Lu Changzu dan teman temannya terlempar ke dimensi lain, Namun Tanpa Lu Changzu sadari ia masuk ke dunia tersebut lebih awal dari teman teman sekelasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EGGY ARIYA WINANDA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekte Demon Refining 1
Dunia tidak berputar saat mereka berpindah; dunia dilipat melalui jalur teleportasi.
Lu Changzu merasakan perutnya ditarik keluar melalui pusarnya. Sensasi teleportasi jarak jauh ini jauh lebih kasar dan tidak stabil dibandingkan penerbangan pedang yang elegan milik Keluarga Lin. Ini adalah transportasi brutal—seperti dilemparkan ke dalam mesin cuci kosmik yang dipenuhi pecahan kaca.
Ketika kakinya akhirnya menyentuh tanah padat, dia terhuyung, menahan muntah.
Enam pemuda lainnya yang ikut bersamanya—rekrutan acak yang memiliki sedikit keberuntungan atau kegilaan di Kota Batu Hijau—tidak seberuntung itu. Mereka jatuh berlutut, memuntahkan isi perut mereka ke tanah berbatu yang hangus.
"Berdiri," perintah Chen Xuan. Suaranya tidak keras, tapi memotong udara berbau belerang itu seperti pisau panas. "Muntah adalah tanda kelemahan. Dan di sini, kelemahan mengundang kematian."
Lu Changzu memaksa dirinya tegak, menelan kembali rasa asam di tenggorokannya. Dia mendongak.
Pemandangan di depannya adalah mimpi buruk yang agung.
Mereka berdiri di kaki sebuah gunung raksasa yang seolah-olah tumbuh dari neraka itu sendiri. Gunung Iblis Hijau. Batuan gunung itu bukan abu-abu atau hitam, melainkan hijau tua yang berdenyut, dilapisi lumut beracun dan tanaman merambat yang tampak seperti pembuluh darah yang membengkak. Kabut tebal berwarna zamrud menyelimuti puncaknya, di mana kilatan petir merah sesekali menyambar tanpa suara.
Tidak ada kicauan burung. Tidak ada suara angin sepoi-sepoi. Hanya ada suara dengungan rendah yang konstan, suara ribuan formasi pertahanan yang aktif secara bersamaan.
"Selamat datang di rumah baru kalian," kata Chen Xuan, seringai lebarnya memperlihatkan gigi putih yang kontras dengan jenggot hitam lebatnya. "Atau kuburan barumu. Tergantung seberapa berguna kalian."
Chen Xuan melangkah maju menuju gerbang batu raksasa yang diukir berbentuk tengkorak iblis yang sedang menjerit. Dia tidak menggunakan kunci. Dia hanya melepaskan setetes darah dari ujung jarinya.
Darah itu melayang, menghantam dahi ukiran tengkorak itu.
KAAAAAARRRMM...
Suara gesekan batu kuno yang berat mengguncang tanah. Mata tengkorak itu menyala merah darah, dan rahangnya perlahan terbuka, menampakkan jalan setapak yang menanjak ke dalam kegelapan gunung.
"Dengar baik-baik," Chen Xuan berbalik, menatap ketujuh murid baru itu. "Sekte Demon Refining memiliki reputasi buruk di luar sana. Orang bilang kita monster. Orang bilang kita pembunuh tanpa otak."
Dia terkekeh. "Mereka setengah benar. Kita monster. Tapi kita monster yang tertib."
Dia mengangkat satu jari.
"Aturan Satu: Dilarang membunuh sesama murid di dalam wilayah sekte. Sumber daya itu mahal. sekte tidak mau muridnya menyia-nyiakan investasi dengan saling tikam saat tidur."
Dia mengangkat jari kedua.
"Aturan Dua: Jika kalian memiliki dendam yang tidak bisa diselesaikan dengan kata-kata, ajukan tantangan ke Lapangan Hidup dan Mati. Di sana, kalian bisa memotong leher lawan kalian secara legal, dan sekte akan membersihkan darahnya untuk kalian."
Jari ketiga.
"Aturan Tiga: Di luar gerbang sekte... tidak ada aturan. Jika kau bertemu sesama murid di luar dan membunuhnya demi harta karun, kau di izinkan."
Chen Xuan menurunkan tangannya. "Mengerti?"
"Mengerti, tetua chen!" seru keenam murid lainnya dengan gemetar. Lu Changzu hanya mengangguk diam.
Mereka mulai mendaki.
Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah dataran luas di kaki gunung. Di sana, ribuan gubuk kayu reyot berdiri berdesak-desakan. Bau keringat, kotoran, dan keputusasaan menguar dari tempat itu. Orang-orang berpakaian kasar berlalu-lalang, membawa bijih tambang atau tanaman obat dengan wajah lelah.
"Ini adalah Aula Murid Pelayan," jelas Chen Xuan tanpa emosi. "Tempat sampah sekte. Di sinilah kalian memulai. Kalian akan bekerja menambang Batu Roh atau merawat kebun herbal iblis. Jika kalian bisa mencapai tingkat kultivasi tertentu atau memberikan kontribusi besar, kalian bisa naik."
Dia menunjuk ke atas, ke arah awan hijau.
"Di atas sana ada Aula Murid Luar. Lebih tinggi lagi, Aula Murid Dalam. Dan di puncak, di dalam istana yang melayang di atas kawah gunung berapi, adalah Aula Murid Sejati—para pewaris, monster-monster kecil yang dipersiapkan untuk memimpin masa depan."
Chen Xuan berhenti. Dia melirik keenam murid lainnya. "Kalian berenam. Masuk ke sana. Laporkan diri kalian ke Diaken Urusan Luar. Mulai hari ini, kalian adalah pelayan."
Keenam orang itu ternganga. Mereka mengira direkrut langsung oleh Tetua Chen Xuan akan memberi mereka privilege.
"T-tapi Tuan Chen!" protes salah satu dari mereka. "Kami... kami dibawa oleh Anda! Bukankah kami seharusnya..."
Aura Chen Xuan meledak sedikit. Hanya sedikit. Tapi itu cukup untuk membuat pemuda yang bicara itu terlempar lima meter ke belakang, darah menyembur dari mulutnya.
"Aku membawa kalian karena kalian ada di sana," kata Chen Xuan dingin. "Jangan salah paham. Kalian hanyalah bagasi tambahan. Sekarang pergi, sebelum aku berubah pikiran dan menjadikan kalian pupuk untuk tanaman obatku."
Dalam hitungan detik, keenam orang itu lari terbirit-birit menuju perkemahan murid pelayan, meninggalkan Lu Changzu berdiri sendirian di samping Chen Xuan.
Lu Changzu tidak bergerak. Dia tahu dia berbeda. Bukan karena dia spesial, tapi karena dia adalah "anomali".
"Kau tenang," komentar Chen Xuan, menatap Lu Changzu dengan rasa ingin tahu. "Bagus. Setidaknya kau punya nyali."
Tanpa peringatan, tangan Chen Xuan yang besar dan kasar mencengkeram bahu Lu Changzu.
Dunia berputar lagi. Kali ini bukan teleportasi, tapi gerakan kecepatan tinggi. Mereka melesat melewati Aula Murid Pelayan, menembus batas Aula Murid Luar, dan terus naik ke area yang sunyi dan terjal di sisi tebing gunung.
Chen Xuan mendarat di depan sebuah gua alami yang tertutup semak belukar. Dia melepaskan Lu Changzu.
"Masuk."
Lu Changzu melangkah masuk. Gua itu lembap, dingin, dan hanya diterangi oleh jamur bercahaya yang tumbuh di dinding. Tidak ada furnitur. Hanya sebuah batu datar untuk meditasi.
Chen Xuan mengikutinya masuk. Tiba-tiba, Tetua itu bergerak secepat kilat. Dia mencengkeram pergelangan tangan Lu Changzu, jari-jarinya menekan titik nadi vital.
Lu Changzu merasakan aliran energi asing yang kasar merobek masuk ke dalam tubuhnya, memindai setiap inci organ dalamnya.
"Hmm..." Chen Xuan bergumam. Alis tebalnya berkerut. "Sudah kuduga."
Dia melepaskan tangan Lu Changzu dengan kasar.
"Kau pikir kau pintar, Nak? Bergabung dengan Sekte Demon Refining untuk menghindari Keluarga Lin?" Chen Xuan menyeringai sinis. "Strategi yang bagus. Tapi kau meremehkan betapa liciknya orang-orang 'lurus' itu."
Chen Xuan menunjuk ke dahi Lu Changzu, lalu ke jantungnya.
"Ada dua Segel Budak di dalam tubuhmu."
Jantung Lu Changzu berhenti berdetak sesaat. "Dua?"
