NovelToon NovelToon
YISHA : After Reincarnation

YISHA : After Reincarnation

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Romansa Fantasi / Cinta Seiring Waktu / Elf / Fantasi Wanita
Popularitas:877
Nilai: 5
Nama Author: Rin Arunika

Beberapa tahun lalu, Sora dikhianati oleh kekasih dan sahabatnya. Mengetahui hal itu, bukannya permintaan maaf yang Ia dapatkan, Sora justru menjadi korban kesalah pahaman hingga sebuah ‘kutukan’ dilontarkan kepadanya.

Mulanya Sora tak ambil pusing dengan sumpah serapah yang menurutnya salah sasaran itu. Hingga cukup lama setelahnya, Sora merasa lelah dengan perjalanan cintanya yang terus menemui kebuntuan. Hingga suatu hari, Sora memutuskan untuk ‘mengistirahatkan’ hatinya sejenak.

Tanpa diduga, pada momen itulah Sora justru menemukan alasan lain dibalik serangkaian kegagalan kisah cintanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rin Arunika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#23

“Apa katamu?!” Rayn terlihat begitu terkejut mendengar ucapan Yasmin di sebrang sana.

“Seperti yang kau dengar barusan. Shelleyi yang kuperintahkan mengawasi Sora hari ini melaporkan dua kejadian penting padaku. Pertama ketika Sora bertingkah aneh di kantornya dan kedua ketika Ia ma*buk berat. Kebetulan yang luar biasa. Kalau hari ini bukan hari ulang tahun Giovanni, cowok itu tak mungkin akan berada di tempat itu. Untung saja Giovanni berada di sana.” Yasmin merangkum kembali kalimatnya.

“Aku pun berpikir seperti itu. Sepertinya Dewi Fortuna memang menyayangi Sora. Meski begitu, kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi, Mevine. Kita harus segera mendapatkan pohon tanaman kehidupan miliknya.” Balas Rayn.

“Caranya?” Yasmin menatap Rayn lekat-lekat.

#

Pagi harinya, Sora terbangun dari tidurnya karena ponselnya yang terus berbunyi.

Sambil mengumpulkan kesadarannya, Sora meraih ponselnya dan berusaha memfokuskan pandangannya pada layar ponsel.

“Siapa, sih?” Suara Sora masih terdengar serak khas bangun tidur.

Pandangan matanya mulai jelas dan Ia kembali melihat deretan nomor yang kemarin sempat menghubunginya.

Mengetahui siapa yang menghubunginya sepagi itu, Sora memutuskan untuk tak menjawabnya dan langsung mengaktifkan mode ‘jangan ganggu’ pada ponselnya. Ia tak mau mengawali hari dengan suasana hati yang buruk.

Sora kembali menjauhkan ponsel itu dari genggamannya dan Ia memejamkan matanya mengatur isi kepalanya. Tiba-tiba saja Sora membuka kedua matanya dan raut wajahnya berubah tegang.

“Semalam kan Aku di bar... Kok?” Sora menautkan kedua alisnya.

Gadis itu lalu menghambur dari tempat tidurnya dan berjalan cepat menuruni anak tangga. “Bi Lenaa...”

Dilihatnya wanita yang dipanggilnya itu tengah menata rapi roti isi telur dan mayones kesukaannya.

“Sarapannya, Non,” kata Bi Lena sambil tersenyum hingga muncul kerutan di sekitar matanya.

“Bi. Semalam siapa yang anterin Aku pulang?” Sora ingin menghilangkan rasa penasarannya terlebih dulu.

“Tadi malam... Katanya yang anter itu temen Non. Giovanni kalau gak salah,” Bi Lena meletakkan piring berisi roti isi itu di depan Sora.

“Ooh...” Sora menganggukkan kepalanya perlahan. Ia baru ingat jika tadi malam juga dirinya memang sempat bertemu dengan Giovanni.

Sora akhirnya melahap roti isi itu dan mengangkat jempolnya ke udara.

“Enak banget, Bi,” ucap Sora.

