Rinda mengenalkan sahabatnya yang bernama Dita dengan Danis, kekasihnya. Sikap dan kebiasaan Danis berubah, setelah Rinda kenalkan pada Dita. Tidak ada lagi Danis yang selalu ada disetiap Rinda membutuhkannya. Karena setiap kali Rinda butuh Danis, pria itu selalu bersama Dita.
Rinda menyesal mengenalkan Dita pada Danis. Rinda tidak menyangka orang terdekatnya akan mengkhianati dirinya seperti ini.
Puncak penyesalan Rinda, dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Danis dan Dita masuk ke dalam hotel sambil menautkan jari-jari tangan mereka. Kebetulan Rinda sedang bersama Keenan, pria yang baru saja menjadi temanya. Rinda tidak tahu, jika Keenan adalah calon suami Dita.
Bagaimana sikap Rinda selanjutnya pada Danis dan Dita?
Keputusan apa yang akan dipilih Rinda tentang hubungannya dengan Danis
Bagaimana sikap Rinda pada Keenan, setelah tahu pria itu calon suami Dita?
Yuk simak cerita 'MENYESAL' selengkapnya, hanya di NOVEL TOON
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Bukan Anak Mama
"Riska sudah pulang?" tanya ayah Riza, begitu melihat Rinda masuk ke kamar rawat inapnya.
"Sudah Yah," jawab Rinda.
"Sini Neng!" Ayah Riza meminta putrinya itu mendekat.
Sekarang mereka tinggal berdua, ayah Riza ingin bicara dari hati ke hati dengan Rinda. Putrinya mungkin terlihat kuat dengan masalah yang menimpanya. Tapi ayah Riza tahu, hati Rinda pasti sangat hancur dan kecewa.
Hebatnya, putri bungsunya ini bukan gadis cengeng yang menghadapi masalah dengan air mata. Ayah Riza sangat bangga, Rinda menjadi wanita yang kuat.
"Ayah mau Nda ambilkan buah?"
Ayah Riza menggeleng. "Nanti saja. Ayah ingin bicara sama kamu," jawab ayah Riza.
"Kalau Ayah ingin bicara tentang Danis dan Dita, Nda baik-baik saja. Ayah tidak perlu khawatirkan perasaan Nda. Putri kecil ayah ini sudah besar. Tidak akan ada air mata untuk sebuah penghianatan. Nda ikhlas Yah. Lebih baik sekarang, dari pada setelah menikah."
Kalimat terakhir Rinda, sebenarnya dia tujukan untuk kakaknya. Rinda masih lebih baik, menghadapi penghianatan disaat hubungannya dan Danis hanya sebagai teman dekat. Tapi Riska, dikhianati suaminya. Kebahagiaan keluarga kecil itu hancur seketika, karena ulah buaya betina yang nakal.
Rinda memangil Dita dengan buaya betina. Karena Dita tidak hanya menggoda Danis, tapi juga menggoda kakak iparnya. Dan kedua pria bodoh itu, mau saja dimanfaatkan oleh buaya betina nakal itu, demi tujuannya.
Timbul pertanyaan di benak Rinda. "Mengapa Dita ingin merusak hubungan Riska dan Jay?"
Jika Dita ingin merusak hubungannya dengan Danis, Rinda masih bisa memahaminya. Tapi ini rumah tangga kakaknya. Riska tidak pernah punya masalah dengan Dita, hubungan mereka sejak dulu tidak terlalu dekat. Mungkin karena usia yang terpaut cukup jauh.
Entah siapa yang mengirimkan pesan yang berisikan foto kakak iparnya dan Dita, di depan kamar hotel. Rinda sangat berterima kasih. Foto itu bisa kakaknya gunakan sebagai bukti perselingkuhan suaminya.
"Baguslah kalau memang kamu bisa menerima cobaan ini dengan ikhlas. Berarti ayah tidak salah menolak Danis untuk kembali bisa bersama kamu."
"Terima kasih Yah. Ayah selalu tahu yang terbaik untuk anak-anak ayah," balas Rinda.
"Sekarang Nda ingin tahu, Ayah coba ingat-ingat, apa ayah pernah menyinggung orang lain?" Ucap Rinda lagi.
"Kamu tahu sendiri, Ayah ini bukan orang yang suka punya masalah." Jawab ayah Riza.
"Mungkin bukan masalah bagi ayah, tapi masalah bagi orang itu." Rinda memberikan pengertian pada ayah Riza.
