Alana Adhisty dan Darel Arya adalah dua siswa terpintar di SMA Angkasa yang selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik. Alana, gadis ambisius yang tak pernah kalah, merasa dunianya jungkir balik ketika Darel akhirnya merebut posisi peringkat satu darinya. Persaingan mereka semakin memanas ketika keduanya dipaksa bekerja sama dalam sebuah proyek sekolah.
Di balik gengsi dan sikap saling menantang, Alana mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam hubungannya dengan Darel. Apakah ini masih tentang persaingan, atau ada perasaan lain yang diam-diam tumbuh di antara mereka?
Saat gengsi bertarung dengan cinta, siapa yang akan menang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my pinkys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan tak terduga dan tembakan
Siang itu, Alana, Darel, dan keluarga mereka masih menikmati liburan di Korea dengan benar-benar menikmati liburan kali ini. Setelah makan siang, Alana memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar di sekitar kawasan perbelanjaan yang ramai pengunjung karna banyak stand jajanan populer di Korea yang tak pernah sepi pembeli.
Saat sedang melihat-lihat aksesoris di salah satu toko, tiba-tiba ia mendengar suara familiar memanggil namanya.
“Alana?”
Alana menoleh dan tersenyum lebar saat melihat Shasa dan Kavin menghampirinya.
“Shasa! Kavin! Kalian berdua kok ada di sini?”
Shasa mengangguk semangat. “Ck kita kesini ya liburan Alana! Kavin membawaku ke sini sebagai hadiah liburan.Aku juga baru tahu kalau kamu ada di Korea,kamu nggak ajak-ajak ke korea.”
Alana tersenyum canggung "hehe maaf ya, soalnya aku bersama bunda"
"Kalian berdua ke kores, Jangan-jangan.....—"
Kavin menyeringai, tangannya menggenggam tangan Shasa dengan erat. “Kita sudah resmi pacaran sejak seminggu setelah ujian selesai. Seharusnya kita janjian ketemu dari awal.”
Alana tersenyum senang. “Wah, selamat ya! Aku ikut senang mendengarnya.”
Shasa tersipu malu, sementara Kavin tampak bangga.
Mereka bertiga pun berjalan di sekitar area perbelanjaan, menikmati suasana kota Seoul yang ramai. Mereka mencoba berbagai jajanan khas Korea sambil berbincang tentang rencana liburan masing-masing.
Namun, di tengah obrolan mereka, tiba-tiba Alana merasa ada yang aneh.
Ia merasakan sesuatu—sebuah firasat buruk.
Alana mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Semua tampak normal, tetapi hatinya berdegup kencang tanpa alasan.
Dan saat itulah—kejadian secepat kilat terjadi
Dor!
Terdengar suara tembakan.
Semua orang di sekitar mereka berteriak dan berhamburan panik. Alana membelalakkan mata saat melihat seorang pria berpakaian hitam menodongkan pistol ke arah seseorang yang berdiri tak jauh darinya.
Orang itu adalah seorang wanita tua yang tampak anggun, mengenakan mantel mahal dan syal sutra.
Wanita itu berdiri diam, wajahnya pucat, seolah tidak percaya bahwa ia sedang menjadi target serangan.
Alana tidak berpikir panjang.
Ia segera berlari ke arah wanita itu dan mendorongnya ke samping.
Dor!
Peluru yang seharusnya mengenai wanita itu justru mengenai lengan Alana.
“Alana!!!” Shasa dan Kavin berteriak panik.
"Aduh, anjing ya sakit juga kena tembak" gerutu Alana
Tubuh Alana langsung pterhuyung ke belakang, rasa panas langsung menyebar dari lengannya yang tertembak. Namun, ia berhasil membuat wanita tua itu selamat.
Beberapa detik kemudian, seorang pria dengan pakaian serba hitam datang dari arah lain dan melumpuhkan pria bersenjata itu. Beberapa penjaga yang ternyata mengawal wanita tua itu segera bertindak cepat, menangkap penyerang sebelum dia bisa kabur.
Darel tiba tepat saat itu juga, wajahnya berubah drastis saat melihat Alana berdiri dengan tangan yang berdarah.
“Alana!!”
Darel langsung berlari dan menangkap tubuh Alana yang hampir jatuh.
Alana tersenyum lemah. “Aku baik-baik aja… cuma kena di lengan kok…tapi sakitttt”
Darel menatapnya tajam, jelas tidak percaya bahwa ini hanya masalah kecil.
Wanita tua yang tadi diselamatkan oleh Alana menatap gadis itu dengan ekspresi terkejut dan khawatir. Ia langsung mendekat, melihat luka Alana dengan tatapan penuh penyesalan.
“Terimakasih ya… kamu sudah menyelamatkanku…” suara wanita itu bergetar.
Darel yang baru saja hendak menegur Alana atas keberaniannya, tiba-tiba membeku saat melihat wanita tua itu.
Wajahnya berubah. “Oma Queen?”
Alana terkejut. “Oma?”beo Alana
Wanita tua itu menoleh dan matanya membelalak saat melihat Darel. “Darel…?”
Seketika, semuanya menjadi jelas.
Wanita yang baru saja ditolong Alana adalah nenek kandung Darel.
“Bagaimana bisa…” Darel masih tidak percaya. “Oma, apa yang Oma lakukan di sini?”
