Kejadian tak terduga di pesta ulang tahun sahabatnya membuat seorang gadis yang bernama Recia Zavira harus mengandung seorang anak dari Aaron Sanzio Raxanvi.
Aaro yang paling anti wanita selain ibunya itu, tiba-tiba harus belajar menjaga seorang gadis manja yang takut dengan dirinya, seorang gadis yang mengubah seluruh dunia Aaro hanya berpusat padanya.
Apakah dia bisa menjadi ayah yang baik untuk anaknya?
Apakah dia bisa membuat Cia agar tidak takut dengannya?
Dapatkan dia dan Cia menyatu?
Dapatkah Cia menghilangkan semua rasa takutnya pada Aaro?
Ayo baca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZaranyaZayn12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Satu
"Woy bagi gue juga dong! Enak aja kalian makan semuanya sendirian." Kesal Zaki mencoba merebut buah-buahan yang berada di tangan Dikru.
"Si Zaki kok gobloknya gak nanggung-nanggung ya? Udah tau kata 'kalian' kan artinya rame, tapi kok masih bilang sendirian juga?" Bingung Dita memperhatikan tragedi perebutan buah itu.
"Eh udah! Jangan rebutan gitu." Ujar Aisyah mencoba melerai mereka.
"Dia pelit Syah, Masa gue mau minta satu aja gak di bolehin?" Kesal Zaki menatap kesal Dikru.
"Bagi Zaki nya satu Ru!" Ujar Aisyah yang langsung di turuti oleh Dikru.
"Aduan lo!" Ujar Dikru kemudian memberikan Zaki buah yang berada di dalam genggamannya.
"Nah, gitu. Kita itu harus saling berbagi." Ujar Aisyah kemudian kembali duduk di sebelah Dita.
"Eh si Aaro sama si Rion lama banget dah sampainya." Kesal Zaki.
"Iya nih, padahal kita udah lama ya nungguinnya." Ujar Aisyah sembari mengambil potongan buah nanas.
Ceklek
"Selamat datang!" Heboh Dikru yang pertama kali menyadari kedatangan Aaro dan yang lainnya.
"Selamat pulang kerumah!" Teriak mereka kompak yang membuat Aaro tersenyum samar.
"Makasih semuanya." Ujarnya kemudian menarik lembut tangan Cia, membawa gadis itu duduk di kursi ruang tamu mereka.
"Kalian nungguinnya udah lama?" Tanya Aaro yang di angguki oleh mereka.
"Si Rion bilangnya lo pulang jam sepuluh. Eh, taunya ini udah jam setengah tiga sore." Ujar Zaki menunjuk ke arah Rion yang masih cemberut karena kencannya yang gagal itu.
"Apa lo? Suruh nunggu aja pake protes!" Kesal Rion kemudian berjalan ke arah dapur.
"Kenapa tuh anak? PMS ya?" Tanya Zaki heran.
"Dia abis di batalin kencannya sama pacarnya." Ujar Aaro yang membuat Dita angkat bicara.
"Si Rion udah punya pacar?" Tanya Dita yang di angguki oleh Cia dan Aaro.
"Dih ada juga ya yang mau pacaran sama playboy cap buaya kaya si Rion?" Ujar Dita yang membuat mereka tertawa.
"Emangnya siapa yang jadi pacarnya?" Tanya Aisyah penasaran.
"Itu!" Tunjuk Aaro kepada Risa yang tengah memakan cemilan di depan TV dengan santai.
"Apa?" Tanya Risa ketika dia merasakan bahwa orang-orang yang berada di sekelilingnya tengah memperhatikannya.
Mereka yang mendengar bentakan Risa pun reflek menggelengkan kepalanya dengan kompak.
Serem! Pikir mereka.
Mereka serentak mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan cepat.
"Beneran?" Tanya Aisyah yang di jawab anggukan kepala oleh Aaro.
"Pantesan si Rion sampe gak berkutik kayak gitu, si buaya takut sama mangsanya." Tawa Dita diikuti oleh yang lainnya.
"Mampus gak tuh? Si playboy insaf." Ejek Zaki yang mendapatkan anggukan setuju dari mereka.
"Kak? Cia mau sama Risa dulu ya." Ujar Cia yang diangguki oleh Aaro kemudian mengecup kening Cia singkat dan melepaskan genggaman tangannya pada tangan Cia.
"Dih, sok romantis." Gumam Aisyah pelan yang masih bisa di dengar oleh Dikru.
Aisyah kenapa sih? Kok berubah ya? Heran Dikru.
Cia berjalan dengan santai ke arah Risa sambil bersenandung pelan. Diturunkannya kaki gadis itu perlahan membuat Risa mengerti. Gadis itu dengan sigap menggeser posisinya duduknya kemudian meletakkan bantal di atas pahanya.
Cia langsung membaringkan tubuhnya di atas sofa kemudian meletakkan kepalanya di atas paha Risa membuat wanita bar-bar itu mengusap rambut Cia dengan lembut.
"Udah makan Ci?" Tanya Risa yang di jawab anggukan kepala oleh Cia.
"Risa udah makan?" Tanya Cia menatap ke atas, ke arah wajah Risa.
"Udah, tadi di teminin sama si Rion sebelum pergi ke rumah sakit." Ujar Risa yang di angguki oleh Cia.
"Risa beneran batalin kencan kalian?" Tanya Cia yang di angguki oleh Risa.
"Dia playboy cap gayung." Ujar Risa dengan kesal.
"Menurut Cia ya Ris, Rion itu udah kaya berusaha berubah buat Risa. Dia jadi lebih lembut dan manja gitu kalo di deket Risa, beda kalo di deket orang lain." Ujar Cia kemudian membuka mulutnya membuat Risa menyuapkan sebuah anggur kepadanya.
"Emang iya?" Tanya Risa dengan tidak yakin.
"Iya, Cia yakin kok." Ujar Cia menganggukkan kepalanya pelan kemudian kembali menatap ke arah TV yang sedang menampilkan film drama itu.
"Tapi semuanya tergantung Risa sih, Cia cuma kasih tau Risa aja apa yang Cia liat." Ujar Cia dengan senyum lebarnya yang membuat Risa terdiam.
Benar kah? Jika Rion sedang bersamanya sikapnya berubah? Ah tidak mungkin! Kesal Risa.
"Menurut Cia, Risa coba aja dulu lanjutin kencannya, nanti kalo Risa tetep gak srek sama Rion, Risa harus bilang sama orangnya langsung. Jangan sampai nanti Rion nungguin Risa tapi tau-tau Risanya gak mau sama Rion." Sambung Cia yang membuat Risa kembali memikirkan apa yang dikatakan oleh Cia.
"Gue bakal coba." Ujar Risa pelan yang masih bisa di dengar oleh Cia.
"Iya, Risa coba aja. Cia mau bobok dulu ya Risa." Ujar Cia kemudian membalikkan tubuhnya menjadi menghadap ke arah perut Risa.
Risa mengusap rambut Cia dengan lembut membuat Cia semakin mengantuk dan perlahan tertidur dengan memeluk perutnya erat. Kebiasaan Cia jika sudah tidur di dekatnya pasti selalu seperti ini. Cia akan tertidur dengan begitu lelapnya walaupun dalam kondisi apapun itu.
Apa gue beneran harus kasih Rion kesempatan? Tapi, setiap orang wajib dapat kesempatan kan? Pikir Risa kemudian mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu di ponselnya.
Oke! Satu kesempatan! Cukup bukan? Pikir Risa.