Di dunia ini banyak sekali orang salah paham dengan tindakan dan perbuatan orang lain. Tidak selamanya benar menurut kita itu akan benar menurut orang lain. Bagi kita bukan masalah, tapi bagi orang lain merupakan sebuah masalah.
"Mungkin saja, Ayah juga tidak tahu. Biarkan saja polisi yang menyelesaikannya. Selama yang kita lakukan itu benar, jangan pernah takut."
"Apa ada masalah dengan pekerjaan?" Tanya Rinda menyelidik.
Belum sempat ayah Riza menjawab. Terdengar suara pintu diketuk, lalu didorong oleh seseorang. Pintu terbuka lebar, menampakkan pria paruh baya yang memiliki wajah yang sangat mirip dengan ayah Riza. Pria itu tersenyum dan berjalan ke arah mereka.
"Paman Reza," ucap Rinda, memanggil saudara kembar ayahnya itu.
"Anak cantik, bagaimana kabar kamu?" Pama Reza membalas sapaan Rinda yang kini memeluknya.
"Alhamdulillah baik Paman," jawab Rinda, sambil melepaskan pelukannya.
"Paman dapat kabar dari om Cipto, kemungkinan ayah kamu butuh pengacara," ucap paman Reza.
"Om Cipto pasti minta Paman untuk mengambil alih kasus ayah," balas Rinda.
"Tanpa dia minta, paman pasti akan membela ayah kamu. Meskipun bukan sebagai pengacara, Paman akan membela sebagai saudara."
Rinda memberikan dua jempol untuk paman Reza. Mereka memang butuh pama Reza saat ini. Bukan hanya untuk menangani kasus kecelakaan yang dialami ayah Riza, tapi juga kasus perceraian kakaknya.
"Cipto bicara seperti itu, pasti dia sudah tahu, kasus ini tidak mudah. Bukan hanya tabrak lari biasa," ucap ayah Riza.
"Maksud Ayah apa?" Rinda bertanya karena dia benar-benar tidak mengerti.
"Bukan apa-apa. Kamu tidak usah khawatir. Biar ini jadi urusan Paman. Kamu lanjutkan tugas kamu sebagai karyawan yang baik.
Mendengar ucapan paman Reza, Rinda jadi ingat Keenan. Sebagai karyawan yang baik, dia belum memberikan keputusan pada pimpinan Rajendra Group itu.
Orang yang baru saja Rinda ingat, saat ini sudah tiba di Jakarta. Keenan sedang menerima laporan dari David, yang diminta Keenan untuk mengawasi Dita.
Pria tampan itu hanya bisa menggelengkan kepala, setelah tahu kelakuan Dita dari laporan David. "Fotonya sudah Saya kirimkan ke nomor nona Rinda, Tuan," ucap david lagi.
"Selidiki tujuan gadis nakal itu!" Keenan memberi perintah pada David.
Keenan sudah menduga sejak awal, Dita hanya main-main saja dengan Danis. Bukan serius menyukai pria itu. Tujuan utamanya adalah menyakiti Rinda. Sekarang, Dita juga bermain-main dengan suami kakak dari Rinda. Pasti ada tujuan lain, dari sekedar bermain-main.
"Secepatnya Saya cari tahu Tuan," jawab David.
Panggilan telepon itu ditutup setelah Keenan memberikan beberapa arahan pada David, agar pengawalnya itu tidak salah dalam melakukan penyelidikan.
"Keen, kamu sudah pulang." Mama Mitha menegur Keenan yang masuk ke dalam rumah.
"Baru saja sampai," balas Keenan.
"Mama minta maaf," ucap mama Mitha.
Keenan yang hendak menaiki anak tangga menghentikan langkahnya. Lalu dia menoleh pada wanita paruh baya yang dia panggil mama itu.
Melihat Keenan menoleh padanya, mama Mitha kembali bicara. "Tante Ana tadi di telepon. Dia minta maaf, sudah membuat kamu kecewa. Dita bukan gadis yang pantas untuk kamu. Tante Ana menyesal, dia tidak bisa mendidik Dita dengan baik."
"Mulai sekarang, jangan bicarakan lagi tentang perjodohan. Keen sudah punya calon menantu untuk Mama." Keenan melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga setelah bicara.
"Tunggu!"
Seruan dari mama Mitha membuat Keenan berbalik. "Ada apa lagi Ma?"