“Oh iya, Non. Mas Reza ada di luar. Dari tadi...” Kata Bi Lena sambil mencuci piring kotor.

“Hmm... Biarin aja, Bi. Nanti juga dia pulang.” Kata Sora berusaha mengabaikan setitik rasa peduli dalam hatinya.

“Oh, iya Non.” balas Bi Lena singkat.

Setelah menghabiskan sarapannya, Sora kembali menuju kamarnya dan bersiap untuk memulai kembali rutinitasnya.

#

Kejadian yang mirip seperti tadi malam seperti terulang kembali.

Ketika Reza melihat pintu pagar itu akan dibuka, Ia buru-buru menghentikan sedan putih yang Sora kemudikan.

“Stop, stop, Ra. Pleasee...” kata Reza sambil berdiri tepat di depan mobil Sora.

Sora mendengus sebal. Ia tak percaya dirinya akan menghadapi situasi yang selama ini Ia coba hindari.

Sora membuka jendela mobilnya dan menatap Reza yang terus mendesak Sora dengan tidak sabar.

“Apa lagi, Za?” Tanya Sora singkat namun terkesan mengintimidasi.

“Ra. Please...? Lu gak mau bantuin gue? Sodara-sodara Agnes gak ada yang bolehin dia tinggal di rumah mereka. Mereka juga takut Agnes berbuat nekat lagi--”

“Ya apalagi gue, Za?!” Sora sedikit meninggikan nada suaranya.

“Ayo lah, Ra. Aku tahu kamu masih sayang sama aku, kan? Uang segitu pasti kecil buat kamu, Ra.” Reza memberi Sora tatapan sendu.

Alih-alih bersimpati, Sora justru memutar kedua matanya malas. “Sorry Za. Gue takut telat.” Ucap Sora seraya hendak menutup kembali jendela mobil.

“Ra, please... Kok lu bisa setega ini, sih?” Reza menatap kedua mata Sora.

Namun Sora benar-benar tidak peduli. Apa yang Reza lakukan padanya barusan benar-benar membuatnya kembali kecewa.

Sora mantap menutup rapat-rapat jendela mobil dan melesat meninggalkan Reza yang terus berteriak memanggil namanya.

“Drama.” Ucap Sora kesal.

#

Dengan langkah gontay, Sora akhirnya tiba di kantornya, di ruang kerjanya. Berbekal secangkir kopi tanpa gula, Sora mulai bergelut kembali dengan sejumlah pekerjaan yang menunggu diselesaikan.

Ketika Sora tengah fokus pada dokumen yang menumpuk itu, seorang rekan setimnya datang mengetuk pintu ruangannya.

Sora tanpa ragu mempersilakan wanita berambut sebahu itu memasuki ruangannya.

“Kenapa, Des?” Tanya Sora.

“Maaf, Bu. Kata security, di luar ada yang nungguin Bu Sora. Katanya namanya Agnes,” jawab Desy.

“Agnes?” Sora menautkan kedua alisnya.

“Iya, Bu. Katanya dia gak mau pulang sebelum ketemu Bu Sora.”

Sora menghela nafas panjang. “Okay, Des. Thanks infonya.”

Setelahnya, Desy berbalik meninggalkan ruangan Sora.

“Tadi cowoknya, sekarang ceweknya…” gerutu Sora.

Pekerjaan yang tadi dikerjakannya terpaksa Sora tinggalkan karena gangguan Agnes.

Dengan sangat terpaksa, Sora akhirnya melangkahkan kakinya untuk menemui Agnes.

“Ra! Akhirnya lo mau nemuin gue. Gue takut lo gak sudi ketemu gue lagi..” Agnes tiba-tiba memeluk Sora.

Sora berdecih sambil berusaha melepaskan pelukan Agnes. “Kenapa masalah lu gak diberesin sendirian sama Reza, Nes?”

Saat itu, Sora menatap sekilas pipi kanan Agnes yang terbalut perban lalu segera mengalihkan pandangannya.

“Hah?” Kedua mata Agnes membulat. “Maksud kamu apa, Ra? Aku bahkan belum cerita apa-apa...”

