Season 2 dari Novel "Anak Genius Milik Sang Milliarder"
Rachel dan Ronand telah beranjak remaja, kini usianya sudah menginjak 17 tahun. Rachel yang tak ingin selalu dibandingkan dengan kejeniusan Ronand, memilih untuk menyembunyikan identitasnya sebagai saudara dan orang kaya.
Semua siswa di sekolahnya, tidak ada yang mengetahui jika Rachel dan Ronand adalah saudara kembar. Justru mereka dirumorkan sebagai pasangan kekasih karena beberapa kali terlihat dekat.
Akankah keduanya berhasil menyembunyikan identitas mereka sampai lulus sekolah? Atau semua rencana itu gagal, seiring dengan kisah percintaan mereka yang terjadi di sekolah itu?
Temukan jawabannya hanya di NovelToon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Macet
Astaga... Kenapa pakai sandal jepit beneran, Rachel?
Sandal jepit bukan sembarang sandal jepit ini, Nenek gayung. Sandal jepit pembawa keberuntungan ini,
Keberuntungan darimananya? Itu sandal jepit siapa? Oma bahkan belum pernah melihatnya,
Ada yang tahu sandal jepit tukang kebun nggak? Katanya baru ditinggal sebentar ke kamar mandi, kok hilang.
Kabur...
Rachel...
Pertanyaan dari Papa Fabio pada Rachel dan Mama Martha, membuat keduanya saling pandang. Bahkan Rachel segera berlari untuk menghindari omelan dari Papa Fabio dan Mama Martha. Sedangkan Mama Martha sudah mengacak rambutnya dengan tatapan frustasi.
"Ada apa sih? Papa cuma tanya lihat sandal jepitnya tukang kebun nggak? Kok Rachel kabur, terus ini Mama juga diam saja. Itu kasian, mau dipakai soalnya." tanya Papa Fabio yang tahu masalah sandal jepit hilang ini karena melihat para maid sibuk membantu mencari.
"Dipakai cucumu yang nakal itu, Pa."
"Udahlah, Mama pusing. Ganti cucu aja," ucap Mama Martha yang kemudian memilih pergi dari hadapan Papa Fabio.
"Maksudnya bagaimana, Ma? Dipakai cucu? Siapa sih?"
"Eh... Sebentar. Yang tinggal di sini kan hanya Rachel untuk hari ini. Berarti sandalnya..."
"Rachel... Astaga, jahil banget sih itu anak." gerutu Papa Fabio yang kini sudah paham dengan maksud Mama Martha.
Alhasil, Papa Fabio harus membelikan sandal jepit baru untuk tukang kebun itu. Padahal itu sandal sudah jelek dan mungkin ukurannya juga tidak sesuai dengan kaki Rachel. Namun bisa-bisanya Rachel mengambil dan memakai sandal jepit itu.
***
"Abang, kenapa pakai motor ini lagi? Apa nggak ada motor lain? Ini kan sering macet," gerutu Rachel saat melihat motor yang dibawa oleh kembarannya.
Motor milik salah satu ART di rumahnya, sudah lumayan butut dan tua. Bahkan knalpotnya juga telah mengeluarkan asap putih. Hal itu membuat Rachel kesal karena sering macet saat perjalanan
"Buat menghayati peran untuk drama kita. Jadi orang susah, ini kan maumu? Kalau mau berdrama, effort harus seratus persen. Jangan cuma setengah-setengah, kurang natural." ucap Ronand dengan santainya kemudian mengemudikan motor itu dengan kecepatan tinggi karena jam masuk sudah mepet.
Yuhuuu...
"Enaknya jadi orang biasa," seru Rachel yang memeluk perut Ronand dengan erat.
"Tadi Mama dan Papa tanya, kapan kita mengakhiri drama ini?" seru Ronand membuat Rachel mengerutkan dahinya heran.
"Kalau sudah lulus SMA," jawab Rachel dengan santainya.
"Kalau gitu, Papa nggak ada kesempatan buat ambil rapor kita di sekolah dong."
"Nggak papa. Lagian apa pentingnya rapor? Kita kan dari SD sampai SMA selalu dapat ranking terus," Rachel begitu membanggakan dirinya yang selalu mendapatkan ranking.
"Sombong. Kamu dapat ranking karena tugas selalu abang yang kerjakan. Terus ulangan, sering mencontek. Dipikir Abang nggak tahu," sindir Ronand yang tahu kebiasaan Rachel. Rachel hanya menyengirkan bibirnya karena ketahuan oleh kembarannya tentang kebiasaannya.
Sebenarnya Rachel itu pintar, hanya saja malas belajar. Setiap ada ulangan atau ujian, ia sering membuat contekan kecil yang disimpan pada beberapa tempat. Entahlah, ada saja ide dari Rachel itu.
