Novel ini berkisah tentang kehidupan seorang gadis jelita bernama Alea, yang kehilangan kebahagiaan semenjak kepergian ibundanya
Hingga ayahnya memutuskan untuk menikahi seorang janda dengan harapan mengembalikan semangat hidup putri tersayangnya
Namun alih-alih mendapat kebahagiaan dan kasih sayang seorang ibu, hidup Alea semakin rumit karena dia dipaksa oleh ibu tirinya menikahi seorang pria dingin di umurnya yang masih belia
Akankah Alea bisa menemukan kebahagiaannya bersama suami pilihan ibu tirinya yang kejam?
Yuk... Simak terus cerita hidup Alea...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eilha rahmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Flash Back On
Pak Muji yang terjebak macet memutuskan untuk mengirim pesan singkat pada Mahesa, untuk mengabarkan jika dia akan sangat terlambat menjemput Alea dikarenakan kemacetan parah yang mengakibatkan mobilnya tidak bisa bergerak sama sekali.
Mahesa yang kebetulan juga sedang dalam perjalanan menuju arah pulang, berinisiatif untuk menjemput istrinya karena jarak dari tempatnya kini cukup dekat dengan kampus Alea dan jalan yang dilaluinya bebas dari kemacetan.
Namun saat dia sampai, mata Mahesa seketika terbelalak melihat istrinya sedang berbicara dengan Dimas disana. Seketika dada Mahesa bergemuruh hebat, ada kemarahan terpancar jelas dari wajahnya.
Sempat dia ingin keluar dari mobil untuk menghajar laki-laki mantan dari istrinya itu, namun niat itu diurungkannya karena dia tidak ingin membuat istrinya menanggung malu atas perbuatannya.
Mahesa tersenyum getir, karena alasan inikah Alea ingin bekuliah di kampus ini? Atau mereka memang sudah merencanakan hal ini sebelumnya?
Berbagai pertanyaan muncul begitu saja di benak Mahesa. Dari kemarahan luar biasa yang dia rasakan kini berubah menjadi rasa sedih dan kecewa karena merasa sudah dikhianati oleh istri yang sangat dia cintai. Mahesa mengambil layar pintar yang ada di dasbor mobilnya, kemudian meminta Pak Muji untuk tetap menjemput Alea.
Mahesa memutuskan untuk tetap diam, berpura-pura tidak tahu menahu masalah pertemuan Alea dan Dimas. Dia berusaha bersikap sewajarnya terhadap Alea meski didalam hatinya berkecamuk rasa marah yang siap meledak kapan saja.
‘Mari kita lihat permainan apa yang sedang kalian berdua mainkan’ Bathin Mahesa.
Flash Back Off
“Lagi mikirin apa sih sayang?” Mahesa membelai lembut rambut Alea yang basah, bukan tanpa asalan pertanyaan yang dilontarkan pada Alea. Beberapa hari ini Alea memang terlihat sedikit murung tak seceria biasanya.
Alea tidak menjawab pertanyaan Mahesa, dia masih agak sedikit kesal karena sudah dikagetkan oleh suaminya tadi. Mahesa tertawa kecil melihat muka sebel yang terpasang di wajah istri mungilnya itu, terlihat sangat menggemaskan.
Tiba-tiba saja kejadian saat Alea bertemu dengan Dimas kembali terngiang di kepala Mahesa. Membuat mood nya berubah seketika.
Mahesa yang kesal beranjak sambil melepaskan kancing kemejanya, menutup puntu kamar mandi dan membiarkan Alea kembali berendam. Mahesa pergi tanpa sepatah katapun, dia berjalan gontai menuju ranjang kemudian duduk di pinggirannya. Tangan lebarnya meraup mukanya dengan sedikit kasar.
‘Sialan, kenapa aku terus terngiang-ngiang kejadian tadi siang’ Bathin Mahesa.
Alea yang ditinggalkan begitu saja, merasa jika ada yang tidak beres dengan suaminya. Tidak biasanya Mahesa mengabaikannya seperti ini.
Dia segera menyudahi acara mandi bebeknya, dan bergegas untuk mengguyur seluruh badannya dengan air dingin.
“Mas...” Panggil Alea yang baru saja keluar dari kamar mandi. Mahesa masih berdiam di tepian ranjang, kedua tangan Mahesa menopang kepalanya. Sangat terlihat jelas jika saat ini suaminya sedang frustasi.
“Mas, ada apa?” Alea bertanya, perlahan mulai mendekat ke arah suaminya.
Hati-hati dia duduk disamping suaminya, mengelus punggungnya yang lebar. Kemudian menyandarkan kepalanya pada punggung suaminya itu.
