Syok, begitu tau dia hamil, itulah yang Dinda rasakan saat ini. Apa lagi mengetahui kalau Nicko, ayah dari anak yang Dinda kandung telah pergi begitu saja tampa pamit.
Dinda, harus kuat meskipun harus menanggung malu, hinaan dan juga ejekan dari teman-temannya.
Dinda, juga berharap tidak mau lagi bertemu dengan Nicko Raharja, pria yang sudah membuat hatinya terluka, tapi takdir berkata lain. Dinda dan Nicko kembali di pertemukan lagi dengan Nicko yang sudah memiliki tunangan.
apakah Nicko akan kembali bersama Dinda lagi, karena mereka sudah memiliki anak.
* * *
Penasaran dengan kisah Dinda dan Nicko, langsung baca yuk👉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faijha.asr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nicko Ingin menebus semua kesalahannya
"Apa itu Nicko?"
"Bu Dinda, ibu gak apa-apa kan?" Tanya gurunya Nando, karena hanya melihat Dinda diam saja.
"Sayang gak apa-apa kok Bu, kalau begitu saya permisi dulu, saya harus mencari Nando, Bu."
"Iya Bu Dinda, saya yakin banget kalau Nando baik-baik saja kok, saya lihat ayahnya Nando, juga begitu baik dan khawatir pada Nando."
"Iya Bu, saya permisi dulu," Dinda, pergi dari sana setelah mendapat anggukan dari gurunya Nando.
"Ke mana Nicko, membawa Nando, kenapa Nicko gak kasih tau aku," ucap Dinda, seorang diri keluar dari gerbang sekolah dan berjalan menuju pangkalan ojek.
"Ojek neng?"
"Iya bang, ke kafe xx ya."
"Baik neng, ayo naik ini helemnya."
Dinda kembali ke kefe, dengan menaiki ojek. Tiba di kafe, Dinda langsung menemui atasan di lantai dua, Dinda yakin kalau Raffi, tau di mana Nicko.
Tokkk....
Tokkk....
"Masuk."
Ceklek....
"Pak Raffi."
Raffi mendongak melihat Dinda, yang berjalan masuk dan berdiri di hadapannya.
"Dinda, kok kamu di sini, kamu gak pergi sama Nicko, tadi hp kamu bunyi dan telpon dari sekolah Nando," ucap Raffi, menatap Dinda heran.
"Jadi benar, Nicko yang pergi jemput Nando."
"Dinda, kok kamu bengong si? Kamu gak pergi sama Nicko ke sekolah Nando?"
"Gak pak, saya juga baru balik dari sekolah Nando, Nando juga gak ada, gurunya bilang Nando di jemput sama pria yang mengaku sebagai ayahnya."
"Kok Nicko gak ngajak Dinda si," ucap Raffi, dalam hati.
"Pak Raffi, boleh saya minta tolong, tolong telpon Nicko dan tanyakan apa Nando masih sama dia, saya khawatir banget dengan Nando, apa lagi tadi gurunya bilang kalau Nando mimisan lagi di sekolah," ucap Dinda, penuh mohon.
"Baik, saya telpon Nicko dulu."
Raffi, mengambil ponselnya dan langsung menghubungi Nicko, harus mencoba menelpon beberapa kali, barulah Nicko menjawabnya.
"Hallo Raff, ada apa?" Tanya suara dari seberang sana.
"Lu lagi di mana, Nando masih sama lu kan?" Tanya Raffi, sambil menatap Dinda yang sedang cemas saat ini.
"Iya, Nando lagi sama gue, kita lagi main di mall, kenapa?"
Belum sempat Raffi, bersuara lagi, Dinda langsung meminta ponsel milik Raffi, dan pria itu pun memberinya.
"Hallo, kemana anda membawa putra saya?"
"Nando baik-baik aja kok, lagi sama aku sekarang di mall lagi main, dikit lagi kita pulang, nanti aku bawah Nando ke kafe," ucap Nicko, dari seberang sana.
"Cepat bawa Nando pulang, Nando lagi gak sehat sekarang," ucap Dinda, lalu memberikan ponselnya pada Raffi.
"Terimakasih pak, saya kembali bekerja dulu," Dinda keluar dari sana, sambil menahan kesal.
Raffi melihat, sambungan telpon yang masih terhubung itu.
"Hallo, kok lu gak ngajak Dinda si, katanya lu mau pergi bareng dia ke sekolah Nando?"
"Udah gak sempat, tadi gue liat dia sibuk banget dan gue gak pengen ganggu dia, udah dulu ya, gue lagi nemanin Nando main, dikit lagi kita pulang."
