Bercerita tentang seorang pemuda yang ditinggal menikah oleh wanita pujaannya dengan sahabatnya sendiri. Lebih tepatnya wanita yang disukainya itu pasangan sahabatnya sendiri. Ia menyukai wanita itu karena ada hal istimewa yang ada di dalam wanita itu.
Berbagai cara, dia lakukan untuk melupakan wanita itu. Namun hasilnya nihil, dia sudah berusaha untuk melupakannya. Dan itu sulit baginya. Wanita itu terlalu membekas di hatinya.
Hingga akhirnya ia bertemu wanita lain yang membuatnya jatuh cinta. Wanita sederhana dan senyum manisnya, yang membuatnya jatuh cinta. Berbagai cara dia lakukan untuk menyatukan cintanya pada wanita itu. Namun lagi-lagi ada halangan besar yang menghalangi perbedaan mereka.
Lalu apa yang akan dilakukan pemuda itu? Apakah pemuda itu tetap melanjutkan pilihan hatinya?
Atau dia akan menyerah dan merelakan wanita itu bersama dengan yang lain?
Ingin tahu lebih lanjut ceritanya, jangan lupa untuk membaca kisah selengkapnya....
Happy reading....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jyoti_Pratibha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Berkeliling dan mengamati setiap bangunan di panti, ia seperti nostalgia ketika dirinya pertama kali masuk ke panti ini.
Dulu ketika ia pertama kali disini, yang dirasakannya saat itu adalah takut. Takut karena bertemu dengan orang yang tidak dikenal yang tiba-tiba akrab dengannya, serta tidak ada pendamping dari keluarganya untuk datang ke tempat ini.
Dulu ia diantar oleh tetangga nya yang membantu keluarganya ketika masih hidup.
Ia dikirim ke panti karena pihak dari nenek kakeknya tidak mau merawat lantaran ibunya dari keturunan kelas bawah.
Azrina kecil yang sering dimusuhi oleh keluarga besarnya tentu tidak tahu apa yang terjadi dengan masalah orangtuanya.
Azrina kecil sering dihina dan diumpati oleh keluarga besarnya karena asal ibunya. Azrina kecil sering dimarahi oleh kakek neneknya dengan perbuatan yang tidak pernah dilakukannya.
Dulu dirinya sering menangis ketika dimarahi oleh kakek neneknya dan tentu ia melapor pada orangtuanya.
Namun lagi dan lagi orangtuanya tidak bisa mengatasi permasalahan yang dialaminya. Mereka juga sama seperti yang dialami Azrina.
Azrina benar-benar melihat sendiri orangtunya dimaki habis-habisan oleh kakek neneknya dan juga tangisan diam ibunya. Saudara ayahnya juga melakukan hal yang sama seperti kakek neneknya.
Mereka memberi tatapan sinis terhadap kedua orangtuanya serta decihan yang sering didengarnya.
Azrina benar-benar mengingat penolakan kakek neneknya ketika orangtuanya meninggal saat kecelakaan sehingga tetangganya lah yang mengurusi hal ini. Azrina sangat mengingat tatapan sinis dari kakek neneknya dan juga umpatan yang diberikan oleh mereka.
“Waktu ternyata sudah berlalu sangat lama.”
Azrina berkali-kali menghembuskan napasnya ketika mengingat kejadian itu. Dia sudah berdamai dengan masa lalunya, namun ketika mengingat wajah-wajah yang dulu menghinanya. Ia merasakan sakit dihatinya.
Hingga saat ini dirinya tidak pernah menemui mereka, dia tidak dendam pada mereka. Dia juga tidak ingin menyimpan sakit hatinya selama mungkin.
Dia saat ini hanya ingin hidup tenang dan menciptakan kebahagiaan sendiri untuk dirinya. Dia ingin merelakan rasa sakit dihatinya dan memulai hal baru untuk menciptakan kebahagiannya.
Dan hal yang menyedihkan ketika dirinya menemukan kebahagiaan, dia harus dihadapkan dengan apa yang dialami orang tuanya dulu.
“Huft sekarang waktunya untukmu berjuang Azrina, dan ciptakan kebahagiaan yang kamu impikan dulu.”
Kata-kata penyemangat yang bisa menguatkan Azrina untuk memperjuangkan hubungannya.
Dia pun kembali ke halaman panti untuk bermain dengan anak-anak. Sudah lama dirinya tidak bermain dengan mereka, dia merindukan keringat yang keluar dari tubuhnya karena bermain.
Azrina menyapa anak-anak panti yang sedang menggambar, ia duduk di samping mereka dan menanyakan tentang apa yang digambarnya. Azrina juga ikut menggambar dengan mereka.
