begini..," gumamnya.

Rahang tegasnya terlihat semakin tajam karena cahaya pagi, dan kumis tipis di atas bibirnya menambah kesan maskulin yang me. Allea menelan ludah, pandangannya turun ke leher pria itu—jakunnya bergerak naik-turun saat ia menelan dalam tidurnya.

Tergoda, Allea menyentuhnya dengan ujung jarinya. Sentuhannya begitu ringan, namun cukup untuk membuatnya merinding. Saat ia baru akan menarik tangannya, Deon bergerak. Dalam hitungan detik, pria itu mendorongnya ke bawah, menindih tubuhnya dengan kekuatan yang membuat Allea terkesiap.

Mata Deon tampak berkilat dengan intensitas yang sulit diartikan. Ia menatap Allea tanpa berkata apa-apa, hanya menyapu wajahnya dengan tatapan tajam sebelum perlahan turun ke tubuh Allea yang tak tertutup sehelai benang pun.

"Kau sedang menggodaku, huh?" suaranya dalam dan serak.

Allea mengalihkan pandangannya ke arah lain, merasa sedikit malu. "Tidak, aku hanya—"

Kring.. Kring..!

Dering ponsel tiba-tiba memecah fokus keduanya. Allea menoleh ke sumber suara. Ia meraih ponselnya yang tergeletak di dekat lampu tidur. Namun saat melihat nama yang muncul di layar, tubuhnya menegang. Dia menatap Deon dan layar ponsel bergantian.

Om Dav.

Sial. Deon yang masih menindihnya juga melihatnya. Wajah pria itu seketika berubah, rahangnya mengeras.

Sebelum Allea sempat menekan tombol jawab, Deon menangkap kedua pergelangan tangannya dalam satu genggaman kuat dan mendorongnya kembali ke kasur.

"Jangan jawab," suara Deon nyaris terdengar seperti geraman.

Ponsel itu jatuh ke samping bantal, namun suara panggilannya masih terus berdering.

"Deon, lepaskan aku—"

Ia tak mengindahkannya, Deon tak menggubris ucapan wanita itu. Bibirnya langsung melumat Allea, seakan ingin memakannya, ia menciuminya dengan brutal. Tidak seperti ciuman tadi malam yang penuh gairah, kali ini ada kemarahan yang mendidih di dalamnya.

Saat deringnya berhenti berbunyi, Deon menekan tubuh Allea lebih erat, seolah ingin menunjukkan bahwa dialah yang lebih dekat dengannya.

Kring. Kring. Ponselnya kembali berdering.

Allea memberontak, mencoba melepaskan diri, tapi genggaman Deon terlalu kuat. Pria itu menggigit bibir bawahnya pelan, membuatnya mendesis kesakitan.

"Jawab lah, sekarang," bisik Deon di bibirnya, akhirnya melepaskan ciumannya. Tapi dia tidak benar-benar membiarkan Allea pergi—dia hanya ingin melihat bagaimana wanita itu menangani situasi ini.

Tangan Allea bergetar saat mengambil ponselnya. Dengan napas yang masih tersengal, ia mengusap bibirnya yang terasa perih sebelum menjawab telepon itu.

"Halo..." suaranya serak.

"Masih baru bangun?" suara Davendra terdengar tenang, tapi ada sedikit nada curiga di dalamnya.

"Um... Ya, baru bangun," Allea tidak sepenuhnya berbohong, ia menoleh sekilas ke arah Deon yang masih mengawasinya dengan intens.

Di ujung telepon, Davendra diam sesaat. "Aku menelepon tadi malam, tapi kau tidak menjawab. Kau baik-baik saja?"

"Ah, aku ketiduran semalam," jawabnya cepat, berusaha terdengar santai.

Deon mendengus pelan, tapi cukup keras untuk membuat Allea melotot ke arahnya.

"Shesshh," Allea mendesis pelan saat pria itu menggigit lehernya tiba-tiba sebelum dia bangkit dari tempat tidur, tubuhnya yang telanjang begitu kontras dengan sorot matanya yang dingin.

Ia mengambil handuk yang menggantung, lalu berjalan menuju kamar mandi tanpa berkata sepatah kata pun.

BRAK!

Suara pintu kamar yang dibanting keras. Allea menahan napas. Ia tahu pasti Davendra juga mendengarnya.

"Apa itu? Dan ada apa dengan suaramu barusan?" ucapnya di telepon bertanya tajam.

"Temanku menginap, dia hanya sedang mengganggu ku.." Allea tidak berbohong, pria itu memang temannya. Tapi dia berharap pria itu tidak akan bertanya lebih lanjut.

