Berawal dari penghianatan sang sahabat yang ternyata adalah selingkuhan kekasihnya mengantarkan Andini pada malam kelam yang berujung penyesalan.
Andini harus merelakan dirinya bermalam dengan seorang pria yang ternyata adalah sahabat dari kakaknya yang merupakan seorang duda tampan.
"Loe harus nikahin adek gue Ray!"
"Gue akan tanggungjawab, tapi kalo adek loe bersedia!"
"Aku nggak mau!"
Ig: weni 0192
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Andini kabur dan segera berlari kemudian masuk ke dalam taksi yang sudah di pesannya. Dadanya naik turun dengan nafas ngos-ngosan.
"Jalan pak!"
"Capek banget neng, kayak abis di kejar-kejar anjing!"
"Ini lebih dari anjing pak, tapi rajanya tuh rumah!" ucap Andin di tengah-tengah nafasnya yang tersengal.
Supir taksi itu cekikikan mendengar jawaban Andin.
Raihan dengan hati kesal segera berangkat setelah menghabiskan kopinya yang masih tersisa. Matanya melirik tempat nasi milik Andin yang tertinggal. Mungkin karena tadi sempat ingin hormat dan ia letakkan kembali ke meja.
"Dasar...." Raihan segera meraih tempat nasi yang di bungkus dengan tasnya yang berwarna pink selaras dengan tempat makan dan sendoknya.
Raihan masuk mobil dan meletakkan tempat nasi itu di jok sebelah kemudi. Kemudian melajukan mobilnya menuju kantor. Sesampainya di sana Rai segera melangkah menuju ruangannya, banyak pasang mata yang memperhatikan. Apalagi Rai yang tak biasa, dia membawa tas yang berisi bekal makan. Ada juga yang dengan sengaja mengabadikan momen yang sangat langka.
Setiap karyawan yang melihat jelas mencibir, ada yang meledek dan ada pula yang bangga karena mereka memuji Rai sebagai suami idaman. Raihan tak mendengarkan suara sliweran di telinga.
Langkahnya fokus menuju ruangan membiarkan karyawannya dengan sesuka hati berceloteh. Yang terpenting jamnya masuk kantor mereka sudah kembali tertib bekerja.
"Widih....sejak kapan sang CEO bawa bekel? mulai di atur hidup loe Ama bini?" ledek Andika yang tiba-tiba masuk ruangan tanpa mengetuk.
Raihan kembali melirik tempat nasi yang ada di mejanya. "Punya Andin tadi ketinggalan."
"Punya Andin apa loe di bawain bekel sama Andini?" Andika duduk di kursi sebrang meja Rai memperhatikan isi dari bekal makan tersebut.
"Sejak kapan Andin perhatian sama gue?"
"Sabar ya, waaahhhh ayam goreng sama sayur toge. Kebetulan banget nich gue belum makan."
Raihan segera merebut tepat makan yang ada di tangan Dika. "Eeehhh enak aja loe, punya Andin itu. Ntar orangnya nyariin." Raihan kembali menutupnya dan menyimpan dengan rapi.
"Pelit loe!"
"Bilang dulu sama adek loe sana!"
Andini yang tengah fokus mengerjakan pekerjaannya, mendapat panggilan dari Erna yang membuatnya mengalihkan pandangan.
"Ada apa mbak?"
"Ini ada telpon dari pak Andika." Erna meletakkan gagang telponnya di atas meja dan Andini segera mendekat.
"Hmm..."
"Bekel makan loe gue makan ya!"
"Ikh nggak pake ya kak, punya gue itu. Loe jangan ngadi-ngadi dah kak!"
Mendengar ocehan Andini kepada atasannya membuat Erna dan Heru yang tidak tau segera menatapnya.
"Pelit banget dach loe, besok kan bisa bawa lagi!"
"Pokoknya jangan di makan, loe kalo mau minta buatin sama simbok sana!" Andini melirik ke arah mejanya, tak ada bekal nasi yang tadi ingin ia bawa. " Kemana ya? kok Kak Andika bisa tau, apa iya kak Rai yang bawa!" Andini menepuk jidatnya, dia baru ingat jika tadi ia tinggalkan lagi di meja makan.
"Sini loe keruangan Rai!"
"Males, gue lagi ada kerjaan!"
"Laki loe atasannya!"
"Ck, tungguin!"
Andini menutup telpon dan kembali menuju mejanya, tetapi langkahnya terhenti saat melihat kedua seniornya menatap penuh selidik.
"Andini kamu dan pak Andika...."
"Pak Andika itu kakaknya Andini mbak!" sahut Tara yang memang sudah tau karena lumayan lama hubungannya terjalin dengan Andini.