Mengobrol banyak hal, dan menanyakan kegiatan mereka sehari-hari, serta mendengar ocehan mereka yang terkadang membuat dirinya tertawa dengan kegiatannya.
Beruntungnya sebagian dari mereka mengenalnya dan tidak canggung ketika diajak mengobrol.
Karena ada beberapa anak panti asuhan yang baru dan tentu tidak mengenalnya.
Selang beberapa menit dirinya mengobrol banyak hal, dia pun memutuskan untuk pergi ke dapur. Ia melihat ibu panti yang sedang memasak makan siang untuk anak-anak panti nantinya.
Ia pun mendekati ibu panti itu dan memeluknya dari belakang. Azrina sangat merindukan suasana seperti ini, penghuni panti disini sudah seperti keluarganya.
“Az lepasin dulu pelukannya, ibu susah bergerak kalau seperti ini.”
“Bentar Bu, Az lagi kangen banget sama perut buncit ibu udah lama Az gak memeluknya.”
“Dasar kamu! Udah lepasin sebentar lagi adek-adek kamu mau makan.”
“Azrina bantuin ya?”tanya Azrina dengan semangat.
“Ambil apronnya dulu, nanti bajumu kotor lagi”ucap ibu panti yang bernama Rukmi.
“Oke!”
Azrina pun menuruti ucapan Bu Rukmi. Dapur yang luas serta banyaknya meja-meja yang tersusun rapi, dan juga peralatan dapur yang lengkap. Panti asuhan ini menurut Azrina seperti dapur restoran di hotel-hotel.
Dapur disini sangat lengkap dengan alat-alat yang seperti dapur umumnya. Semua itu karena panti ini memiliki bisnis untuk merawatnya. Serta untuk memenuhi perekonomian panti tentunya. Ibu kepala panti disini tidak meminta sumbangan pada orang-orang, mereka tetap menerima. Namun tidak meminta.
Bagi pengurus panti meminta sama saja seperti mengemis, beruntungnya ibu kepala panti memliki kecerdasan dalam berbisnis. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan panti akan tetap ada tanpa sumbangan dari orang-orang.
Sementara di sisi lain, Rejandra saat ini sedang sibuk bermain dengan bola dengan anak-anak panti. Semua terasa menyenangkan ketika bermain seperti ini, karena ia sudah lama tak bermain bola seperti ini.
Mengingat umurnya yang semakin bertambah serta teman-temannya yang pemalas, akan sulit untuk diajak bermain seperti ini.
Kesibukan yang dimilikinya tentu menjadi penghalang utama untuk kesenangan seperti ini. Dan juga waktu yang dijalani akan sulit untuk melakukan seperti ini bersama dengan teman-temannya.
Dia pun memutuskan untuk beristirahat sejenak karena lelah. Keringat banyak yang keluar dari tubuhnya, membuat ketampanan dari pria itu bertambah. Tubuhnya yang atletis serta kulitnya yang putih, memancarkan pesona yng hanya akan dimiliki oleh pria itu.
Beruntungnya disini hanya ada anak-anak panti, serta anak remaja yang sedang mengajar kepada adik-adik mereka.
Ia pun mengedarkan pandangannya untuk mencari kekasihnya. Setelah menemukannya, ia pun pergi kesana untuk menemui wanita itu.
Kekasihnya saat ini sedang membantu ibu panti menyiapkan makan siang untuk penghuni panti. Wajahnya yang bahagia, serta senyumnya yang tak luntur dari parasnya. Membuat pria itu tersenyum melihatnya.
Dia sangat beruntung mendapatkan wanita itu menjadi pasangannya.
Azrina memilki segalanya yang dia punya dengan kesederhanaannya.
“Anak itu dari dulu memang tidak berubah”ucap ibu kepala panti yang berada disampingnya.
Rejandra menolehkan pandangannya ke samping dan melihat ibu kepala yang mengucap. Panggilan bagi penghuni panti untuk ibu panti itu, ia tahu dari kekasihnya Azrina.
“Az tidak pernah berubah dalam sikapnya, tetap mengutamakan attitude yang baik serta keramahan untuk tetap dekat dengan seseorang.”
“Ibu benar, itulah yang membuat saya jatuh hati dengan Azrina.”
“Dulu ibu sempat khawatir ketika Az memutuskan keluar dari panti. Anak itu memang dewasa dalam bersikap, namun anak itu tidak bisa pendirian untuk dirinya sendiri.”
“Maksud ibu?”
