NovelToon NovelToon
Kisah Kita Belum Usai

Kisah Kita Belum Usai

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:15.2k
Nilai: 5
Nama Author: Puput

"Aku rela melepasmu, asal kamu bahagia bersamanya."

Cinta itu tidak egois, Bagas rela melihat Adara kembali bersama Antares karena dia merasa sudah tidak sanggup membahagiakan Adara. Apakah akhirnya Adara tetap bersama Bagas atau kembali pada Antares?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

"Mama dan Papa kapan pulang?" tanya Aran dengan suara polosnya lewat panggilan video.

Adara menahan napas sejenak, berusaha menyembunyikan rasa sakit di hatinya. "Tunggu ya, Aran. Papa lagi sakit. Doakan Papa cepat sembuh."

Aran mengangguk, bibirnya mencebik, tapi dia tidak menangis. "Iya. Aran kangen sama Papa dan Mama."

"Mama dan Papa juga kangen sama Aran." Adara tersenyum, meski hatinya terasa berat. Dia berusaha terdengar ceria di hadapan Aran, tapi matanya melirik Bagas yang terbaring lemah di brankar. "Aran jangan nakal ya sama Oma Shena."

Aran mengangguk lagi. "Aran nggak nakal, Ma. Aran baik."

Adara memiringkan ponselnya ke arah Bagas, berharap suara ceria Aran bisa memancing reaksi dari suaminya. "Aran, ngomong sama Papa ya. Bilang Papa cepat bangun."

Di seberang sana, Aran mendekatkan wajahnya ke layar. "Papa, Aran kangen. Cepat bangun ya."

Adara memerhatikan wajah Bagas dengan penuh harap. Tapi, tetap tidak ada perubahan. Bagas masih terdiam dengan mata tertutup, tidak bergerak sedikit pun. Harapan yang sempat menyala di hatinya kembali meredup. Dia akhirnya menutup panggilan video itu dan berusaha menyembunyikan air matanya dari Aran. Sudah dua hari berlalu tapi Bagas masih tetap memejamkan matanya.

Setelah mematikan panggilan, Adara menghela napas panjang. Dia bangkit dan mengambil baskom yang berisi air hangat. Perlahan, dia menyeka wajah, tangan, dan kaki Bagas, berusaha merawat suaminya seperti yang biasa Bagas lakukan untuknya ketika dia sakit.

Air mata akhirnya tumpah, mengalir tanpa bisa dihentikan. Adara menangis tanpa suara, berusaha kuat, namun perasaan takut kehilangan orang yang dicintainya menghancurkannya dari dalam. "Kak Bagas, aku benar-benar nggak mau kehilangan kamu," bisiknya dengan suara bergetar.

Bu Wati masuk ke dalam kamar dengan langkah hati-hati. Dia melihat Adara yang masih duduk di tepi ranjang dan menyeka air mata yang terus mengalir. "Ara, kamu istirahat dulu, Nak. Biar Ibu yang menjaga Bagas," katanya lembut, mencoba membujuk Adara

Adara menggeleng pelan. "Aku nggak apa-apa, Bu. Aku mau di sini sama Kak Bagas."

Wati memahami perasaan Adara yang tak ingin jauh dari Bagas. Kemudian dia meletakkan baskom air hangat di kamar mandi dan kembali menatap Adara. "Baiklah, tapi kamu harus kuat, ya. Kita semua berdoa supaya Bagas cepat sadar."

Adara hanya mengangguk, kemudian dia kembali duduk di samping ranjang. Dia merapikan rambut Bagas yang sedikit berantakan, berharap keajaiban terjadi. Dia tidak akan pernah menyerah. Dia akan terus berada di sisi Bagas, menunggu sampai Bagas membuka matanya dan menatapnya dengan cinta yang sama seperti yang selalu dia berikan. "Kak Bagas, aku ada di sini. Aku nggak akan kemana-mana."

Adara menggenggam tangan Bagas lebih erat dan memberikan kehangatan yang dia harap bisa sampai ke hati suaminya. "Kak Bagas, aku nggak akan berhenti berharap. Kamu pasti bisa melewati ini. Kita pasti bisa bersama lagi, untuk Aran."

...***...

Antares memandang Azura yang berdiri di ambang pintu kantornya "Zura, kamu benar-benar akan pergi?" tanyanya saat Azura masuk dan duduk di sofa.

Azura menganggukkan kepalanya. "Aku ingin berhenti mencintaimu, Ares. Aku sudah lelah. Mencintai kamu selama ini hanya membuatku terjebak di tempat yang sama, tanpa arah dan tujuan. Aku ingin maju, dan untuk itu, aku harus melepaskan perasaan ini." Dia menghela napas panjang sebelum melanjutkan. "Aku akan menjadi model fashion terkenal di Singapura. Ini adalah kesempatan yang sudah lama kutunggu. Ya, aku pasti akan jarang sekali datang ke sini."

Antares berdiri lalu duduk di samping Azura.

"Ares, kalau Kak Bagas sudah sembuh, kamu jangan jadi pebinor," kata Azura.