Erna membolakan matanya, ternyata juniornya adalah mantan calon adik ipar. Serasa tak percaya bisa dekat dengan Andini dan sangat di sayangkan kenapa tidak dari dulu saja.
"Oh iya pak Heru, saya ijin menemui kakak saya dulu ya." Andini sebenarnya tidak enak tapi mulut Andika yang membuatnya mau tak mau akhirnya meminta ijin juga.
"Oh oke Andini."
Mendapat ijin membuatnya segera ngacir menuju ruangan Rai. Menaiki lift karyawan yang bertepatan dengan seseorang juga ingin masuk.
"Andin..."
"Hmm.." jawab Andin tanpa ingin menoleh, dia sendiri sudah tidak ingin bertemu lagi. Tapi harus kembali di persatukan dengan perusahaan yang sama.
"Sorry," ucapnya.
Andini hanya diam, dia berpura-pura cuek tanpa mau mendengarkan ucapan Cika.
"Gue tau loe masih marah banget sama gue, sekali lagi gue minta maaf. Dan gue minta loe balik lagi sama Tara Andin, dia cinta banget sama loe!" ucap Cika pas ketika lift berada di lantai 20.
"Udah ngomongnya? kalo udah gue mau keluar!" tanpa menoleh Andini segera keluar dari lift menuju ruangan Rai. Bukan dia tega mengabaikan tetapi. Hatinya masih terluka, tak mudah untuk mengembalikan kepercayaan yang telah di gadaikan.
Andin tersenyum saat melewati sekertaris Raihan yang menatapnya heran. Cantik, sexy, tapi rada jutek. Mungkin karena belum kenal dan minta di sapa.
"Permisi mbak, aku mau ketemu sama pak Andika."
"Masuk aja, tapi jangan lupa ketuk pintu dulu!" ucapnya tanpa menoleh ke Andini.
"Oke!"
Andini kembali melangkah menuju pintu besar yang tertutup rapat, mengetuk beberapa kali hingga sahutan dari dalam membuatnya segera masuk.
"Mana makanan aku?" Andini melangkah mendekat.
"Biasa aja itu muka, tuh makanan loe belum gue makan, cuma nyomot ayamnya doank satu."
Andini mengambil bekal tersebut kemudian melirik Rai yang sejak tadi fokus dengan layar laptopnya.
"Makasih Pak Raihan."
Raihan mengangkat wajahnya, melihat Andini dengan muka kesal. " Udah aku bawain, kenapa mukanya masih nggak ngenakin?"
"Karena kakak ngeselin ayam aku berkurang satu, nanti minta simbok bikinin lagi!"
Raihan terperangah melihat Andini yang malah memarahinya. "Lah kan yang makan kakak kamu, kenapa malah nyalahin aku?"
"Karena kakak diem aja ayamnya di makan kak Andika!" ketus Andini kemudian beralih menatap andika. "Lagian kak Andika juga nich! emang mamah di rumah nggak masak?"
"Kagak! emak loe pagi-pagi udah ngerumpi di tempat Mpok Jujun, katanya beli sayur tapi yang di bahas ikan nila sampe ke anak cucu dan keturunannya. Alhasil gue sama bokap kelaparan!"
"Ya loe salahin itu tukang sayur kenapa buka lapak buat situs lambe julid, bukannya jualan malah ikutan ngerumpi. Lagian udah bangkotan nggak punya bini, susah kan kalo mau apa-apa!" sewot Andini. Sedangkan Raihan dan Andika di buat seperti murid yang sedang di sidang gurunya.
"Lah dari pada punya bini tapi berasa masih sendiri. Jangankan manjain perut, manjain yang di bawah perut aja kagak! Perkara cinta, kalo udah celup-celup mau nggak mau tuh bakal cinta nantinya!"
"Loe nyindir gue?" sahut Raihan.
"Noh laki loe berasa kan? jangan sampe nyesel loe ntar, laki loe minta jatah ke rumah tetangga baru tau rasa. Sebulan kemudian bukan loe yang bunting malah tetangga loe minta tanggung jawab."
Andini melotot mendengar ocehan Andika, apa maksudnya malah jadi dia yang sewot dan nyolot.
"Pengadilan agama masih buka kalo emang itu terjadi. Jadi loe nggak usah khawatir!" kini gantian Raihan dan Andika yang melotot mendengar ocehan Andini.
"Kenapa?" tanya Andini polos.
"Loe belum pernah kena pesona duda ya? di bikin bucin mampuuusss loe! mabok genjer aja kalah. Udah kayak kena efek gedang kluthuk loe ntar! manggut-manggut aja bisanya!"
mkasih bnyak thorr🫰