Namanya Aruna Azzahra, gadis cantik dengan impian sederhana
Cintanya pada seorang pria yang ia pikir bisa membawanya hingga ke Jannah nyatanya harus ia kubur dalam-dalam
Aruna harus hidup dengan pria menyebalkan dan minim ilmu agama. Aksa Biru Hartawan nama yang bahkan tidak ingin didengar olehnya
Bagaimana Aruna menjalani hari-harinya menjadi istri seorang Biru? atau akankah cinta itu datang tanpa mereka ketahui
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIGA BELAS
Sementara itu dikamar, Asyifa tengah ditenangkan oleh Aruna, wanita itu bahkan sesenggukan saat mendapat kabar bahwa pria yang merupakan calon suaminya membatalkan pernikahan mereka secara sepihak
"Kamu yang sabar Fa!" Aruna terus menenangkan wanita yang sudah cantik dengan balutan kebaya pengantin berwarna putih itu
"Kenapa Run, kenapa mas Yoga setega ini sama aku" Asyifa terus menangisi nasib buruknya, wanita itu bahkan tak berani menatap sang ayah yang tetap berusaha tenang
"Ayah pasti malu banget Runa" wanita itu bahkan sudah terisak
"Iya kamu tenang dulu ya!" Walaupun sulit tapi Aruna tetap berusaha menenangkan sahabatnya itu
"Pak Widodo" entah merasa dekat atau memang tidak memiliki urat malu, Biru bahkan masuk saat mendengar ada keributan dari arah kamar yang kebetulan pintunya tidak ditutup
"Pak Biru?" Pak Widodo yang terkejut segera mempersilahkan Biru masuk
"Ada apa pak?"
Pak Widodo menghela nafas panjang dapat Biru lihat ada gurat kekecewaan dan amarah yang terpancar dari wajah pria paruh baya itu
"Calon suaminya Asyifa membatalkan pernikahan ini pak" jelas pak Widodo
"Apa! benarkah?" Tanya Biru tak percaya bahkan suaranya terdengar cukup keras
"Bapak jangan teriak-teriak nanti didengar sama undangan yang lain gimana?" Aruna berdiri disisi pria yang kebetulan adalah calon suaminya
"Sebentar biar saya berpikir dulu" Biru tampak seperti tengah mencari jalan keluar
"Saya ada ide, kalian tunggu disini saya akan kembali" ucapnya tiba-tiba
"Bapak mau apa?" Aruna mencegah Biru
"Kamu tunggu disini, saya punya solusi untuk masalah ini" pria itu berlalu keluar dari kamar yang masih dipenuhi tangis gadis yang sepertinya gagal menikah
***
"Saya tidak bisa pak" Kevin terus menolak permintaan yang menurutnya aneh itu
"Kevin dengarkan saya, kita melakukan ini untuk membantu menyelamatkan nama baik pak Widodo" Biru terus membujuknya, mereka berada dikamar berbeda ditemani oleh pak Widodo yang terus mendengar pembicaraan keduanya
"Kenapa bukan bapak saja yang menikahi putrinya pak Widodo?" Kevin benar-benar tidak ingin menikah bahkan diusia yang sudah 29 tahun pria itu masih enggan untuk menjalin hubungan dengan seorang wanita
"Kamu lupa kalau saya sudah punya calon istri Kevin" sentak Biru
"Sudahlah pak Biru, jangan paksa pak Kevin seperti itu, saya sudah siap menanggung malu dari cemooh orang-orang pak" ucap pak Widodo lemah tiba-tiba pak Widodo memegang dadanya yang terasa sesak
"Pak Widodo" pekik Biru dan Kevin bersamaan, keduanya membawa pak Widodo untuk bersandar disebuah kursi yang tadi diduduki Kevin
"Pak Widodo baik-baik saja?" Tanya Biru mencoba mengusap lengan pria itu
Pak Widodo terlihat kesulitan bernapas membuat Biru semakin khawatir "Ambilkan air Vin!" Titahnya pada Kevin
Kebetulan sekali dikamar itu ada segelas air putih, Kevin segera memberi air itu pada pak Widodo membuat pria paruh baya itu sedikit membaik
"Lihat Kevin, apa kamu tidak kasihan melihat pak Widodo seperti itu!" Biru sedikit membawa Kevin menjauh dan mengecilkan suaranya berharap pak Widodo tidak mendengar
"Tapi, bagaimana dengan keluarga saya pak?" Sepertinya Kevin sedikit luluh, pria itu bahkan tak terdengar menolak
"Tentang itu nanti akan saya bantu bicara sama orang tuamu kalau memang dia tidak menerima Asyifa" Biru memberi solusi atas kecemasan yang dialami Kevin
"Baiklah pak, saya bersedia menikahi putrinya pak Widodo" ucap Kevin pada akhirnya, pria itu juga tak sampai hati melihat keadaan pak Widodo lagi pula ia juga kerap dipaksa menikah oleh sang ibu jadi mungkin ini adalah jawabannya pikirnya
"Oke, kalau begitu kita bicara sama pak Widodo"
Dikamar berbeda kini pak Widodo tengah berbicara dengan putrinya untuk solusi yang diberikan Biru
"Tapi Syifa nggak kenal siapa laki-laki itu Yah" wanita cantik itu terisak
"Terus kamu punya pilihan lain? Syifa dengarkan ayah! Ini satu-satunya jalan keluar untuk masalah kita! Semua ini juga karena pacar kamu itu!" suara pak Widodo sedikit meninggi
"Tapi Syifa tidak mencintai dia ayah"
"Lalu mana pria yang kamu cintai itu?"
