Bukan keinginan untuk menjadi istri pengganti. Karena ulah saudara tirinya Zahra harus menjadi korban akibat saudara tirinya tidak hadir di acara pernikahannya membuatnya menggantikan dirinya untuk berada di pelaminan.
Pria yang menikah dengan Zahra tak lain adalah Dokter bimbingannya dengan keduanya sama-sama praktik di rumah sakit dan Zahra sebagai Dokter coast. Zahra harus menjadi korban untuk menyelamatkan dua nama keluarga.
Merelakan dirinya menikah dengan orang yang tidak dia sukai. Tetapi bukannya niatnya dihargai dan justru. Suaminya menganggap bahwa dia memanfaatkan keadaan dan tidak. Tidak ada kebahagiaan dalam pernikahan Zahra.
Bagaimana Zahra menjalani pernikahannya dengan pria yang membencinya, pria itu awalnya biasa saja kepadanya tetapi ketika menikah dengannya sikap pria itu benar-benar menunjukkan bahwa dia tidak menyukai Zahra?"
Apakah Zahra akan bertahan dalam rumah tangganya?
Jangan lupa ngantuk terus mengikuti dari bab 1 sampai selesai.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13 Cara Menghadapi Suami
Naldy tidak memiliki rencana untuk melepaskan istrinya ketika dirinya sudah berada di dalam mobil dengan duduk di kursi pengemudi.
"Apa yang kamu lakukan hah!" tanya Zahra benar-benar sangat muak dengan suaminya itu.
"Kamu pikir bisa pergi keluar rumah tanpa seijin dariku hah!" ucap Naldy.
"Kenapa aku harus meminta izin darimu dan sementara kau memiliki kebebasan ingin pergi kemana. Aku juga memiliki kebebasan untuk melakukan apapun yang aku mau!" tegas Zahra.
"Itu perbedaan antara aku dan kau. Kau tidak memiliki kebebasan seperti aku, karena aku tidak berusaha untuk menikah dengan laki-laki yang tidak menyukaiku. Jika kau merasa hidupmu seperti di penjara dan maka terimalah resiko karena kau berani menggantikan seseorang yang harusnya menjadi istriku!" tegas Naldy.
"Kau benar-benar jahat Naldy. Kau hanya menang sendiri dan egois. Aku juga tidak sudi menikah denganmu dan selama ini aku hanya dipaksa!" tegas Zahra.
"Aku tidak membutuhkan alasan darimu dan semuanya sudah terlanjur, maka terima semua resikonya!" tegas Naldy.
"Kau tidak perlu cari-cari perhatian kepadaku, dengan kau banyak tingkah di rumah sakit, membuka cadarmu dan memperlihatkan wajahmu kepada semua orang, lalu sekarang kau juga ingin keluyuran seperti wanita tidak terhormat. Kau yang rugi telah melakukan semua itu, bukan aku!" tegas Naldy.
"Kalau memang kau tidak merasa rugi sama sekali. Lalu kenapa menghentikanku dan seharus dibiarkan saja aku pergi! Biarkan aku melakukan kebebasan seperti apa yang aku inginkan," ucap Zahra.
"Kau tidak menyimak dengan apa yang aku katakan sebelumnya hah! sudah aku katakan jika semua ini adalah resiko dari perbuatanmu dan kau tidak akan bisa sama sepertiku!" tegas Naldy.
Zahra mengepal tangannya benar-benar tidak percaya dengan semua yang dilakukan Naldy kepadanya dan hanya ingin menang sendiri.
"Aku akan mengajukan perceraian kepengadilan!" tegas Zahra ada saja rencana yang dilakukannya.
"Benarkah! Kita lihat saja apa apa kau bisa melakukan hal itu atau tidak," ucap Naldy menantang.
Zahra akan kalah berhadapan dengan Naldy yang paling tidak suka ditantang. Zahra mengalihkan pandangannya dan melihat lurus kedepan.
Naldy juga tidak mengatakan apa-apa lagi dan kemudian langsung menarik gas mobilnya dengan melajukan mobil tersebut dengan kecepatan santai.
Di dalam perjalanan keduanya hanya diam saja dan bisa dikatakan ini adalah pertama kali pasangan suami istri itu berada di dalam mobil yang sama tanpa ada siapapun. Zahra bener-bener sangat muak dengan laki-laki di sebelahnya itu yang tidak pernah mau kalah.
Dratt-drattt-drattt.
Mata Zahra benar-benar gatal melihat layar ponsel yang tidak jauh dari pandangan matanya itu, melihat siapa yang menelpon suaminya dan tidak lain itu adalah Tasya.
Naldy kemudian mengangkat panggilan telepon tersebut dengan mengabaikan istrinya di sebelahnya.
"Sayang kamu sudah di mana? Aku sudah menunggu kamu lebih dari satu jam?" tanya Tasya dengan rasa penasaran.
"Aku tadi ada keperluan mendadak, kamu jangan khawatir aku akan segera sampai," jawab Naldy.
"Baiklah sayang. Aku tunggu kamu," jawab Tasya.
