Agistya dan Martin awalnya pasangan yang bahagia.
Namun, semuanya berubah saat Agistya hamil di luar rencana mereka.
Martin yang ambisius justru membencinya dan merasa hidup mereka berantakan.
Tak lama setelah anak mereka lahir, Martin menceraikannya, meninggalkan Agistya dalam kesendirian dan kesedihan sebagai ibu tunggal.
Dalam perjuangannya membesarkan sang buah hati, Agistya bertemu dengan seorang pria yang baik hati, yang membawa kembali kebahagiaan dan warna dalam hidupnya.
Apakah Agistya akan memaafkan masa lalunya dan membuka hati untuk cinta yang baru?
Bagaimana pria baik ini mengubah hidup Agistya dan buah hatinya?
Apakah Martin akan menyesali keputusannya dan mencoba kembali pada Agistya?
Akankah Agistya memilih kebahagiaannya yang baru atau memaafkan Martin demi keluarganya?
Semuanya terjawab di setiap bab novel yang aku update, stay tuned terus ya!✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fareed Feeza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saya ada salah?
Dimas berjalan ke arah meja, lalu menyesap coklat yang sudah hampir dingin, tangannya juga mencubit sedikit kue yang di sajikan, lalu di siapkan ke dalam mulutnya, Dimas mengangguk-anggukkan kepalanya, sepertinya dia cocok dengan rasa kue buatan Bu Rini.
"Bu, kuenya enak." Puji Dimas pada Rini yang sedang fokus dengan Tv nya, Rini sengaja memisahkan diri karena tidak mau menganggu momen langka anak dan cucunya itu.
"Ya ampun, makasih loh Dimas ... Nanti ibu buatkan rasa coklat, di jamin kamu pasti suka."
"Dimas tunggu ya Bu." Sahut Dimas sambil terkekeh.
"Iya siap, nanti ibu suruh Tya buat bawa ke kantor khusus buat kamu."
Ibu apaan sih?! Batin Tya.
Dimas kembali bergabung dengan Tya dan juga Kevin yang sedari tadi menunggunya.
Tya, Dimas dan Kevin seperti sebuah gambaran keluarga kecil bahagia, tidak butuh waktu lama untuk Kevin bisa beradaptasi dengan Dimas, Tya sendiripun tidak menyangka ... Bos nya yang cuek bisa semudah itu meluluhkan hati anaknya.
Jam 20.00.
"Dim, ini waktunya Kevin tidur ... Maaf ya." Bisik Tya pada Dimas yang masih menemani Kevin bermain.
Seperti biasa, Dimas hanya mengangguk tanpa merespon kata apapun.
"Hoaaaam!!!! Om ngantuk ... Pulang dulu ya, besok kita main lagi." Bujuk Dimas pada Kevin yang masih semangat bermain.
Kevin memasang wajah kecewa saat Dimas mengatakan pulang, anak kecil itu langsung berlari ke arah Rini dengan mata yang berkaca.
"Sayaaang ... Om nya capek, kamu juga harus tidur nak." Kata Tya berbicara ke arah Kevin yang menyembunyikan wajah di perut neneknya.
Dimas tidak berani mengajak Kevin berbicara lagi, khawatir nanti akan semakin rumit jika Kevin menangis dan marah.
Tya mengantar Dimas ke depan rumah setelah berpamitan dengan Rini dan juga Kevin.
"Maaf ya Dim, Kevin jadi repotin."
"Gak repotin kok, saya seneng."
Dimas masuk ke dalam mobil, dengan kaca yang masih terbuka penuh.
"Hati-hati Dim." Ucap Tya sopan.
"Kamu istirahat bareng sama Kevin, biar besok seger matanya dan gak ngantuk." Titah Dimas layaknya perintah seorang pasangan pada kekasihnya.
"I-iya."
***
Hari-hari berjalan.
Dimas makin sering main bersama Kevin, pernah sampai suatu malam Kevin tertidur di pangkuan Dimas karena tidak memperbolehkan Dimas pulang.
Tya sedikit bingung, apa sebenarnya maksud Dimas, sebenarnya Tya ingin sekali menanyakan kejelasan itu ... Tapi Tya terlalu sungkan, makin hari perhatian yang Dimas berikan pada Tya semakin menunjukkan kalau Dimas ada ketertarikan pada Tya.
Seperti melarang makan-makanan pedas, membelikan multivitamin untuk Tya, makanan dan juga mainan yang cukup sering di berikan pada Kevin.
Apa ini hanya perasaanku saja? Atau aku yang terlalu berharap, lebih baik aku pendam saja, gak perlu lah nanya kejelasan, anggap aja Pak Dimas cuman suka sama Kevin.
.
.
Suatu hari di kantor.
Seorang wanita dengan gaya casual dan mewah datang ke kantor, lalu di antar Gisel asisten Dimas masuk ke ruangan utama.
Tya berfikir kalau itu adalah client bisnis.
Tapi saat jam makan siang, pemandangan yang tak biasa harus di lihat beberapa karyawan, termasuk Tya yang melihat wanita itu keluar ruangan dengan tangan yang memegang erat sebelah pergelangan Dimas.
Huh! Dasar laki-laki, bilangnya gak ada pasangan ... Nyatanya ada. Umpat Tya dalam hati saat melihat pemandangan itu.
