Bagaimana perasaanmu jika istri yang sangat kamu cintai malah menjodohkan mu dengan seorang wanita dengan alasan menginginkan seorang anak.
Ya inilah yang dirasakan Bima. Dena, sang istri telah menyiapkan sebuah pernikahan untuknya dengan seorang gadis yang bernama Lily, tanpa sepengetahuan dirinya.
Bima sakit hati, bagaimanapun juga dia sangat mencintai istrinya, meskipun ia tahu sang istri tidak bisa memberikannya keturunan.
Bisakah Lily berharap Bima akan mencintainya? Meskipun Bima sangat dingin padanya, tapi Lily telah berjanji satu hal pada Dena. Sanggupkah Lily menepati janjinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon trias wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 2
Dena Abigail Usman
Katakanlah kalau aku jahat.
Katakanlah kalau aku kejam.
Biarlah.
Aku meminta suamiku sendiri untuk menikah kembali. Sakit memang. Sangat sakit hati ini saat aku mengutarakan keinginanku. Tapi aku juga tidak mau membuatnya merasa bersalah. Ketidakmampuanku untuk mengandung yang membuat aku berfikir setiap malam. Bahkan beribu- ribu kali dalam sehari selama hampir satu tahun setengah ini. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk menemui seseorang dan memintanya untuk menjadi maduku.
Aku yakin dia gadis yang baik. Selama aku mengenalnya tidak pernah sedikitpun cela yang kulihat dari dirinya. Murah senyum dan sopan santunnya membuat aku terkagum. Mungkin karena dia juga keturunan jawa asli. Asalnya dari Jogjakarta, tentu tata krama masih di perhatikan disana. Hanya saja logat bicaranya sudah tidak terlalu kental dengan aksen jawa, mungkin karena sudah lama tinggal di ibukota.
Wajahnya cantik. Terkadang aku juga mengagumi betapa kecantikannya membuatku iri. Kulitnya seperti kebanyakan orang korea, itu menurutku. Mata sedikit sipit, alis terbentuk dengan sempurna tanpa harus di cukur atau di bentuk sedemikian rupa, hidung tidak terlalu mancung seperti bule-bule Amerika tapi bagi orang pribumi cukuplah untuk terlihat lebih menonjol. Bibirnya tipis berwarna merah muda. Dan aku yakin selama ini dia hanya memakai lip balm saat bertemu denganku. Dan jangan lupakan lesung pipi di pipi kanannya membuat senyumannya semakin manis. Aku mau lesung pipi seperti dia! Aku serius!
Awalnya dia kaget saat aku mengutarakan maksudku. Bagaimana tidak! Mana ada seorang istri yang rela di madu! Ada. Aku. Dan itu nyata!
Dia menghela nafas. Hening tercipta diantara kami. Aku sendiri menahan nafasku. Akankah dia menerima lamaranku untuk suamiku? Kuharap.
Katakan jika aku bodoh.
Iya. Aku memang bodoh.
Tapi jika aku tidak segera menyatukan mereka aku akan menyesal. Sangat. Sangat menyesal!
Dia memandangi kotak cincin yang aku simpan di atas meja. Masih menatapnya seakan bimbang dengan keputusan yang akan di ambilnya. Siapapun pasti akan heran, mungkin bertanya apa maksud di balik ini semua. Seorang istri melamar seseorang untuk suaminya. Apalagi sekarang zamannya ramai dengan namanya pelakor. Aku tahu apa yang ada di fikirannya.
Kulihat dia menarik nafas lalu membuang kembali. Menarik nafas lagi. Lalu menghembuskannya lagi. Dia menyodorkan kembali kotak cincin itu ke dekatku dan mengatakan bahwa dirinya masih tidak tahu. Ku katakan agar dia memikirkannya terlebih dahulu jika dia memang ragu. Dan ku katakan aku menunggu jawabannya satu minggu kemudian.
Kami kembali bertemu di tempat yang sama, di meja yang sama. Kulihat ada sedikit yang berbeda darinya. Lingkaran hitam di bawah matanya. Apakah semalam dia begadang? Aku tertawa saat mendengar penuturannya. Dia tidak bisa tidur karena memikirkan jawaban atas lamaranku. Dan aku tahu dari remasan diantara jari-jari tangannya yang kuat, dia memberanikan diri bertanya padaku. Apa motifku melamar dia untuk suamiku. Aku hanya menjawab untuk memberikan keturunan yang mungkin aku tidak bisa memberikannya untuk suamiku. Dia tidak terkejut sama sekali. Sepertinya dia juga sudah memikirkan hal yang masuk akal untuk seorang wanita menginginkan suaminya menikah lagi. Dan satu hal yang membuat aku terdiam adalah jika dia telah melahirkan seorang anak, kepada siapa hak asuh anak itu jatuh? Lalu nasib ibunya? Apakah tugasnya hanya untuk melahirkan anak untukku dan suamiku?
Sekali lagi aku memberi penegasan padanya. TIDAK!
Akan aku pastikan suamiku tidak akan pernah meninggalkannya apapun yang terjadi.
Aku menitikkan air mata bahagia saat gadis itu berucap. 'Aku bersedia menjadi madumu, mbak Dena!'.
Semangat thor 💪💪