"Satu di kesadaranmu, ditanam oleh si tua bangka Lin Dou. Itu segel pasif. Fungsinya untuk mencuri 30% dari setiap energi yang kau kultivasikan," jelas Chen Xuan santai, seolah sedang membicarakan cuaca. "Yang kedua... lebih halus. Tersembunyi di dekat jantungmu. Kemungkinan besar dari gadis kecil itu, Lin Yuwen. Itu segel pelacak. Ke mana pun kau pergi, dia tahu."
Darah Lu Changzu mendidih. Dia ingat "kebaikan" Lin Dou yang memberinya energi. Dia ingat senyum Lin Yuwen. Mereka telah memperkosanya secara spiritual sebelum membuangnya.
"Tuan Chen..." Lu Changzu mengepalkan tangannya, suaranya bergetar karena amarah yang tertahan. "Bisakah Anda... menghapusnya?"
"Tentu saja aku bisa," jawab Chen Xuan enteng. "Aku adalah Raja Tahap 5. Menghapus segel mainan dari Lin Dou itu semudah membalik telapak tangan."
Lu Changzu menatapnya penuh harap.
"Tapi aku tidak akan melakukannya."
Harapan itu hancur seketika. Lu Changzu menatap Chen Xuan, bingung.
"Kenapa?"
Chen Xuan mendekatkan wajahnya ke wajah Lu Changzu. Matanya yang gelap menatap tajam.
"Karena di Sekte Demon Refining, kami tidak memberikan sedekah. Jika aku menghapus segel itu untukmu, kau akan berhutang budi padaku. Tapi hutang budi dari sampah yang lemah tidak ada nilainya bagiku."
Dia menegakkan tubuh.
"Ini ujianmu, Lu Changzu. Pilar Hitam Abadi tidak bisa membacamu. Itu artinya kau entah sampah mutlak yang bahkan tidak layak diukur, atau kau sesuatu yang melampaui pemahaman alat kuno itu."
Chen Xuan melemparkan sebuah kantong kain lusuh dan sebuah gulungan bambu tua ke kaki Lu Changzu.
"Di dalam kantong itu ada tiga butir Pil Pengumpul Qi kualitas rendah. Dan gulungan itu adalah teknik dasar sekte kami, [Napas setan Iblis] Itu teknik sampah tingkat 1. Bahkan pelayan enggan menggunakannya karena efek sampingnya menyakitkan."
Chen Xuan berjalan menuju mulut gua.
"Hierarki kekuatan di planet Tianyun adalah mutlak. Kita mulai dari Entitas Tingkat 1 entitas paling sampah kultivasi kita Dimulai dengan Qi fondation (Pengaktifan Qi), lalu Body Tempering (Penempaan Tubuh), Master, Grandmaster, King, dan Emperor."
"Kau saat ini bahkan belum masuk pintu. Kau masih manusia fana."
Chen Xuan berhenti di ambang pintu, siluetnya menghalangi cahaya luar.
"Jika kau jenius sejati, kau akan menemukan cara untuk menggunakan teknik sampah dan pil buruk itu untuk mengatasi pencurian energi dari Segel Budak, dan menembus ke ranah Qi fondation atau qi activation. Jika kau bisa melakukannya, aku akan datang kembali dan mengangkatmu sebagai muridku."
"Tapi jika kau gagal... yah, kau akan mati kering karena energimu dihisap habis oleh Segel Budak itu saat kau mencoba berkultivasi. Dan aku tidak akan repot-repot mengubur mayatmu."
Dengan itu, Chen Xuan melompat pergi, menghilang ke dalam kabut hijau.
Lu Changzu ditinggalkan sendirian dalam kesunyian gua yang dingin.
Satu jam berlalu.
Lu Changzu duduk bersila di atas batu datar itu. Dia tidak langsung mencoba berkultivasi. Dia tidak bodoh.
Dia membuka gulungan bambu itu. Aksaranya kuno dan rumit, menjelaskan cara menarik Qi dari udara, menyaringnya melalui paru-paru, dan mengalirkannya ke Dantian (pusat energi di perut bawah).
Lu Changzu membacanya sekali. Dua kali. Tiga kali.
Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi mistis. Wajahnya menunjukkan ekspresi yang sama seperti saat dia melihat soal ujian kalkulus di sekolah menengahnya di Bumi: Kebosanan yang bercampur dengan penghinaan.
"Ini..." gumamnya, jarinya menelusuri diagram aliran energi di gulungan itu. "Ini tidak efisien. Siapa yang merancang sampah ini?"
Di sekolah, Lu Changzu dikenal sebagai siswa pendiam yang nilainya rata-rata. Tapi itu adalah topeng.