Wanita itu bernama Mika ananda, Mika baru menyelesaikan study nya di luar negeri ... Pulang ke Indonesia dan langsung mengunjungi Dimas ke kantornya.
Dimas keluar ruangan dengan tatapan dinginnya, berbeda dengan Mika yang tersenyum ramah pada beberapa karyawan yang menatapnya.
Setelah Dimas dan Mika menghilang dari pandangan, barulah beberapa karyawan bergosip mengenai kedatangan Mika, sedangkan Tya hanya berdiam diri karena sudah menyimpulkan apa yang sudah dia lihat dengan mata kepalanya sendiri.
***
Esoknya, Tya seperti biasa mengerjakan tugas pribadi yang di berikan Dimas, yaitu membuatkan kopi setiap pagi yang sudah tersedia di ruangan.
Tya sudah mulai dengan beberapa lembar kerja di mejanya, tak berselang lama datang Dimas dengan wajah segarnya di pagi hari. "Tya, hari ini saya mau main sama Kevin ... Nanti kamu pulang bareng saya."
Hah? Ingat Tya ... Jaga perasaan pasangannya, kamu tau sendiri rasanya di khianati.
"Ng ... Maaf pak sebelumnya, tapi Kevin lagi di ajak ke rumah saudara."
"Sampai malam?"
"I-iya pak, agak lama juga sih."
"Jadi kamu sendirian di rumah?"
"Ng ... Iya pak."
Dimas mengetuk ngetuk meja kerja Tya seperti berfikir sesuatu, entah apa Tya juga tidak tau itu.
"Ya sudah." Dimas kembali masuk ke ruangannya.
Seketika Tya langsung bernafas lega saat Dimas sudah menjauh darinya, Tya tidak biasa berbohong seperti itu ... Tapi karena ini menyangkut masalah perasaan, mau tidak mau dia harus melakukannya.
.
.
Jam kantor selesai, Tya langsung terburu-buru mengikuti Sirli yang juga sudah selesai mengerjakan pekerjaannya.
"Mba, tumben bareng aku." Tanya Sirli keheranan, karena biasanya Tumya selalu bersantai ketika pulang dan mengecek kembali pekerjaannya sebelum meninggalkan mejanya.
"Iya Sir, lagi ada perlu." Ucapnya sambil tertawa palsu, padahal Tya menghindari Dimas, dia berani berbicara pada Tya ketika karyawan sudah tidak ada di ruangan, Tya benar-benar harus membatasi interaksinya dengan Dimas jika di luar pekerjaan.
Disisi lain.
Dimas keheranan saat melihat Tya sudah tidak nampak disana, karena sejak pertama bekerja Tya selalu pulang lebih lambat dari karyawan lainnya.
"Loh, udah pulang dia?" gumam Dimas.
***
Tya selalu menghindari interaksinya dengan Dimas, setiap pagi setelah membuatkan kopi dia langsung pergi ke toilet untuk menunggu kedatangan karyawan lain, agar Dimas tidak berani berinteraksi dengannya.
Hal itu sangat di rasakan oleh Dimas, Tya sangat terlihat menghindari Dimas, sehingga Dimas sulit berkomunikasi dengannya, karena Tya selalu berada di antara karyawan lain dan tidak pernah berada seorang diri seperti awal, di tambah lagi keberadaan Gisel di dalam ruangannya, sehingga Dimas tidak leluasa berbicara dengan Tya ketika Tya mengantar berkas masuk ke ruangannya.
Sudah seminggu berlalu.
Chat masuk ke ponsel Tya dari nomor yang tidak di kenal.
08*** : (Saya ada salah?)
"Hah? Siapa ini? Tiba-tiba chat kayak gini, gumam Tya saat melihat layar ponselnya.
Tya langsung mengabaikan chat tersebut, karena baginya tidak penting meladeni nomor yang tidak jelas asal usulnya.
Malam harinya.
Mobil terparkir di halaman, Tya langsung mengintip dari balik jendela di dalam rumahnya, betapa terkejutnya dia saat melihat Dimas turun dari mobil tersebut.
"Hah? Pak Dimas."
Tya secepat kilat membawa Kevin masuk ke dalam kamar, "Bu nanti tolong bilang pak Dimas, kalau Tya sama Kevin gak ada di rumah ya," Ucapnya dengan tergesa.
"Loh kenapa? Kamu menghindar dari dia?"
"Pokoknya nanti Tya jelasin, ibu lakuin aja sama apa yang Tya omongin."
Tya langsung mengunci pintu kamarnya, untung saja Kevin bisa di ajak kompromi karena Tya membawa beberapa mainannya.
*Pintu di ketuk.
"Selamat malam Bu, Tya nya ada?"
"Anu ... Dimas, Ng ... Tya lagi pergi ke rumah saudara."
"Kevin juga Bu?"
"Iya Dimas, ada sesuatu yang penting? nanti biar ibu sampaikan."
"Kalau begitu tolong bilang Tya, balas chat dari saya. Baiklah ... Saya langsung pamit ya Bu." Ucap Dimas dengan sopan.
thank you Thor 😘😍🤗
semangat lanjut terus yaaa 💪💪😘🤩🤗🤗
ini nih slh satu org Kufur..
Tdk bersyukur...