Saat ini Ronand dan Rachel berada di kelas 2 SMA. Ronand masuk kelas IPA, sedangkan Rachel berada di kelas IPS. Rachel sendiri yang menginginkan untuk berada di kelas IPS. Pasalnya ia tak mau terlalu pusing dengan praktikum dan rumus-rumus yang banyak.
Brumm... Brumm...
"Itu teman Abang kan?" tanya Rachel saat melihat salah satu motor yang dikenalnya.
"Iya," jawab Ronand dengan singkat.
"Kok nggak nyapa? Sombong kali dia," gerutu Rachel yang seakan menyindir salah satu teman dari Ronand.
"Bukan sombong, Achel. Tapi dia emang jarang nyapa kalau ada teman lagi sama pasangannya. Contohnya nih abang, lagi sama yang katanya pacar. Dia nggak enak kalau ganggu, apalagi peluknya erat banget tuh." sindir Ronand mengingatkan tentang drama yang dimainkannya di sekolah. Semua orang menganggap dia dan Rachel berpacaran karena terlalu dekat juga mesra.
Hehehe...
"Ini demi kebaikan kita lho, Abang. Tenang, nggak ada cewek-cewek yang dekatin. Mereka juga nggak ada yang tahu kalau kita kaya, malah tahunya anak beasiswa. Hidup di sekolah tuh rasanya damai. Nggak banyak lalat mau nempel," ucap Rachel dengan bangganya membanggakan drama yang dimainkannya.
Di sekolah, semua siswa tidak ada yang mengetahui jika Ronand dan Rachel adalah saudara kembar. Bahkan mereka tak tahu bahwa keduanya merupakan keturunan dari keluarga Roberto. Hal itu dikarenakan drama yang dibuat oleh Rachel sejak masuk SMP dengan menyembunyikan identitas aslinya.
"Terserah kamu saja, Abang pusing." ucap Ronand sambil menggelengkan kepalanya.
"Pusing? Sini biar Rachel aja yang bawa motornya. Rachel masih mau hidup seratus tahun ya," seru Rachel tiba-tiba.
"Nggak. Yang ada ini motor bisa masuk selokan," tolak Ronand yang tahu jika Rachel belum bisa mengendarai motor dengan benar.
"Daripada nanti..."
Brett... Brett...
"Eh... Apa nih? Suara kentut apa dari motor mau macet?" tanya Rachel yang merasa akan terjadi sesuatu.
"Macet ini, Achel." ceplos Ronand saat merasakan getaran berbeda pada motornya.
"Nah kan... Sudah Achel duga sebelumnya. Sudah Achel bilang jangan pakai motor ini, Abang." seru Rachel yang kesal dengan Ronand.
Blup...
Seketika motor yang dikendarai oleh Ronand mati setelah beberapa kali oleng dan tarikan pada gas tidak lancar. Ronand hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Memang sudah beberapa kali dia mengalami macet, namun tak kapok juga memakai motor ini.
"Tinggal 10 menit lagi bel masuk," seru Rachel yang kini sudah turun dari motor.
"Halah... Nggak usah drama, Achel. Abang tahu kamu senang kan kalau kita terlambat atau nggak berangkat sekolah," ucap Ronand sambil mencoba mencari tahu masalah dari motor itu.
Hehehe...
"Abang tahu aja. Yang lama ya, biar Achel bisa menikmati pemandangan di jalanan. Lihat buku dan papan tulis terus tuh rasanya mata langsung berkunang-kunang," Rachel memilih duduk di bawah pohon pinggir jalan. Membiarkan Ronand mencoba untuk menghidupkan motor itu.
Brumm... Brumm...
Citt...
"Kenapa motornya?" tanya seorang pemuda yang menggunakan seragam sama dengan Rachel dan Ronand.
"Ma..."
"Ndak lihat itu matanya? Udah tahu motornya macet, masih pakai nanya. Bantuin kek," seru Rachel menyela ucapan Ronand.
Oh...
"What the..."
"Hanya oh doang? Bantuin kek. Kalian itu satu geng, tiap hari nongkrong di kantin bareng. Masa cuma oh doang begitu responnya. Dasar teman nggak ada akhlak," seru Rachel yang kesal dengan teman Ronand itu.
"Mending cewekmu itu dilakban aja mulutnya biar nggak ngoceh mulu. Pusing aku dengar suara cemprengnya," ucapnya membuat Rachel memelototkan matanya.
"Daripada kalian ribut, mending berangkat bareng aja ke sekolah. Biar nggak terlambat semua," usul Ronand.
Nggak,
Ogah boncengin dia,
Aku juga amit-amit bonceng ketua OSIS yang sok ganteng dan irit bicara itu. Ntar kena panu lagi kalau dekat-dekat dia,
Aku nggak panuan,
Diam...
lanjut thor...
SEKALIAN UNDANG SON HOREG PUNYA OM BREWOK MIKAAAA...
JANGAN LUPA NENEK GAYUNG DI AJAK HOBAAAAHHH💃💃💃💃💃💃