NovelToon NovelToon
Cinta Suami Amnesia

Cinta Suami Amnesia

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami / Suami amnesia
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mama eNdut

Anara Bella seorang gadis yang mandiri dan baik hati. Ia tak sengaja di pertemukan dengan seorang pria amnesia yang tengah mengalami kecelakaan, pertemuan itu malah menghantarkan mereka pada suatu ikatan pernikahan yang tidak terduga. Mereka mulai membangun kehidupan bersama, dan Anara mulai mengembangkan perasaan cinta terhadap Alvian.
Di saat rasa cinta tumbuh di hati keduanya, pria itu mengalami kejadian yang membuat ingatan aslinya kembali, melupakan ingatan indah kebersamaannya dengan Anara dan hanya sedikit menyisakan kebencian untuk gadis itu.
Bagaimana bisa ada rasa benci?
Akankah Anara memperjuangkan cintanya?
Berhasil atau berakhir!
Mari kita lanjutkan cerita ini untuk menemukan jawabannya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama eNdut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Blush

Nara memang terbiasa bangun pagi, selain karena ia harus mengerjakan semuanya sendiri sebelum berangkat kerja, ia juga sosok gadis yang menyukai kerapian. Dan benar apa yang di katakan oleh Vian sebelumnya jika dia akan mendapatkan kebebasannya setelah sepuluh menit kemudian, walaupun lebih tepatnya jika pelukan tangan Vian terlepas karena lelaki itu yang kembali terlelap.

Saat ini Nara tengah menenteng sebuah ember yang ia gunakan untuk membawa beberapa pakaian yang sudah ia cuci ke tempat di mana ia akan menjemur pakaian itu. Matahari masih terlihat malu-malu untuk muncul namun Nara telah selesai menjemur pakaiannya yang siap menyambut datangnya sinar matahari.

Setelah selesai dengan pekerjaan yang satu dan yang lainnya, Nara beralih ke dapur untuk memasak sarapan. Pagi ini Nara akan memasak perkedel kentang dan capcay seafood. Ia memulai menyiapkan bahan-bahanya seperti kentang, telur, wortel, kol, sosis, bakso, udang dan beberapa bahan lainya. Sekiranya persiapan telah siap, mulailah Nara dengan ritual memasaknya.

"Akhirnya selesai juga, saatnya aku mandi", ucap Nara sembari melepaskan apron dari badannya dan menggantungnya di sebuah gantungan. Sebelum ke kamar mandi, Nara masuk ke dalam kamar terlebih dahulu untuk mengambil pakaian ganti, ini adalah sesuatu yang baru untuk Nara karena biasanya ia hanya butuh handuk tanpa perlu membawa pakaian ganti ke kamar mandi.

Nara yang sudah menyelesaikan acara mandinya segera kembali ke kamarnya. Terlihat Vian yang masih tidur di ranjang. Tak ingin mengganggunya, Nara melakukan segala sesuatunya secara pelan-pelan.

Nara menyisir rambutnya, rambut panjang berwarna hitam itu ia bagi menjadi dua bagian, atas dan bawah. Kemudian mengikat rambut bagian atasnya dan bagian bawah ia gerai.

Tanpa disadari oleh Nara, Vian yang sudah bangun tengah duduk sandaran di kepala ranjang sembari memperhatikan aktivitasnya.

"Dia cantik", batin Vian dengan sedikit menyunggingkan senyuman.

Merasa ada yang memperhatikan, Nara berbalik badan dan mendapati Vian yang kini tengah menatapnya.

"Kamu sudah bangun Mas! Apa aku mengganggumu?".

"Tidak, aku bangun sendiri. Kamu sudah rapi, apa kamu mau pergi?".

"Iya, aku akan berangkat kerja Mas. Tidak apa-apa kan kalau Mas aku tinggal?".

"Tidak masalah".

Setelah mendapatkan jawaban dari Vian, Nara melanjutkan aktivitasnya, memakai bedak dan mengoleskan lipstik di bibirnya. Namun aktifitas Nara sempat terhenti saat melihat Vian yang berjalan mendekat ke arahnya dari pantulan cermin, gadis itu segera membalikkan badannya.

"Ada apa Mas?"., tanya Nara namun tak lekas Vian menjawabnya, lelaki tampan itu malah semakin berjalan mendekat.

Nara di buat gugup saat Vian mendekatkan wajahnya, mengikis jarak di antara keduanya.

"Apa yang akan di lakukan olehnya? Apa Mas Vian akan mencium ku?".

Reflek Nara memejamkan matanya, memanyunkan sedikit bibirnya, namun hal yang terduga adalah Vian malah mengusap bibir Nara yang baru saja ia olesi lipstik berwarna merah itu dengan ibu jarinya.

"Tidak bagus jika terlalu berlebihan, kamu lebih cantik seperti ini".

"Hah?".

Vian tak berucap lagi, lelaki itu berjalan keluar dengan menahan senyumnya, entah apa yang di pikirkan oleh lelaki itu.

"Ih malu sekali, dia pasti menertawakan ku sekarang. Kenapa juga harus menutup mata segala sih tadi?". Nara melihat pantulan wajahnya di cermin, pipinya kembali bersemu merah karena malu. Dia menggigit bibir bawahnya lalu melepaskannya lagi. "Sepertinya aku harus mengganti warna lipstik ku".

