Prabu Jayabaya yang merasa bahwa tugasnya sebagai pemimpin yang dicintai oleh rakyat sudah usai, melakukan moksa untuk sampai di alam keabadian. Namun takdir berkata lain. Sang Maha Pencipta justru memasukkan roh nya ke dalam tubuh seorang lelaki culun dan miskin bernama Jay yang baru saja meninggal dunia karena sebuah kecelakaan aneh.
Sebagai Jay, Prabu Jayabaya merasa harus menemukan kebenaran atas kecelakaan yang direkayasa ini. Siapa dalang nya juga orang orang yang terlibat di dalamnya.
Di bantu Ratih yang menurut Prabu Jayabaya adalah titisan dari istri nya, Prabu Jayabaya yang kini menjadi Jay, satu persatu kebenaran akhirnya terungkap dengan jelas.
Bagaimana caranya Prabu Jayabaya yang kini menjadi Jay mengungkap misteri kecelakaan maut yang menewaskan Jay yang asli ini terjadi? Simak kisah selengkapnya dalam "New Journey of the Legendary King".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si Ulat Bulu
"Guoblok!!!
Apa kau tak melihat acara berita di TV Metropolitan hah??!! Lihat berita nya sekarang juga!!! "
Suara bentakan keras dari seberang ponsel pintar nya membuat Reynold Waseso buru-buru menyalakan TV layar datar di ruangan kantor nya. Dia segera mencari channel TV Metropolitan yang biasanya memang mengunggah berita berita sebagai menu utama mereka.
Mata Reynold Waseso melebar melihat sosok orang yang paling dia benci sedang diwawancarai oleh seorang reporter TV terkenal.
"Sudah lihat bukan?! Sekarang kau sudah tahu dimana letak ketololan mu itu hah?! "
"T-tapi Tuan Besar, s-saya masih belum mengerti.. ", balas Reynold Waseso segera.
" Dasar goblok!! Orang yang kau lihat itu adalah orang yang aku inginkan nyawanya! Paham kau sekarang?!!"
Deg!
Untuk sejenak, jantung Reynold Waseso seperti berhenti berdetak. Dia masih tidak percaya dengan apa yang sedang ia dengar sekarang.
"Dia adalah Jayendra Maheswara, pegawai Balai Cagar Budaya yang ingin ku hilangkan nyawa nya. Dia merubah penampilan nya. Apa kau paham sekarang?! ", suara garang Si Tuan Besar terdengar di seberang telepon.
" S-saya mengerti, Tuan Besar! Segera dilaksanakan...."
"Kalau kau sampai gagal lagi, kau dan ayah mu siap-siap kehilangan nyawa mu!!"
Ceklekk...!!!
Begitu sambungan telepon dari Tuan Besar, sang pimpinan Geng Macan Hitam ditutup,Reynold Waseso menghembuskan nafas lega. Dia lantas kembali menatap ke layar TV datar nya untuk meyakinkan dirinya bahwa itu benar-benar orang yang diincar oleh Tuan Besar.
"Brengsek!! Selama ini aku ditipu mentah-mentah oleh bajingan ini!!!
Livia...!!!
Dari luar pintu ruangan khusus untuk direktur utama PT Biru Sekuriti, seorang perempuan cantik dengan rok mini nan seksi dengan body goal yang bohay buru-buru masuk mendekati meja Reynold Waseso.
"Ada apa Bos? Ada masalah?! ", ujar Livia sekretaris Reynold Waseso dengan wajah panik.
" Panggil Henry dan Teddy kesini sekarang juga! Cepat..!!!! "
"Baik Bos... "
Livia cepat keluar dari dalam ruangan Arnold. Sementara Reynold Waseso segera meraih ponsel pintar nya dan mencari kontak ayahnya, Arnold Waseso.
Begitu telpon nya tersambung, Reynold Waseso segera mengutarakan apa yang baru saja diperintahkan oleh Tuan Besar pada nya juga fakta bahwa orang yang ingin dibunuh oleh Tuan Besar dan orang yang menghajar Si Iblis Cantik adalah orang yang sama.
"Kalau begitu, aku akan berdiskusi dengan Tuan Pertama mengenai masalah ini. Tunggu kabar baik dari ku.. "
Usai berkata demikian, Arnold Waseso memutus sambungan telepon nya. Membuat Reynold Waseso sedikit menghela nafas lega.