"Masalah cucu. Kamu bilang akan mengenalkan Mama dengan ... itu ... cucu yang kamu maksud, apa dia anak kamu Keen?"
"Iya," jawab Keenan.
"Iya apa?" Mama Mitha mengulang pernyataan Keenan untuk memastikan lagi.
"Anak Keenan," jawab Keenan. "Sebentar lagi, akan jadi anak Keenan," lanjut Keenan dalam hati.
"Bawa dia untuk bertemu Mama."
"Tunggu waktu yang tepat Ma."
"Apalagi yang di tunggu. Kamu itu diam-diam sudah punya anak. Mau sampai kapan kamu sembunyikan Keen?"
"Mama tunggu saja," jawab Keenan sambil berlalu.
"Keen ... Keen ... KEENAN!
Yang dipanggil berlalu begitu saja, sambil senyum-senyum sendiri. Dalam hatinya berharap, apa yang baru saja dia iyakan pada mama Mitha bisa terwujud. Mungkin tidak bisa dalam waktu dekat, karena tidak semudah itu membuatnya jatuh cinta.
Kembali ke Bandung, sejak dia meninggalkan rumah sakit hingga malam hari, mama Ana tidak bisa menghubungi suaminya. Papa Heru belum tahu kelakuan putri mereka, yang sangat memalukan.
Mama Ana butuh tempat berkeluh kesah. Biasanya dia akan menemui bunda Nara. Untuk saat ini, itu tidak mungkin. Yang mama Ana harapkan adalah papa Heru. Tapi nomor suaminya selalu saja terhubung dengan operator.
"Kenapa kamu tidak bisa dihubungi di saat aku butuh kamu, mas," ucap mama Ana kesal.
Papa Heru bekerja di luar kota. Dia berada di rumah hanya diakhir pekan saja. Itu pun kalau tidak ada pekerjaan tambahan. Bisa-bisa, dua minggu baru pulang ke rumah. Mama Ana sering kesepian. Untungnya, dia punya Rinda dan Ardian, yang sering menemaninya dikala sepi seperti ini.
Sekarang, mama Ana malu untuk bertemu keluarga Riza. Terutama pada Rinda. Dita benar-benar sangat keterlaluan. Bayi kecil yang dia rawat dengan sepenuh hati itu sudah membuat malu keluarganya.
Mungkin sudah saatnya untuk memberitahu Dita, jika dia bukan anak yang lahir dari rahim mama Ana. Melainkan putri sahabatnya yang melahirkan diluar nikah.
"Dita pulang."
Suara Dita menarik lamunan mama Ana. Kebetulan sekali anak itu pulang. Mama Ana tidak akan menunggu papa Heru untuk memberitahu jati diri Dita sebenarnya.
"Ma," panggil Dita, karena mama Ana hanya diam saja.
"Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya," ucap mama Ana.
Dita tentu saja tidak mengerti apa yang mama Ana bicarakan. Dia kira mamanya marah padanya, sampai mengucapkan pribahasa yang salah.
"Kemasi pakaian kamu, dan keluar dari rumah ini!"
"Mama mengusir Dita?" Tanya Dita memastikan.
"Tidak mau," ucap Dita lagi.
"Keluar dari rumah ini!" Ulang mama Ana perintahnya.
"Mama serius? Dita ini anak mama satu-satunya," balas Dita.
"Mama tidak punya anak. Kamu bukan anak Mama. Mama tidak pernah melahirkan, tidak bisa melahirkan."
"Mama jangan bercanda. Kalau Dita bukan anak mama dan papa, lalu Dita anak siapa?"
"Anak pelakor."
"Bohong! Mama pasti bohong. Mama begini karena Mama marah pada Dita. Asal Mama tahu, Dita benci semua orang di keluarga Riza. Dita benci Rendi, karena dia tidak pernah membalas perasaan Dita. Dita benci Dian, karena dia wanita yang dicintai Rendi. Dita benci Rinda, karena dia mendukung Rendi menikah dengan Dian. Riska? Sejak kecil, dia tidak pernah suka dengan Dita. Lalu bunda dan ayah, mereka sangat menentang Rendi menikah dengan Dita. Dita benci mereka semua. Mereka yang buat Dita jadi seperti ini."
"Itu karena mereka tahu, kamu bukan anak kandung Mama dan papa!"
lanjut ttp semangat thor💪 ceritanya bagus 👍