Shasy yang sudah menjalani pernikahannya selama dua tahun,harus menabahkan hatinya saat sang mertua dan kerabat menghinanya Mandul. Karena keadaan yang membuatnya stres dan merasa tersakiti. Sashy yang sedang kalut dan rapuh memilih untuk bersenang-senang bersama temannya. Hingga dirinya terjebak dengan pria yang membuatnya melampiaskan amarah dan kecewanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Hari yang ditunggu tiba, Sashy baru saja tiba di tempat yang sudah di janjikan. Sashy kembali membaca pesan yang Arga kirim, setelah dua hari satu malam menghilang, pria itu kembali mengirim pesan.
"Tunggu aku di pintu masuk."
Sashy pun hanya berdiri menunggu seperti yang Arga pinta. Wanita itu menggunakan dres hitam tanpa menunjukan bagian tubuhnya. Sangat sopan namun terlihat begitu anggun.
Dari jarak yang semakin dekat Sashy melihat sosok pria yang dia tunggu, selama dua hari pria itu tak menampakkan dirinya, dan saat melihatnya saat ini rasanya Sashy merasakan sesuatu yang melegakan.
"Pak." Sashy menunduk sedikit memberi sapaan.
"Em, kita masuk sekarang." Arga pun memimpin jalan, dia menujukan sebuah kartu akses untuk bisa masuk kepada penjaga.
Dalam dunia bisnis kelas atas hal seperti ini sudah biasa, namun bagi Sashy adalah pengalaman baru.
Suara dentuman musik memekakkan telinga saat mereka sampai di dalam. Lampu yang tamaran membuat Sashy sedikit kesulitan mengejar langkah lebar Arga, hingga sebuah tangan besar meraih tangannya dan menggenggamnya. Sashy melihat tangan Arga menggenggam tangannya dan terasa hangat sampai ke hatinya. Tanpa sadar bibirnya tersenyum kecil.
"Tempatnya tidak disini," Ucap Arga yang masih bisa dia dengar.
Sashy pun mengikuti kemana Arga membawanya, memasuki lift dan keluar di lantai tiga, dimana tempat itu justru terlihat sunyi dan sangat tenang. Berbeda dengan lantai bawah tadi, seolah semua orang sedang menikmati alunan musik yang memekakkan telinga.
Sampai sebuah pintu, Arga melepaskan genggamannya dan membuat Sashy merasakan kekosongan yang tiba-tiba.
"Silahkan Tuan." Ucap seseorang yang berdiri didepan pintu.
Arga masuk lebih dulu, dan Sashy mengikutinya, di dalam ternyata sudah ada klien mereka. Di mana pria itu sedang duduk dan ditemani dua orang wanita berpakaian minim.
"Selamat datang Tuan Arga Bramantara," Sapa pria yang memiliki kumis dan perut buncit.
"Malam Tuan Robin." Arga menyambut uluran tangan Tuan Robin.
"Ini asisten saya." Arga mengenalkan Sashy.
"Um, cantik sekali. Anda pintar memilih asisten Tuan Arga." Mata kucing Tuan Robin menatap Sashy dengan penuh minat.
Membuat Sashy tampak terlihat risih namun sebisa mungkin ia tetap santai dan terlihat tenang.
"Saya lihat bisnis Tuan Arga semakin berkembang luas, banyak pembisnis lain yang berlomba-lomba mendapatkan kerja sama dengan perusahaan Agratama." Ucap Tuan Robin sambil menyesap cerutunya dan membuang kepulan asap itu kesalah satu wajah wanita yang ada disisinya.
Arga hanya tersenyum dan mengangguk, "Seperti yang anda lihat, tapi sepertinya anda sangat mengetahui minat saya. Dan ini kali kedua kerja sama kita berjalan." Tutur Arga.
Tuan Robin tertawa, dan tangannya mengisyaratkan agar wanita di dekatnya menuangkan minuman.
"Satu gelas saja, saya rasa Tuan Arga tidak keberatan." Tuan Robin mengulurkan sebuah gelas berisikan minuman alkohol.
Seperti biasa Arga menerima, karena hal seperti juga tidak asing dan sering ia lakukan hanya untuk menyenangkan atau menghormati klien.
"Nona, apa kau hanya bisa diam melihat kami saja. Kau juga bisa minum jika ingin."
Sashy tersenyum, dan tangannya hendak megambil gelas berisikan alkohol namun Arga mencegahnya.
"Dia tidak minum alkohol," Katanya sambil menenggak minuman yang tadi hendak Sashy minum.
Arga cukup baik dalam minum, dua gelas tak membuatnya bereaksi apapun.
"Kalau begitu pelayan akan membawakan minuman untuknya." Tuan Robin kembali menggerakkan tangannya memberi perintah pada pelayan di sana. Dan tak lama pelayan itu datang membawa minuman soda untuk Sashy.