"Apa-apaan maksud dia? Apa dia akan tetap melanjutkan pertemuannya dengan Tasya. Lalu bagaimana denganku?" batin Zahra seketika menjadi gelisah dan tidak tahu apa yang akan direncanakan pria egois di sebelahnya itu.
Tidak lama akhirnya mobil itu berhenti juga di depan salah satu Restaurant. Zahra menoleh ke arah Naldy yang saat ini membuka sabuk pengamannya.
"Mau kemana kamu? Dan kenapa harus berhenti di sini?" tanya Zahra.
"Calon istriku sudah menunggu di dalam sana dan aku harus menemuinya," jawab Naldy begitu santainya tanpa merasa berdosa.
"Lalu kau membiarkan ku berada di dalam mobil?" tanya Zahra.
"Lalu menurutmu bagaimana hah! Kamu harus bergabung bersama kami? Tetapi Tidak ada salahnya untuk menyadarkan kamu jika ada pasangan yang kamu hancurkan hubungannya," ucap Naldy.
"Kamu itu benar-benar jahat sekali, kamu mengatakan aku menghancurkan hubungan kalian. Kamu harusnya sadar jika kalian berdua yang sudah menghancurkan hidupku!" tegas Zahra.
"Aku tidak ingin berdebat denganmu, jadi lebih baik tunggu saja di sini dan Awas saja jika kau berani pergi kemana-mana!" tegas Naldy tidak berbicara banyak dan kemudian keluar dari mobil tersebut.
"Naldy!"
"Naldy!"
Zahra sudah berusaha mengatakan pintu dan ternyata tidak ada hasilnya. Naldy benar-benar sama sekali tidak peduli dengan wanita yang berada di dalam mobil yang dia kunci.
"Kalian itu bener-bener sangat jahat! Kalian tega melakukan semua ini kepadaku!" teriak Zahra harus menangis atas perbuatan kejam suami.
Sementara Naldy benar-benar tidak peduli dan melanjutkan langkahnya memasuki Restaurant tersebut.
Tasya dan Naldy duduk saling berhadapan dengan mereka berdua menikmati makanan yang baru saja diantarkan oleh pelayan.
"Apa aku tidak keterlaluan mengurungnya berada di dalam mobil. Lalu bagaimana jika dia berhenti bernafas," batin Naldy secara tidak langsung sebenarnya kepikiran dengan istrinya.
"Apaan kamu Naldy. Kenapa juga kamu harus kepikiran dengan wanita seperti itu, dia saja belakangan ini terus saja menantangku dan anggap saja itu semua adalah resiko dari semua perbuatannya," batin Naldy.
"Sayang aku tidak menyangka jika kamu benar-benar akan menempati janji kamu untuk makan malam bersamaku," ucap Tasya membuyarkan pemikiran pria yang ada di hadapannya itu yang ternyata saat ini tidak fokus kepadanya.
"Aku hanya berusaha untuk menepati janjiku," ucap Naldy.
"Aku senang akhirnya hal-hal romantis seperti ini kembali terulang lagi," ucap Tasya.
"Aku juga senang," jawab Naldy.
"Sayang, lalu kapan kamu akan menceraikan istrimu dan bukankah kita harus secepatnya menikah?" tanya Tasya kembali ingin menuntut haknya.
"Tasya bukankah aku sudah mengatakan kepada kamu jika dalam keluargaku tidak boleh ada perceraian?" sahut Naldy.
"Aku sangat memahami itu dan jika pun kamu tidak bercerai dengannya maka tidak apa-apa yang terpenting kita berdua menikah dan aku sangat tahu perasaan kamu pasti hanya untukku saja dan dia hanya sebagai status istri saja tanpa ada cinta dari kamu," sahut Tasya dengan tersenyum.
"Tetapi tetap saja aku menginginkan sebagai istri satu-satunya dan aku tidak sedih menjadi istri kedua. Aku seperti wanita yang tidak memiliki harga diri," batin Tasya yang lebih ingin diutamakan tetapi tidak punya pilihan lain karena Naldy tidak mungkin menceraikan istrinya.
Ditengah mereka berdua makan bersama dan tiba-tiba saja seorang pria berpakaian seragam polisi menghampiri meja tersebut.
"Selamat malam tuan!" ucap memberi hormat membuat Naldy dan Tasya kebingungan dan belum lagi orang-orang yang menjadi tamu di restoran tersebut juga melihat ke arah meja mereka.
"Iya, selamat malam, ini ada apa?" tanya Naldy.
"Kami baru saja mendapatkan telepon dari istri anda bernama Zahra. Nona Zahra terjebak di dalam mobil dan beliau mengirimkan lokasinya kepada kami. Kami sudah berada di parkiran dan memeriksa mobil tersebut dan kami mengalami kesulitan untuk membukanya," ucap Polisi tersebut.
Naldy sampai tidak bisa berkata-kata dan ternyata Zahra tiba-tiba saja memiliki ide untuk menghubungi polisi agar dirinya bisa keluar.
"Wanita ini benar-benar," umpat Naldy di dalam hati terlihat begitu marah kepada istrinya yang dengan sesuka hatinya bertindak.
"Jadi Naldy membawa Zahra ikut bersamanya?" batin Tasya pasti tidak menyangka jika di parkiran ada istri pria dihadapannya itu.
Bersambung....