Sementara kini Kevin tengah bersiap, niat awal hanya menjadi tamu undangan kini pria itu sudah terlihat seperti mempelai pria
"Kamu ganteng sekali Kevin!" Puji Biru sambil ia tepuk pundak pria yang sebentar lagi akan menjadi pengantin
"Bapak yakin tidak ada pilihan lain?" Agaknya Kevin masih ragu untuk menjalani pernikahan ini
"Tidak ada Kevin! Lagi pula kamu juga sudah dipaksa untuk menikah kan?"
"Ya tapi tidak dengan cara seperti ini pak"
"Sudahlah Kevin, lagian saya sudah lihat putrinya pak Widodo, dia cantik kamu juga pasti suka" ucap Biru "Sudah ayo kita keluar?"
Kedua pria tampan itu keluar, dengan langkah mantap Kevin berjalan mendekati meja dimana sudah ada pak Widodo dan seorang pria berkumis yang mungkin adalah seorang penghulu duduk disebelah pak Widodo
Kevin duduk menghadap pak Widodo dengan dibatasi meja sementara Biru duduk di sebelah kiri meja, ia akan berperan sebagai saksi hari ini atas permintaan Kevin yang disetujui oleh pak Widodo
Kevin menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya yang hari ini benar-benar gugup
"Dimana mempelai wanitanya?" Tanya pria berkumis itu
"Sebentar pak penghulu" ucap pak Widodo
Tak lama keluar seorang wanita cantik dengan kebaya pernikahan berwarna putih, rambutnya disanggul, di kepalanya terpasang siger dengan aksesoris bunga melati
Wanita itu berjalan dengan anggun mendekati meja akad lalu duduk tepat disisi sang mempelai pria, untuk beberapa saat semuanya hening bahkan keduanya belum saling menatap
"Kamu"
"Kamu" Kevin dan Asyifa sontak berdiri, keduanya terkejut saat netra keduanya bertemu, Biru yang terkejut juga ikut berdiri
"Ada apa Kevin?" Bisik Biru ditelinga Kevin
"Jadi kamu yang menggantikan mas Yoga?" Ujar Asyifa sedikit berteriak
"Pelan kan suaramu Syifa dia calon suamimu!" Tegas pak Widodo yang juga ikut berdiri
"Tapi Yah" mata wanita itu memelas, bagaimana ia bisa menikah dengan pria yang beberapa hari lalu terlibat pertengkaran dengannya
"Kalian saling kenal?" Tanya Biru
"Tidak pak! Saya hanya pernah bertemu dia sekali" jawab Kevin
"Bagus dong kalau gitu" ujar Biru
"Apanya yang bagus pak, dia itu cerewet, dia juga melempar saya dengan sepatu" ucap Kevin ia sama tidak terimanya dengan Asyifa
"Waah romantis sekali" ledek Biru
"Apanya yang romantis sih pak! Lagi pula kenapa bapak nggak bilang kalau perempuannya itu dia" gerutu Kevin, sebenarnya perdebatan mereka tidak didengar jelas oleh orang lain karena keduanya tengah berbisik sementara Asyifa juga tengah ditenangkan oleh Aruna dan sang ayah
"Ya mana saya tau kalau kalian sudah pernah ketemu!"