Hening, jeda yang terlalu lama dari Davendra membuat Allea semakin cemas. "Aku harus bersiap ke kampus. Nanti aku hubungi lagi, bye Om," tambahnya cepat sebelum memutuskan panggilan secara sepihak.

Allea meletakkan ponselnya dengan napas lega sebelum bangkit dari tempat tidur. Matanya menyapu lantai, mencari pakaian nya yang berserakan karena semalam.

"Aishh, tak bisakah dia tidak membuangnya sembarangan," gerutunya saat mengumpulkan pakaiannya satu per satu dan memakainya kembali.

Suara gemericik air mulai terdengar dari kamar mandi, Allea berfikir sejenak sebelum akhirnya berjalan keluar dari apartemennya, menuju pintu sebelah. Apartemen Deon.

Pria itu bisa masuk sesuka hati ke apartemennya, tentu saja Allea juga bisa melakukan hal yang sama. Dia masuk dan berencana akan mandi disana. Bukan karena tidak ingin menunggu Deon, tapi karena ia tahu jika pria itu keluar dari kamar mandi lebih dulu, dan melihatnya yang sedang menunggu, maka semuanya akan berantakan lagi.

Dan untuk sekarang, ia tidak ingin itu terjadi.

**

Tak sampai setengah jam, Deon keluar dari kamar mandi dengan rambut masih basah, handuk melilit di pinggangnya. Dia berjalan santai ke ruang tamu, mengusap rambutnya dengan tangan.

Apartemen itu terasa menjadi sunyi, tapi dia tahu kemana Allea pergi.. Ini bukan pertama kalinya mereka terbangun di ranjang yang sama dan berganti kamar mandi. Satu tahun bukanlah waktu yang singkat untuk saling mengenal satu- sama lain. Mereka sudah cukup tahu. Ya, meskipun Deon masih belum bisa sepenuhnya memahami isi kepala Allea.

"Apa lagi yang dia bicarakan dengan pak tua itu sekarang," ketusnya kesal mengingat Allea yang bicara dengan pamannya sebelum ini.

Deon mencari ponselnya, ia yakin semalam dia masih memegangnya. Ia menyusuri sofa, dan hanya dengan sedikit pergerakan dia menemukannya. Deon segera mengecek pesan masuk, dia merasa ada pesan masuk semalam.

Bibi : [Bibi sudah sampai, besok siang Bibi ke apartemen kalian, ya]

Ha? Deon memastikan sekali, memastikan kalau dia tidak salah membaca. Kalau Bibinya ada di AS, itu berarti pamannya, Davendra, seharusnya juga akan datang. Dan telepon tadi, pria itu menelpon Allea di AS.

Tiba-tiba, matanya tertuju pada pintu kamar Allea yang terbuka. Kamar itu berantakan, seolah seseorang meninggalkan segalanya dalam keadaan tergesa-gesa. Kemeja dan celana Deon masih tergeletak di lantai. Dengan cepat, dia mengambilnya dan bergegas keluar.

Ia harus memberitahu Allea. Dia kembali ke apartemennya dengan hanya memakai handuk. Lorong apartemen masih sepi. Tidak ada suara langkah kaki selain miliknya. Lagipula apartemennya benar-benar bersebelahan dengan Allea.

Deon membuka pintu dan terus melangkah maju hingga ke kamarnya, ia mendengar bunyi air mengalir dari kamar mandi begitu dia masuk. Pria itu tersenyum kecil. Pikirannya mulai dipenuhi hal-hal nakal tentang Allea, dia mengurungkan niatnya untuk memakai baju.

Klek.

Tidak dikunci, Deon membuka pintu kamar mandi sedikit—cukup untuk mengintip. Namun, sebelum ia bisa melihat lebih banyak, suara teriakan menggema di seluruh ruangan.

“DEON! Kau mesum!”

Allea, yang hanya berbalut busa sabun, menatapnya dengan wajah merah padam. Tangannya buru-buru menutupi tubuhnya.

Deon tertawa kecil. “Untuk apa ditutupi? Aku sudah melihat semuanya.”

“Pergi, atau aku lempar shower ke kepalamu!”

“Baiklah, baiklah.” Deon mengangkat tangan, pura-pura menyerah, tapi tatapannya masih penuh godaan. Allea menggeram kesal sebelum akhirnya Deon benar-benar menutup pintu kembali.

...----------------...

1
sunshine wings
Gimana bilangnya ya.. akan sampe kemana hubungannya Om Dav sama Lea?
sunshine wings
Luar biasa
Elvinzam 2322
lanjut kak upnya tambah banyak lgi 🤗🤗🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!