Sora memutar kedua bola matanya malas.

“Tunggu, kenapa Kamu bilang Aku ada masalah sama Reza? Siapa yang bilang ke Kamu?” Agnes mencari-cari jawaban di mata Sora.

“Reza. Kemarin dia hubungin gue. Katanya sekarang kalian punya utang ke rentenir,--”

“Terus, kata dia apa? Mau minjam uang atau numpang tinggal di rumah Kamu?”

“Dia bilang mau minjam uang, sih.” Jawab Sora singkat.

Agnes tersenyum miring. “Orang gi*la itu. Dia kalah ju*di puluhan juta, Ra. Sertipikat rumahku dan bahkan hapeku sampai dia gadaikan ke rentenir. Dan, Kamu lihat?” Agnes menunjuk perban pada pipinya. “Ini semua gara-gara dia...”

Bukan itu saja. Lengan baju yang panjang itu lalu Agnes gulung hingga tampaklah tangannya yang mengalami luka bakar dan banyak lebam. Celana panjang itu juga Ia gulung sampai terlihat betisnya yang memiliki memar.

“Semenjak kena PHK, dia jadi berubah, Ra. Dia mulai sering aniaya aku, main ju*di, ma*bok-ma*bokan. Aku takut banget ngadepin dia, Ra...” Kedua mata Agnes tampak berkaca-kaca. “Apalagi sekarang orang tuaku udah gak ada. Aku gak tahu harus minta tolong ke siapa...”

Sora memang masih ingat bagaimana rasa sakit yang dulu Ia terima karena pengkhianatan yang mereka lakukan padanya. Namun ketika melihat kondisi Agnes saat itu, tetap saja sisi kemanusiaan Sora yang mengambil alih.

“Ya ampun, Nes. Aku turut prihatin dengernya.” Sora menarik Agnes dalam dekapannya. “Ya sudah sekarang gini aja. Karena kerjaanku juga lagi gak bisa ditinggal, kamu mau kan nunggu dulu? Di Kafetaria aja, gimana?”

Agnes menyeka air matanya dan Ia menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Sora. “Makasih banyak ya, Ra...”

“Udah... Jangan nangis lagi.” Kata Sora sambil melengkungkan garis senyum.

#

Sesuai dengan ucapannya, Sora menyelesaikan sejumlah pekerjaannya pada hari itu sementara Agnes menunggunya di Kafetaria kantor.

Setelah mengemasi barang-barangnya, Sora mantap melangkahkan kakinya menuju Kafetaria untuk menemui Agnes.

Dilihatnya di sekeliling tempat itu, Sora lalu mendapati Agnes terus melamun di salah satu sudut ruangan. Entah apa yang menggulung dalam isi kepalanya.

“Nes?” Sora menepuk bahu Agnes.

“Eh? Ra. Udah beres?” Tanya Agnes seraya mengumpulkan kembali fokusnya.

“Iya. Ayo,” ajak Sora segera.

Kedua wanita itu lalu berjalan menuju area tempat Sora memarkir mobilnya.

Tak pernah terpikir oleh Sora bahwa momen yang sempat Ia lupakan itu bisa terulang kembali. Yap. Sebelum Agnes mengkhianatinya, Sora memang kerap kali pergi dan menghabiskan waktu bersama dengan Agnes.

“Ra. Thank you ya. Kamu masih mau nolongin Aku...” kata Agnes sebelum mereka turun dari mobil Sora.

“Ya ampun. Santai aja, Nes,” jawab Sora sambil melengkungkan senyum.

Sora dan Agnes melewatkan hari itu dengan tenang tanpa gangguan apapun.

#

Hallo temen-temen readers! Menurut kalian, keputusan Sora buat "berdamai" lagi dengan Agnes apakah sudah tepat? Atau kalian punya opsi lain buat menghadapi situasi seperti yang Sora alami? Kasih jawaban kalian di kolom komentar ya!!! Thank you temen-temen readers, happy reading!!!

(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

1
Anononin
Mulutnya diam, tapi hatinya mikir keras, wkwkwkwkkk /Hey/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!