Masakan yang sebelumnya Nara masak sudah ia susun di meja makan, saat ini dirinya hanya tinggal menunggu Vian selesai mandi untuk sarapan bersama. Karena Vian belum selesai juga Nara memilih memainkan game di ponselnya sembari menunggu. Gadis itu menyukai game yang tidak banyak menguras pikirannya yakni permainan cacing. Game cacing yang hanya berjalan berputar-putar untuk mencari makanan dengan menjebak cacing lain agar menabrak kan dirinya, sehingga cacing itu akan berubah menjadi makanan yang panjang sesuai dengan tubuh cacing tersebut.

"Aish, kenapa malah aku yang menabrak sih? Udah panjang banget padahal", gerutu Nara dengan cemberut. Saking fokusnya, ia bahkan tidak sadar jika Vian sudah selesai dan cukup lama memperhatikannya dengan berdiri di belakangnya.

"Letakkan dulu ponselnya, ayo sarapan?", ucap Vian sambil menarik kursi untuk dirinya duduk.

"Lah, Mas udah selesai mandi. Aku kok enggak tau?".

"Kamu sibuk dengan ponselmu. Sarapan apa pagi ini Nara?".

"Aku masak perkedel kentang sama capcay Mas, semoga Mas suka ya", jawab Nara yang segera meletakkan ponselnya dimeja. Ia lalu mengambil piring, meletakkan nasi serta lauk di piring tersebut untuk Vian.

"Ada apa Mas, kenapa diam saja? Apa kamu tidak suka dengan apa yang aku buat untukmu ini?", tanya Nra yang melihat Vian hanya menatap makanan di piringnya.

"Tidak, bukan seperti itu. Ini udang".

"Iya, aku menggunakan udang untuk campurannya Mas, kenapa?".

"Aku merasa familiar dengan udang".

"Bukankah itu bagus, hanya dengan melihatnya saja kamu merasa demikian, coba jika kamu makan siapa tau kamu akan ingat sesuatu Mas?".

"Tetapi bagaimana jika sebenarnya aku tidak menyukainya?".

"Tinggal di mutah kan saja Mas".

Vian mengangguk mengerti, ia mulai menyendok udang dan memasukkannya ke dalam mulut, awalnya dia mengecapnya pelan, mengunyah dan akhirnya menelannya.

"Ini enak Nara, sepertinya aku memang menyukainya".

"Syukurlah jika begitu". Nara lantas menyendok kan sayur lagi dan memilih beberapa udang untuk ia letakkan di piring Vian.

******

Nara berjalan dari arah dapur, membawa satu cangkir kopi di tangannya, lalu meletakkannya di meja depan suaminya. Nampak Vian yang sedang memainkan ponselnya.

"Di minum dulu kopinya Mas", ucap Nraa sembari mendudukkan dirinya di samping Vian. Gadis itu lalu mengecek kembali tas ranselnya yang akan ia bawa ke tempat kerja.

"Terimakasih". Vian mengambil cangkir teh itu lalu menyeruputnya. "Ponselmu mana Nar?, imbuhnya.

Tanpa banyak bertanya, Nara mengulurkan ponselnya yang langsung di terima oleh Vian, lelaki itu lantas mengotak-atik ponsel Nara dan sesekali ponselnya sendiri.

"Kabar Ibu bagaimana Nar?", tanya Vian disela aktivitasnya .

"Alhamdulillah, Ibu baik Mas, maaf ya Mas aku belum bisa menceritakan tentang kita sama Ibu, aku belum berani".

"Iya, aku mengerti".

Aya sudah menceritakan kehidupannya dengan Ibunya kepada Vian. Kebetulan tadi Vian mendengar Nara yang sedang berbincang dengan Ibunya di telepon.

"Aku sudah menyimpan nomormu di ponselku, begitu juga sebaliknya, aku juga mengaktifkan alat pelacak di ponsel mu jadi kalau kamu hilang aku bisa menemukanmu", ucap Vian sembari menyerahkan ponselnya kembali kepada Nara. Tanpa di sadari oleh lelaki itu, dirinya selalu menggaruk leher dan lengannya.

"Suamiku" lirih Nara saat membaca nama nomer ponsel milik Vian di ponselnya.

"Istriku", tunjuk Vian pada nama kontak Nara di ponselnya sendiri.

Mengetahui hal itu, rasanya Nara ingin menjerit senang. Blush, semburat merah terlihat kembali di wajah putih Nara di dasari bedak tipis yang di pakainya. "Astaga panas sekali disini, pasti wajahku merah lagi", gumam Nara dalam hati.

"Pipi kamu Nar, kenapa merah gitu?".

Vian mengusap lembut pipi Nara dengan tangannya. Nara reflek memegang pergelangan tangan Vian dan menurunkannya.

"Itu karena kamu, kenapa masih bertanya?", gemas Nara yang hanya bisa ia utarakan di dalam hatinya.

"Sampai kapan kamu akan memegangi tanganku? Kamu tidak jadi berangkat kerja?".

"Eh iya, eh maksudku tidak".

Nara lantas melepaskan cengkeramannya namun perhatiannya teralihkan oleh bintik-bintik merah yang ada di lengan Vian. Nara lalu mengarahkan pandangannya ke bagian leher yang sedang digaruk oleh lelaki itu.

1
WiwikAgus
bagus /Good/
Antok Antok
kelomang lukis jadi inget mainan jaman kecil dulu
Antok Antok
Menarik
Antok Antok
Semakin menarik... semoga novel ini berlanjut sampai tamat. dan banyak p mbacanya yang suka.... lanjut torrrrr
Antok Antok
Awal yang bagus, lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!