Sambungan telpon lalu mati, Raffi mengahela nafas pelan, lalu kembali duduk.
"Bakal ada perang lagi nih."
* * *
Di lain tempat, saat ini Nicko begitu menikmati waktu berdua bersama putranya, Nando bermain dengan antusias di sana.
"Pa, siapa yang nelpon barusan?"
"Om Raffi sayang, mama nanyain Nando," ucap Nicko, mengusap kepala putranya dengan sayang.
"Mama pasti akan marah sama Nando."
"Nando tanang aja ya, nanti biar papa yang ngomong sama mama, biar Nando gak di marahin ya."
"Iya pa."
Selesai bermain, Nicko langsung membawa Nando pergi dari sana, Nicko mengendong Nando dan keduanya sambil tersenyum.
Tak jauh dari sana, terlihat seorang wanita menatap tak percaya pada Nicko dan anak laki-laki dalam gendongan Nicko.
"Jadi karena ini, kamu gak bisa di temui Nick, apa anak laki-laki itu, adalah anaknya Nicko dan wanita itu," ucap orang itu dalam hati, yang tidak lain adalah Alika.
Alika, yang suasana hatinya sedang suntuk, memilih pergi jalan-jalan ke mall, tapi wanita itu tak menyangka akan melihat pria yang selalu susah di temuinya itu, keluar dari tempat permainan sambil mengendong anak laki-laki.
* * *
Tiba di kafe, Nicko mengajak Nando masuk, dan Dinda sudah menunggu di dalam dengan tatapan tajam pada pria yang sedang mengandeng tangan Nando.
"Mama," panggil Nando, dan langsung menghampiri Dinda.
"Sayang, Nando dari mana aja, mama khawatir lo karena Nando gak ada di sekolah."
"Maaf ma, Nando pergi ke rumah sakit sama om baik, terus di ajak jalan-jalan ke mall juga."
"Tolong jangan marahin Nando, aku yang ngajak dia, jadi kalau mau marah sama aku aja."
Dinda beralih menatap Nicko, yang sedang menatapnya saat ini.
"Saya minta tolong, anda jangan sembarangan lagi mengajak Nando, saya ibunya jadi saya berhak untuk melarang anda."
Nicko membuang nafas pelan, melihat Raffi yang menghampiri mereka, saat ini di sana juga hanya ada mereka saja.
"Raff, tolong ajak Nando ke atas, gue mau ngomong sama mamanya."
"Baik, Nando, ikut om ya," ajak Raffi.
"Iya om, ma Nando ikut om Raffi ya," Dinda hanya mengangguk pelan, setelah Nando dan Raffi, pergi sekarang hanya Nicko dan Dinda saja.
Nicko menatap Dinda dengan tatapan yang sulit di artikan, membuat Dinda, masih terlihat menahan kesal dan menatap pria itu tajam.
"Kenapa kamu merahasiakan sakit Nando?"
Dinda, kembali menatap Nicko, Dinda tersenyum sinis, wanita itu sudah menduga kalau Nicko pasti akan tau juga soal sakit Nando saat ini.
"Bukan urusan kamu, Nando adalah putraku, dan aku tidak akan membiarkan Nando kenapa-kenapa."
Nicko, memegang kedua bahu Dinda, membuat pandangan mereka bertemu.
"Dinda, aku adalah ayahnya Nando, kalau kamu lupa."
"Ayah anda bilang, anda lupa udah ninggalin saya yang lagi hamil waktu itu, dan sekarang anda dengan gampangnya mengatakan kalau anda adalah ayahnya Nando," Dinda menatap kedua mata Nicko berkaca-kaca.
"Aku akui aku salah, aku akui kalau aku udah jahat sama kamu karena udah ninggalin kamu gitu aja dalam keadaan hamil, tapi sekarang aku benar-benar ingin menebus semua kesalahanku di masa lalu, aku akan lakukan apa saja untuk kesembuhan putra kita."
Dinda mengusap air mata dengan kasar, dan menghempaskan kedua tangan pria itu yang ada di pundaknya sambil menatap Nicko dengan tajam.
Dinda baru akan bersuara, tiba-tiba saja terdengar suara manja seorang wanita dari arah depan.
"Sayang, aku cariin ternyata kamu di sini," ucap wanita itu, dan langsung memeluk lengan Nicko.
Dinda yang melihat itu, tersenyum kecut lalu berbalik dan pergi dari sana, hatinya sakit melihat pemandangan itu.
Bersambung....