Tak sampai setengah jam kemudian, Livia datang bersama dengan Henry dan Ferdy. Setelah mereka masuk, Reynold Waseso mengibaskan tangannya sebagai isyarat pada Livia untuk keluar dari ruangannya. Livia dengan patuh keluar.
"Henry, Ferdy..
Ternyata anak buah Marissa Wijaya yang mengalahkan anak buah kalian juga Si Iblis Cantik dengan orang yang ingin dibunuh adalah orang yang sama. Dia seperti duri dalam daging ku. Kumpulkan anak buah kalian yang punya kemampuan beladiri bagus, kita hajar dia.. "
Mendengar omongan majikan mereka, Ferdy dan Henry saling pandang. 'Kalau Si Iblis Cantik yang merupakan salah satu dari pembunuh internasional ternama saja tak mampu, apalagi hanya mereka pasti hanya akan jadi bulan-bulanan orang itu ', batin keduanya.
"Bos, bukannya kami takut pada nya. Hanya saja, apa sebaiknya kita tidak pakai cara lain untuk menghajarnya? ", kali ini Henry angkat bicara.
" Maksud mu... ", Reynold menoleh kepada lelaki bertubuh kekar itu.
Henry segera mendekati Reynold dan membisikkan sesuatu di telinga bos nya. Reynold Waseso pun langsung manggut-manggut sembari menyeringai mendengar usulan anak buah nya.
*****
Usai wawancara dengan TV Metropolitan, Jay dan Danang diundang oleh Kepala Dinas Pariwisata Kediri untuk makan siang. Ada juga kepala Balai Cagar Budaya Kediri disana beserta para staf dan juga para pekerja ekskavasi situs Kunjang. Para mahasiswa magang yang ikut serta dalam ekskavasi situs Kunjang itu juga turut diundang karena partisipasinya dalam penyelamatan situs Kunjang yang sudah terkubur ratusan tahun lamanya.
Salah seorang staff dinas pariwisata, Sindy terus mencuri pandang pada Jay selama perjamuan. Perempuan cantik yang baru saja di angkat sebagai PNS itu, berulang kali melirik ke arah Jay yang duduk di sebelah Danang. Tapi sepasang mata indah terus mengamati gerak gerik Sindy dengan tatapan mata geram.
Kepala Dinas Pariwisata Kediri, Nanang Sujatmiko berdiri dari tempat duduknya yang membuat semua orang diam seketika.
"Semuanya, kami atas nama pemerintah Kabupaten Kediri mengucapkan banyak terimakasih atas kerja keras dari para pekerja ekskavasi semuanya khususnya kepada Mas Danang selaku pimpinan bidang arkeologi yang secara luar biasa telah berhasil mengembalikan situs Kunjang ke bentuknya semula.
Kedepannya, saya yakin bahwa situs Kunjang ini akan menjadi salah satu ikon wisata di kabupaten ini", ucap Nanang Sujatmiko, kepala Dinas Pariwisata Kediri yang langsung di sambut tepuk tangan meriah dari semua orang.
Nanang Sujatmiko duduk kembali dan kini ganti Danang dari kantor Balai Cagar Budaya Jawa Timur berdiri.
"Jujur saja, jika saya berani mengambil pujian dari semua orang karena keberhasilan ekskavasi situs Kunjang ini, maka saya adalah orang yang gila hormat.
Semua orang yang bekerja di ekskavasi situs Kunjang ini tahu bahwa tanpa adanya saudara Jayendra Maheswara di sebelah saya ini, mungkin ekskavasi ini akan selesai dalam waktu berbulan bulan bahkan mungkin hingga tahunan. Karena itu, sudah selayaknya jika applaus kita juga hormat kita harus di berikan kepada Mas Jay ini yang dengan brilian nya menyusun kembali situs Kunjang ini hingga menjadi sempurna. Tepuk tangan untuk Mas Jay saudara semuanya.. "
Plokk plokk plokk plokk...
Tepuk tangan meriah terdengar dari seluruh hadirin yang menghadiri acara perjamuan makan ini. Sedangkan Jay hanya tersenyum tipis saja sambil sedikit membungkukkan badannya.