Guru-gurunya tidak tahu bahwa dia menyelesaikan ujian matematika 90 menit dalam kurang dari 5 menit, lalu menghabiskan sisa waktunya melamun atau tidur. Dia tidak malas; dia terhina oleh betapa mudahnya kurikulum itu. Otaknya tidak bekerja secara linear. Dia melihat pola di mana orang lain melihat kekacauan. Dia tidak menghafal rumus; dia melihat logika di balik rumus itu dan seringkali menemukan jalan pintas yang lebih cepat daripada yang diajarkan di buku teks.
Dan sekarang, dia melihat teknik kultivasi ini dengan mata yang sama.
"Teknik [Napas Iblis Keruh] ini," analisis Lu Changzu, berbicara sendiri untuk menjaga kewarasannya. "Instruksinya menyuruh menarik Qi melalui hidung, memaksanya melewati dua belas meridian utama secara kasar, lalu menumpuknya di Dantian."
Dia menutup matanya, memvisualisasikan proses itu seperti diagram hidrolik.
"Masalah satu: Qi di Gunung Iblis Hijau ini 'keruh' dan agresif. Memaksanya masuk secara kasar hanya akan merusak dinding meridian. Itu sebabnya Chen Xuan bilang ini menyakitkan."
"Masalah dua: Segel Budak Lin Dou. Itu seperti katup bocor di pipa utama. Segel itu mencuri 30% dari aliran. Jika input-ku 100, dan efisiensi teknik sampah ini hanya 50% karena banyak energi terbuang saat penyaringan, maka yang sampai ke Dantian hanya 50. Dikurangi 30% pajak Lin Dou... yang tersisa hanya 35 unit energi."
Dia membuka matanya. "35 unit tidak cukup untuk mendobrak gerbang Dantian dan memulai Qi Activation. Aku akan kehabisan tenaga sebelum berhasil, dan Segel Budak itu akan memakan vitalitasku sebagai gantinya."
Dia melihat tiga butir Pil Pengumpul Qi yang kusam di tangannya.
"Pil ini bisa memberi dorongan instan, katakanlah 200 unit. Tapi jika pipanya bocor, itu tetap percuma."
Kebanyakan orang dalam situasi ini akan putus asa. Mereka akan menyalahkan nasib, menangis, atau mencoba memaksakan diri dan mati.
Tapi Lu Changzu tersenyum. Senyum tipis, analitis, dan dingin.
"Ini bukan masalah mistis," bisiknya. "Ini masalah matematika. Ini masalah efisiensi aliran fluida."
Dia mengambil ranting kering dan mulai mencoret-coret tanah gua. Dia tidak menggambar rune sihir. Dia menggambar diagram vektor. Dia menggambar skema pernapasan yang disinkronkan dengan detak jantung.
"Jika aku tidak bisa menghapus Segel Budak (variabel pengurang konstan), maka aku harus meningkatkan Input dan Efisiensi secara drastis agar sisa energinya cukup untuk overload sistem otak."
"Teknik ini membuang energi di persimpangan meridian paru-paru dan jantung. Kenapa harus lewat sana? Ah, untuk pemurnian. Tapi jika aku memutar alirannya... menggunakan tekanan diafragma untuk memadatkan Qi sebelum masuk ke meridian..."
Matanya bergerak cepat, otaknya berputar pada kecepatan yang akan membakar sirkuit orang biasa.
"Dan ritme pernapasannya... 4 detik tarik, 4 detik tahan, 4 detik buang. Itu standar. Terlalu lambat. Frekuensi resonansi tubuhku saat istirahat berbeda."
Selama empat jam berikutnya, Lu Changzu tidak berkultivasi. Dia mengedit.
Dia membongkar teknik [Napas Iblis Keruh], membuang bagian-bagian yang dia anggap "ritual tidak berguna", dan menyusun ulang jalurnya berdasarkan logika anatomi dan efisiensi fisika.
Dia menciptakan jalan pintas. Dia menemukan bahwa dengan sedikit memiringkan postur duduk dan menekan titik akupuntur tertentu dengan jarinya sendiri, dia bisa menciptakan "bendungan" sementara yang memaksa Qi mengalir lebih cepat karena tekanan tinggi.
"Selesai."
Dia melihat diagram di tanah. Itu bukan lagi [Napas setan Iblis] Tingkat 1.
Itu adalah pernapasan monster yang efisien. Secara teori, ini setidaknya setara dengan Teknik Tingkat 2 Awal.