Sedangkan Arga mulai pada topik utama pertemuan mereka, Sashy hanya menyimak karena Arga yang megambil alih semua.
Berdiam diri membuatnya juga merasa haus, Sashy megambil gelas yang berisi minuman soda itu, meminumnya hingga setengah.
"Saya tahu anda begitu berhati-hati Tuan Arga. Anda begitu mengenal saya." Tuan Robin tertawa.
Keduanya mencapai kesepakatan kembali, membubuhi tanda tangan di mana seharunya mereka lakukan, hingga perbincangan seputar bisnis mengalir diantara keduanya. Tuan Robin pun tahu jika kliennya ini tidak suka ditemani wanita penghibur seperti dirinya. Apalagi untuk pertama kali datang bersama asisten wanita. Tuan Robin cukup bisa membaca situasi diantara keduanya.
"Kalau begitu saya permisi lebih dulu." Arga berdiri dan menjabat tangan Tuan Robin sebagai tanda perpisahan.
"Baiklah, Tuan Arga semoga anda mendapatkan kesenangan malam ini."
Arga tak menyadari dibalik ucapan Tuan Robin. Ia pikir semua berjalan dengan lancar. Karena Arga tak melihat keanehan di sana.
Namun siapa sangka jika ditengah perjalanan Sashy tampak terlihat gelisah, wanita itu duduk dengan gusar dan bibir terbuka menimbulkan suara yang nyaris seperti desa han.
"P-pak, kenapa tiba-tiba tubuhku terasa panas." Ucapnya dengan tangan mengusap lengan dan sekitar area tubuhnya.
Arga yang melihat membulatkan matanya, pria itu mengumpat kesal.
"Siall!"
Arga jelas tahu apa yang terjadi pada Sashy, karena dirinya juga pernah berada dalam pengaruh obat karena Tuan Robin.
Akan tetapi Arga masih tertolong dengan Mirza yang langsung membawanya kerumah sakit. Dan sekarang hal itu terjadi pada Sashy.
"Pak, rasanya panas, dan..akhh.. gatal." Sashy menggeliat bak cacing kepanasan, tangannya sudah tak bisa di kondisikan wanita itu seperti hilang kesadaran atas dirinya.
Tanpa bicara Arga menambah kecepatan laju mobilnya, dan saat ini ia berada di jarak yang cukup jauh dari rumah sakit. Membawa Sashy pun tak yakin akan menolong wanita itu. Justru pikiran Arga berkelana bagaimana Sashy jika tak tertolong.
Ciittt
Mobil Arga berhenti disebuah hotel, tanpa menunggu lama pria itu menggendong Sashy ala pengantin, sedikit kesulitan karena Sashy begitu agresif dan terus bertindak nakal. Membuat Arga kepayahan melindungi dirinya dari sasaran tangan Sashy.
"Sashy hentikan!" Tegas Arga dengan suara rendah namun dalam.
Keduanya masih menunggu pintu lift terbuka.
Ting
Pintu lift terbuka, Arga langsung membawa Sashy masuk dan hanya ada mereka berdua.
"Arga.. enggh.." Sashy meraba dada bidang Arga dengan sensual, bibirnya terbuka tertutup begitu seksi.
Melihat pergerakan Sashy yang seperti itu jelas membuat Arga tak bisa menahan keinginannya. Tangannya meraih tengkuk Sashy lalu melumat bibir manis yang sudah menjadi candunya itu dengan kasar.
Ting
Pintu lift terbuka, Arga langsung menarik Sashy untuk mengikutinya sampai gadis itu kesulitan berjalan.
Klik
Pintu kamar terbuka, dengan kasar Arga mendorong tubuh Sashy masuk hingga berdiri di tepi tempat tidur.
"Kau tau, aku tidak bisa melepaskan mu Sashy." Ucap Arga sambil melepaskan kancing kemejanya satu persatu dan melepas kemejanya ke sembarang arah.
Sashy yang semakin kepanasan berusaha ikut melepaskan dress yang ia pakai. Keduanya sama-sama berlomba menanggalkan kain yang melekat di tubuh, hingga pada akhirnya arah mendorong tubuh Sashy ke atas ranjang dan mengungkungnya di bawahnya.
"Suka atau tidak, aku pastikan kau bercerai." Ucap Arga sebelum mengusap wanitanya yang sedang haus akan sentuhan. Kali ini Arga menyukai kelicikan Tuan Robin. Arga menyukainya karena wanita itu adalah Sashy. Dan dalam semalam keduanya memandu kasih dengan gairah yang menggulung. Tidak berhenti sebelum keduanya sama-sama kelelahan dan tak berdaya.
"Hamillah anakku Sashy." Ucap Arga sebelum pria itu ikut terlelap sambil mengusap permukaan perut rata Sashy.