Perjamuan makan ini benar-benar meriah dan penuh dengan semangat kebersamaan.
Begitu perjamuan rampung, kepala Dinas Pariwisata Kediri langsung pamitan karena ada acara lain. Sedangkan Jay dan Danang pun juga bersiap untuk kembali ke rumah Kamituwo Budiono untuk berpamitan sebelum pulang ke Surabaya. Sindy yang tidak ikut rombongan segera mendekati Jay yang masih merokok di parkiran, menunggu Danang yang masih ke kamar mandi rumah makan.
"Sudah mau pulang Mas Jay?! "
Mendengar sapaan Sindy, Jay langsung menoleh ke arahnya. Dia pun segera tersenyum untuk menghilangkan kecanggungan.
"Ah iya ini Bu Sindy, lagi menunggu Pak Danang karena tadi berangkat nya bareng dia saya. Bu Sindy sendiri masih ada keperluan atau sedang menunggu kawan juga? ", tanya Jay dengan polosnya.
" Ah tidak Mas, ini mau siap-siap pulang. Oh iya jangan panggil Bu dong Mas, saya lebih muda 2 tahun loh dari Mas Jay. Panggil aja Sindy ya, biar akrab ", Sindy memamerkan deretan giginya yang putih ala senyum iklan pasta gigi.
Belum sempat Jay menjawab, dari belakang terdengar suara menyahut.
" Panggil aja Si Ulat bulu, Mas.. "
Sindy dan Jay langsung menoleh ke belakang dimana rupa-rupanya Marissa Wijaya telah berdiri sambil melipat tangannya di depan dada.
"Eh kamu mahasiswa magang, kalau ngomong yang sopan ya.. Siapa yang kau panggil ulat bulu hah?! ", nada suara Sindy terdengar ketus dan sengit.
" Siapa lagi kalau bukan anda, Bu Sindy Si Ulat bulu? Lihat orang tampan kayak Mas Jay udah gatel pengen mendekat ", sahut Marissa tak kalah galak.
" Jaga bicara mu, gadis bau kencur! Kalau kau tak bisa bersikap sopan, jangan salahkan aku jika aku laporkan ke polisi dengan dakwaan ujaran kebencian dan penghinaan ya.. ", ancam Sindy dengan penuh emosi.
" Laporkan saja, siapa takut?!!
Selusin pengacara handal keluarga Wijaya siap menghadapi mu di pengadilan. Ayo laporkan saja", tantang Marissa yang kini mulai menunjukkan sisi lain nya sebagai nona muda keluarga kaya raya.
Belum sempat Sindy menjawabnya, Jay yang melihat adu mulut mereka mulai tidak sehat langsung menengahi.
"Sudah sudah ya sudah cukup...
Jangan bertengkar lagi. Kita ada di tempat umum. Malu dilihat orang".
" Biarin aja Mas Jay, biar semua orang tahu bagaimana moral seorang PNS yang ingin menggoda calon suami orang. Mas Jay tahu, sejak tadi dia terus mencuri pandang ke arah Mas Jay. Sebagai kawan baik Mbak Ratih, tidak mungkin ku biarkan ulat bulu seperti ini mendekati mu", penggal Marissa Wijaya sambil mendelik tajam pada Sindy.
"Kau...."
Tiba-tiba saja ...
🎼 Tak pernah lepas kau dalam ingatan ku..
Tak pernah bisa aku melupakanmu..
Ku jatuh cinta pada orang yang salah..
Kau kekasih sahabat ku🎼
Nada dering ponsel pintar Marissa dari sebuah band kondang asal Lampung terdengar lantang dari saku bajunya. Perempuan cantik itu segera mengambil ponsel pintar nya dan melihat layar dimana tertera nama Hamzah, orang yang ditugaskan oleh Marissa untuk menjaga Ratih dari ancaman Geng Macan Hitam.
Dengan perasaan tak karuan, Marissa segera menekan tombol hijau. Dan suara Hamzah pun segera terdengar,
"Gawat Nona Muda gawat..
Mbak Ratih di tabrak orang tak dikenal! "
semoga dalam naungan perlindungan Tuhan Gusti Allah...
sekarang anaknya raja