“Dulu sewaktu dia masih masa SMA, dia pernah dirundung lantaran tidak mempunyai orangtua. Dan yang membuatnya dirundung itu adalah anggota keluarga besarnya dulu. Dia tidak pernah bilang hal ini pada ibu, namun ibu mengetahui hal ini. Azrina tidak pernah dendam pada mereka, namun ketika dia ditindas dan dijadikan pesuruh anak itu tetap menurut.”
Ibu kepala menghadap Rejandra, dia memegang pundak Rejandra. “Ibu tahu kamu sudah berhubungan lama dengan Az, tapi ibu ingin memberitahumu. Azrina memang bukan wanita sempurna layaknya orang lain, tapi Az memiliki keistimewaan yang tidak pernah dimiliki orang lain.
Tetaplah disampingnya, ajari dia untuk memiliki pendirian sendiri agar tidak tertindas. Azrina selalu lemah ketika berhadapan dengan keluarga besarnya, buat dia kuat dan melawan mereka. Harapan itu yang bisa ibu lakukan untuk Azrina padamu.”
Nasihat yang diberikan Bu kepala panti ,seperti mengingatkannya pada suatu kejadian dimana ia dan Azrina sedang berjalan-jalan.
Tanpa sengaja mereka bertemu dengan anggota keluarga kekasihnya. Meskipun kekasihnya tidak memberitahu tahu siapa saja anggota keluarganya. Namun dari tatapannya sangat tersirat bahwa ada rasa lemah ketika bertatapan dengan anggota keluarga itu.
ΠΠ
“Enaknya makan apa ya?”
“Siang siang gini enaknya makan yang dingin-dingin, enak tuh apalagi panas terik. Mau keluar juga males kan?”
“Itumah mau kamu aja”sikutnya pada pria yang disampingnya. “Tapi iya juga.”
“Nah kan!”serunya.
Veronica mendelik mendengar seruan Derandra. Temannya yang satu ini memang benar-benar menyebalkan.
Veronica pun membuka ponselnya untuk mencari makanan yang cocok di siang hari. Suhu hari ini benar-benar membuatnya dehidrasi, beruntungnya hari ini ia tidak bekerja. Karena pergantian shift tentunya, dia akan bekerja di waktu sore.
“Ketemu”ucapnya ketika menemukan makanan yang dicari. “Andra beliin bahannya dong, nanti aku kirim lewat hp apa aja yang harus dibeli.”
“Kenapa nggak sama kamu aja belinya?”
“Aku mau nyiapin alatnya di kost, yakali masak nggak pakai alat.”
“Iya juga.”
“Udah sana beliin bahan-bahannya, nanti aku kirim apa aja yang harus dibeli, tempatnya di deket kos kok gak jauh. Jalan kaki aja, nggak usah pakai kendaraan. Itung-itung mengurangi polusi di kota ini”dorongnya pada pria itu agar segera membeli bahan-bahannya.
Setelah selesai menyuruh Derandra, Veronica bergegas mengambil alat-alat yang akan digunakan nantinya. Ia juga akan menyiapkan makan siang untuk dirinya dan pria itu.
Beruntungnya di kulkas kecil miliknya ada beberapa bahan yang bisa digunakan untuk memasak nantinya. Ia pun mengambil beberapa alat untuk memasak nanti di dalam kamarnya.
Kamarnya bisa dibilang tempat paling luas daripada kamar lain. Pemilik kost memberikan kamar ini karena dirinya pernah membantu memasak untuk hajatan dari pemilik acara.
Saat itu dirinya yang masih menganggur dan menunggu panggilan dari suatu restoran. Tentunya tidak ada kegiatan sama sekali, dan saat itu bertepatan Bu Renda memiliki acara arisan antar RT di tempatnya.
Saat itu catering yang biasanya Bu Renda pesan, tidak bisa memenuhi pesanannya. Dan akhirnya Bu Renda memutuskan masak sendiri, namun karena banyak menu yang akan disajikan membuat bu Renda kewalahan memasak sendirian.
Di pun berinisiatif membantu Bu Renda untuk menyiapkan makanan yang akan disajikan nantinya.
Berbagai menu ia masak dengan mengandalkan skilnya, dengan banyaknya bahan yang dibeli Bu Renda. Setelah selesai banyak dari teman-temannya Bu Renda memuji masakannya. Mereka juga ingin memakai jasanya jikalau nanti butuh untuk acara mereka sendiri.
Kamar ini bisa dibilang sebagai bentuk rasa terimakasih Bu Renda terhadap dirinya. Bu Renda bilang, “Jika tidak ada kamu mungkin ibu bakalan capek nak masak sendirian, apalagi menunya banyak seperti ini. Terima kasih ya, cuma ini yang bisa ibu berikan padamu sebagai bentuk rasa terima kasih ibu.”