"Saatnya pembuktian."
Lu Changzu menelan satu butir Pil Pengumpul Qi.
Rasanya pahit, seperti menelan kapur barus.
Segera, panas meledak di perutnya.
"Mulai!"
Dia mengambil posisi yang aneh—bukan bersila biasa, tapi dengan punggung melengkung ke depan dan jari menekan titik di bawah rusuknya. Dia mulai bernapas.
Bukan napas tenang. Tapi napas yang tajam, ritmis, dan sinkron dengan detak jantungnya yang semakin cepat.
WUUUSSH.
Qi dari udara gua yang dingin tersedot masuk.
Di dalam tubuhnya, perang dimulai.
Pil itu meledakkan energi. Teknik sampah yang dimodifikasi itu menangkap energi tersebut, memadatkannya seperti piston mesin, dan menembakkannya ke dalam meridian.
Rasa sakitnya luar biasa. Rasanya seperti dialiri listrik tegangan tinggi. Dinding meridiannya meregang maksimal.
Dan saat itulah, Segel Budak bereaksi.
Di kedalaman kesadarannya, sebuah bayangan hitam berbentuk jaring laba-laba—jejak Lin Dou—menyala. Jaring itu mencoba menyedot aliran energi itu.
"Makan ini, parasit!" batin Lu Changzu berteriak.
Alih-alih memperlambat aliran agar tidak sakit, Lu Changzu mempercepatnya. Dia menggunakan logika hidrolik: jika aliran air cukup deras, pipa bocor tidak akan sempat membuang semuanya sebelum air mencapai tujuan.
Teknik modifikasinya bekerja dengan efisiensi yang mengerikan. Alih-alih 50% efisiensi, dia mencapai 90%.
Volume Qi yang sangat besar dan padat membanjiri meridiannya seperti tsunami.
Segel Budak Lin Dou menyedot bagiannya dengan rakus.
30% hilang.
Tapi karena Lu Changzu telah meningkatkan inputnya menjadi 300% dari normal berkat modifikasi teknik dan pil... sisa energi yang lolos masih sangat besar.
Cukup besar untuk menghancurkan penghalang.
DUM!
Suara ledakan tumpul terdengar dari dalam tubuhnya.
Di perut bawahnya, di ruang gelap Dantian, sebuah titik cahaya menyala.
Awalnya kecil, seperti lilin. Tapi kemudian, sisa energi dari pil dan teknik yang efisien itu memberinya bahan bakar.
Titik itu meledak menjadi pusaran kecil. Pusaran energi berwarna abu-abu pekat—warna Qi Iblis yang telah dipadatkan secara paksa.
Sensasi kekuatan mengalir ke seluruh tubuhnya. Rasa sakit di ototnya lenyap, digantikan oleh sensasi ringan. Indra pendengarannya menajam hingga dia bisa mendengar tetesan air dari stalaktit di ujung gua.
Dia membuka matanya.
Dalam kegelapan gua, mata Lu Changzu bersinar dengan kilatan redup.
Dia telah berhasil.
Dia telah menembus batas manusia fana.
Dia telah memasuki Ranah Qi Activation tahap 1 (Pondasi Qi).
Dan dia melakukannya bukan dengan bakat mistis, bukan dengan bantuan dewa, tapi dengan matematika dan logika yang diterapkan pada teknik sampah.
Lu Changzu melihat telapak tangannya. Dia bisa merasakan aliran Qi di bawah kulitnya.
Namun, dia juga bisa merasakan Segel Budak itu. Sekarang, karena dia memiliki Qi, dia bisa merasakan keberadaan segel itu dengan lebih jelas. Parasit itu sekarang lebih gemuk, setelah memakan sebagian energinya tadi.
"Nikmatilah selagi bisa, Lin Dou," bisik Lu Changzu, suaranya bergema dingin di dinding batu. "Kau pikir kau menjadikan aku ternakmu. Tapi kau hanya memberiku motivasi untuk menemukan gunting yang tepat untuk memotong lehermu."
Dia mengambil gulungan bambu [Napas setan Iblis] itu dan meremasnya hingga hancur menjadi serbuk. Dia tidak membutuhkannya lagi. Dia sudah menulis ulang kodenya di kepalanya.
Sekarang, dia bukan lagi siswa SMA yang tersesat.
Dia adalah seorang Kultivator Iblis. Dan dia baru saja menyelesaikan persamaan teori matematika iblis pertamanya di dunia ini.
Bersambung.....