Nenek Darel menarik napas panjang, masih tampak terguncang. “Oma hanya sedang berjalan-jalan… tapi ternyata ada seseorang yang ingin mencelakaiku.”
Darel menatap pria yang sudah dilumpuhkan oleh pengawal neneknya dengan tatapan dingin. “Siapa yang berani melakukan ini?”
Pengawal itu menjawab cepat, “Kami masih menyelidikinya, Tuan Muda. Tapi tampaknya ini ada hubungannya dengan persaingan bisnis keluarga.”
Darel mengepalkan tangan, ekspresinya semakin dingin.
Saingan bisnis keluarga Atharrazka?
Darel tahu bisnis keluarganya memiliki banyak pesaing, tetapi ini pertama kalinya seseorang berani bertindak sejauh ini.
Darel menoleh ke arah Alana, yang masih berdiri dengan tangan berdarah.
“Aku harus segera mengobati lukamu.”
Tanpa membuang waktu, Darel membawa Alana pergi untuk mendapatkan pertolongan. Neneknya pun ikut bersama mereka, masih merasa bersalah karena gadis yang baru dikenalnya ini terluka karena dirinya.
Di dalam mobil, Darel menggenggam tangan Alana erat.
“Kamu nggam boleh melakukan hal seperti ini lagi,” suaranya penuh ketegasan dan kekhawatiran.
Alana tersenyum kecil. “Aku tadi reflek aja Darel, lagian tadi kan aku mau nolong Oma kamu"
Darel menatapnya lama, lalu menghela napas. “Itu dia kenapa aku selalu khawatir padamu.”
Alana menunduk, merasa hangat di hatinya karena perhatian Darel.
Di sisi lain, nenek Darel terus memperhatikan interaksi mereka dengan tatapan penuh makna.
Sepertinya… ia baru saja menemukan seseorang yang sangat berarti bagi cucunya.
Dan ia tahu, ia harus mengenal Alana lebih jauh.
___
Setelah kejadian penembakan, Alana segera dibawa ke vila keluarga Atharrazka. Darel sendiri yang mengurus lukanya, memastikan bahwa gadis itu mendapat perawatan yang terbaik.
Selama proses pengobatan, Nenek Darel tidak berhenti meminta maaf pada Alana.
“Oma benar-benar minta maaf, sayang. Seharusnya Oma yang terkena peluru itu, bukan kamu,” ujar Nenek Darel dengan mata berkaca-kaca.
Alana tersenyum, mencoba menenangkan wanita tua itu. “Alana nggak papa kok Oma,. Alana hanya melakukan apa yang seharusnya.”
Darel yang duduk di sampingnya hanya mendengus, masih kesal karena Alana terlalu gegabah. Namun, ia menahan diri untuk tidak membahasnya sekarang.
Setelah luka Alana dirawat, Darel akhirnya meminta pengawalnya untuk melaporkan hasil investigasi awal.
“Siapa dalang di balik ini?” tanya Darel dengan nada dingin.
Seorang pria berpakaian formal maju dan memberikan laporan. “Tuan Muda, dari hasil penyelidikan sementara, serangan ini berkaitan dengan persaingan bisnis keluarga Atharrazka. Namun, kami belum menemukan bukti konkret mengenai siapa yang benar-benar berada di balik rencana ini.”
Nenek Darel menghela napas berat. “Aku sudah menduga. Bisnis keluarga kita memang selalu menjadi incaran.”
Darel mengusap wajahnya dengan kasar. Ia tahu bahwa dunia bisnis keluarganya tidak pernah damai, tetapi menargetkan seorang wanita tua? Itu sudah kelewatan.
“Tingkatkan keamanan. Selidiki semua pesaing yang baru-baru ini menunjukkan gelagat mencurigakan,” perintah Darel dengan nada tegas.
Pengawal itu mengangguk. “Baik, Tuan Muda.”
Sementara itu, Kavin dan Shasa yang juga berada di vila tampak cemas melihat keadaan Alana.
“Kamu yakin baik-baik aja, Alana?” tanya Shasa khawatir.
Alana mengangguk. “Aku baik-baik saja,cuma lengan kiriku agak sedikit nyeri.”
"Sumpah kamu ya! tadi bikin aku jantungan tau"
"Ah lebay Sha"
"Apa! Lebay! ini nggak lebay Lana,tapi menyeramkan.Bagaimana kalo kamu mati tadi karna kena tembakan"
"Oh kamu doain aku mati gitu" balas Alana mendrama.
Kavin menatap Darel dengan serius. “Kalau butuh bantuan tambahan untuk menyelidiki,gue bisa minta orangtua gue buat bantu. Ayah gue punya beberapa koneksi di dunia bisnis internasional.”
Darel mengangguk tipis. “Itu bisa sangat membantu.Gue nggak akan membiarkan orang yang menyerang Oma lolos begitu saja.”
Alana diam saja mendengarkan. Ia tahu betul bahwa dunia Darel penuh dengan konflik semacam ini, tetapi tetap saja, ia merasa tidak nyaman mengetahui bahwa ada ancaman nyata di sekitar mereka.
Namun, satu hal yang membuatnya lega—Darel tidak sendirian.
Ia memiliki keluarga, teman, dan orang-orang yang siap membantunya.
Dan Alana sendiri berjanji, ia juga akan selalu berada di sisi Darel, apa pun yang terjadi.