Veronica saat itu hanya ingin membantu tanpa meminta imbalan. Bu Renda sangat berlebihan dalam memberikan pemberian terhadapnya sebagai bentuk terima kasih. Kulkas kecil yang ada di kamarnya ini, juga pemberian dari Bu Renda.
Dia juga bingung harus merespon bagaimana, di satu sisi ia senang karena mendapat apa yang tidak pernah diberikan oleh penghuni kost lain. Namun disisi lain ia juga tidak enak karena akan membuat penghuni kost lama iri dengannya.
Setelah selesai mengambil bahan dan alat, ia pun menuju ke dapur kost yang ada di dekat balkon. Rencananya siang ini ia akan membuat sayur sop untuk menu makan siangnya, sembari menunggu Derandra membeli bahan.
Ia pun mulai mengiris sayur-sayur yang ada di kulkasnya, dan juga ia juga mengiris daging ayam yang tinggal setengah. Dia memotong dagingnya dengan kotak-kotak.
Setelah semua bahan yang ada ia iris, dia pun kembali menyiapkan buah-buahan untuk membuat esnya nanti. Beruntungnya bahan utama dalam membuat es ini, dia punya. Jadi dia tidak akan menyuruh Derandra membeli bahan utama ini.
Karena bisa dibilang bahan ini sulit untuk dicari dipasar, kalaupun ada pasti ada sebagian yang busuk nantinya.
“Veron! Nih”taruhnyaa bahan-bahan yang dibelinya di toko. “Kamu, emang gila masak panas-panas gini disuruh jalan kaki. Mana gak dibawain payung lagi!”omelnya.
“Ah aku lupa maaf ya”ucapnya Veronica dengan menyengir memperlihatkan giginya.
Derandra yang melihat itu hanya berdecak kesal. Dia pun meminum minuman yang dibelinya tadi untuk mendinginkan tubuhnya yang panas. Suhu kali ini benar-benar membuat dirinya mengeluarkan keringat banyak.
Disisi lain Veronica mengambil bahan yang dibeli Derandra tadi. Ia mengeluarkan semua bahan-bahan itu dan mencucinya.
Setelahnya ia memotong sebagian sayur yang dibeli Derandra tadi. Seperti kentang, wortel, dan kol, sebagian lagi sudah ia potong-potong tadi.
Setelahnya ia memotong bahan yang lain dengan memanjang, seperti bawang merah dan bawang putih. Tak lupa dia juga menggeprek 1 ruas jahe.
Mulanya Veronica merebus daging hingga setengah matang, setelahnya dia membuang air rebusan pertama untuk membuang kotorannya.
Dia menumis bumbu yang sudah dipotongnya tadi hingga harum dan matang, setelahnya ia memasukkan daging ke dalam tumisan bumbu dan mengaduknya rata.
Sesudahnya dia memasukkan daging yang sudah direbus tadi ke dalam tumisan. Dan menambahkan air secukupnya.
Sementara menunggu hingga mendidih, Veronica membelah buah lobi-lobi menjadi dua bagian. Dia merendam buah itu dengan garam untuk menghilangkan rasa pait di buah itu.
Setelah selesai merendam ia merebus gula dengan sedikit garam hingga larut dan mendidih. Setelah selesai ia menyiapkan dua mangkuk dan memasukkan buah lobi-lobi ke dalamnya.
Menyiramnya dengan sirup yang sudah dingin, dan menambahkan es batu secukupnya. Dia tidak akan menambahkan santan dan SKM ke dalamnya. Karena begini saja sudah segar menurutnya tanpa tambahan dua bahan itu.
Setelah selesai membuat es lobi-lobi, ia memeriksa rebusan daging yang dimasaknya tadi, dia pun memasukkan aneka sayuran yang dipotongnya tadi ke dalamnya. Dan menunggunya hingga matang dan empuk. Terakhir adalah seasoning. Setelah itu mengoreksi rasa.
“Pas.”
Setelah selesai ia mengambil dua mangkuk lagi untuk menaruh sop-nya.
Setelah itu ia menata dua menu tadi ke meja, sebagai pelengkap ia mengambil telur rebus yang dia simpan di kulkasnya. Tak lupa membawa bawang goreng untuk ditabur di atasnya.
“Andra udah selesai!”panggil Veronica pada Derandra yang sedang bermain dengan tetangga kosnya.
Derandra yang namanya dipanggil pun segera bergegas ke arah Veronica dan berpamitan pada orang yang diajaknya main tadi.
Berada di kost ini sudah seperti rumahnya sendiri. Tetangga Veronica benar-benar orang yang supel untuk diajak bermain.
salam hangat dari saya👋
jika berkenan mampir juga🙏