“Apa kau masih merasa terpaksa menikah denganku Lea?” Pertanyaan tiba-tiba dari mulut Mahesa membuat Alea keheranan.
“Kenapa bertanya seperti itu mas?”
“Jawab saja” Mahesa mulai menatap mata Alea lekat-lekat, membuat Alea sedikit gugup dan salah tingkah.
“JAWAB!!” Tanpa sengaja Mahesa membentak Alea, kedua tangannya kini berpindah mencengkeram lengan Alea dengan cukup kasar.
Alea terbelalak kaget melihat perubahan sikap suaminya itu, jujur dia merasa sangat takut jika Mahesa akan mengamuk seperti dulu.
“Ti-tidak” Alea menjawab terbata, kedua netranya mulai membayang butiran kristal yang siap jatuh kapanpun. Wajah Alea seketika berubah pucat pasi, dia benar-benar ketakutan pada suaminya saat itu.
Alea menitikan air mata bibirnya gemetar hebat sepertinya dia trauma dengan perlakuan kasar Mahesa padanya dulu. Mahesa yang melihat Alea menangis seketika melepaskan cengkraman tanganya, kemudian merengkuh tubuh mungil Alea dalam dekapannya.
“Maaf Lea... Maafkan aku” Mahesa sangat menyesal sudah menakuti istrinya, meski amarahnya sulit dikontrol, namun tetap saja dia tidak tega untuk melukai istrinya seperti dulu.
Sekali lagi Mahesa meraup mukanya dengan cukup kasar dan menghela nafas berat. Padahal dia berencana untuk tetap diam sampai semuanya terbongkar. Namun entah kenapa bayangan ketakutan jika Alea mengkhianatinya seakan begitu menguras emosi. Dia tidak tahan, dia ingin tahu yang sebenarnya.
Tangis Alea seketika pecah di pelukan Mahesa. Membuat dirinya merasa semakin tidak berdaya. Mahesa menyalahkan dirinya sendiri tidak seharusnya dia menghakimi Alea secara sepihak. Bisa saja pertemuan Alea dan Dimas saat itu terjadi atas dasar ketidak sengajaan.
...****************...
Masih dikantin kampus, sepulangnya Alea dari sana. Vivi berusaha mencari tahu ada apa sebenarnya antara Dimas dan sahabatnya, Alea.
Karena tadi setelah Mahesa memergoki Alea dan Dimas di depan gerbang kampus, Vivi sempat di telfon oleh Mahesa untuk meminta tolong mencari keberadaan Alea. Mahesa meminta Vivi untuk mencari tahu apa memang Alea dan Dimas masih berhubungan dibelakangnya.
Sebenarnya mendengar itu, Vivi cukup dibuatnya terkejut. Karena tak pernah disangkanya jika Alea pernah berpacaran dengan Dimas sebelum akhirnya menikah dengan Mahesa. Dan Alea tidak bercerita itu padanya.
“Kalian sebenarnya ada hubungan apa?”
“Hubungan? Maksudnya?” Dimas bertanya balik, berpura-pura tidak mengerti dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkan Vivi padanya.
“Kamu tahu kan Alea sudah punya suami?”
“Tahu” Dimas menjawab santai, namun perubahan wajahnya dapat terbaca dengan jelas oleh Vivi.
“Lalu kenapa kalau dia sudah punya suami? Urusannya denganmu apa?”
“Pliss... Jangan buat sahabatku mendapat masalah Dim”
Dimas menghela nafas, sangat mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Vivi. Meski dikampus mereka jarang berbicara, namun keikutsertaan Vivi dalam organisasi pecinta alam yang diketuai Dimas membuat mereka cukup sering bertegur sapa dan berbicara.
Vivi anak yang sangat sederhana, dia tidak mau bertele-tele dengan siapapun. Jika dia punya maksud maka dia akan menyampaikan itu pada orangnya langsung, tidak peduli orang itu suka atau tidak.
“Aku kenal Alea cukup lama, jika aku laki-laki mungkin aku juga akan jatuh cinta padanya” Vivi terkekeh kecil, sedikit menggoda Dimas yang sejak tadi memasang muka kecut.
“Sudah, cari yang lain saja Dim, yang lain masih banyak yang antri tuh” Vivi mengarahkan pandangannya pada segerombolan anak perempuan yang sejak tadi memperhatikan mereka.
Dimas hanya tersenyum getir mendengar tawaran dari Vivi, ‘memang banyak yang antri, tapi mereka bukan Alea’ Bathin Dimas.
.
.
tapi gapapalah, kan suami sendiri 🤭🤭
joss banget ceritanya /Drool//Drool/