Antares hanya tersenyum kecil, mencoba mengusir rasa pahit yang menggantung di hatinya. "Kalau aku jadi pebinor, aku tidak mungkin melakukan semua itu pada Bagas," jawabnya tenang. "Aku juga sudah memutuskan untuk berhenti mencintai Ara. Aku akan menganggap dia seperti adikku sendiri. Mungkin dengan begitu, tidak akan ada lagi yang terluka."

"Aku akan cari suami," kata Azura sambil tersenyum tipis. "Kamu juga cepat cari istri."

Antares tertawa kecil. Dia meraih Azura dan memeluknya sesaat. "Aku belum ingin menikah," ucapnya pelan.

"Umur kita sudah 27 tahun," Azura mengingatkan Antares sambil melepas pelukannya.

"Masih 27 tahun," balas Antares.

Azura berdecak. "Tentu, dan aku tidak mau menunggu kamu lagi. Aku harus punya masa depan. Silakan nikmati kesendirian kamu," ucapnya sebelum berdiri, menatap Antares untuk terakhir kalinya dengan tatapan yang sulit diartikan. Harapan, penyesalan, cinta, semuanya berbaur menjadi satu.

Antares hanya bisa menatapnya, tidak ada kata yang mampu keluar dari mulutnya. "Iya, hati-hati," akhirnya hanya itu yang bisa dia ucapkan.

Azura tersenyum tipis, lalu membalikkan badan dan melangkah keluar. Langkah kakinya terdengar menggema di ruangan itu, meninggalkan Antares, mungkin untuk selamanya.

Semoga kamu bahagia, Zura. Maaf, aku selalu menyakitimu ....

...***...

Adara duduk di samping brankar Bagas, matanya yang sembab dan kantung matanya yang semakin terlihat memperlihatkan betapa malam itu telah menjadi malam terpanjang yang pernah dia jalani. Kamar rumah sakit itu sunyi, hanya suara lembut alat monitor yang berulang-ulang berbunyi, menandakan detak jantung Bagas yang stabil. Adara menolak untuk beranjak dari sisi suaminya, meski tubuhnya sendiri sudah lelah. Dia tetap duduk di sana dan menggenggam tangan Bagas yang masih terbaring lemah, dengan rasa takut yang terus mengintai di hatinya.

Sesekali, Adara melirik ke arah jam dinding. Waktu terus berjalan, tapi dia tidak bisa memejamkan mata. Cahaya lampu kamar rumah sakit yang redup membuat suasana semakin menekan, tetapi Adara tidak peduli. Dia hanya ingin tetap berada di sisi Bagas, berjaga, meski tubuhnya sudah menyerah pada rasa lelah. Akhirnya, perlahan-lahan, matanya mulai terasa berat. Adara menundukkan kepalanya, bersandar pada sisi tempat tidur, dengan posisi setengah duduk, dan tanpa disadari, dia tertidur.

Malam bergulir, membawa Adara ke dalam tidur yang tidak tenang. Wajahnya masih menunjukkan kecemasan, bahkan dalam lelapnya. Tangan Bagas yang dia genggam erat tidak pernah terlepas. Dia takut melepaskannya, seolah-olah jika dia melepaskan, Bagas akan hilang darinya.

Ketika pagi mulai datang, sinar matahari menerobos melalui celah tirai jendela dan memberikan cahaya lembut di ruangan itu. Adara masih tertidur dengan posisi yang sama, tubuhnya sedikit membungkuk ke arah Bagas.

Tiba-tiba sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh rambut Adara. Sentuhan itu begitu halus, tapi cukup untuk membuat Adara terjaga dari tidur gelisahnya. Dia tidak langsung membuka mata, berusaha mengumpulkan kesadarannya. Perlahan-lahan, matanya terbuka, dan perasaannya langsung terbangun ketika dia menyadari apa yang terjadi.

Bagas, yang dua hari ini terbaring tak sadarkan diri, telah menggerakkan tangannya. Sentuhan lembut itu datang dari jari-jarinya yang menyentuh rambut Adara. Adara tercekat, dia menoleh cepat dan menatap wajah Bagas yang tampak masih lemah.

"Kak Bagas..."

1
Yuli Ana
oh... karya baru...
kirain bakal launching kisah Ares..🥰🥰🥰
Salim S
nanti kaya ares mencintai adik sendiri walaupun tidak ada hubungan darah...tapi penasaran juga ok lah mampir....
Dina Yuliana
aaaah aq juga sulit berkata kata thooor 🤣😂😂😂 udah laaah tuh cowok dua duanya mending buat aq boleh ga thoor... limited edition 😭😭😭
fb/Ig: Author Puput: aku gak bakat buat yg sad. 🤭
total 1 replies
Yuli Ana
ya ampun... kk author nya juga Sampek enggak tega sama Bagas. .. aku juga GK tega lo kak... gak rela banget kalau orang sebaik Bagas harus meninggal....😭😭😭😭🤧🤧🤧
beruntung banget Adara dicintai begitu besar....🥰🥰😍
Salim S
gini kan enak ga ada yang tersakiti...ares nanti sama tokoh baru yang bar2 dan slengean/Slight//Slight//Slight/
Risma Waty
Ikuti alur yg sudah ada aja, mbak... 😀
Mrs.Riozelino Fernandez
iya kk,serasa gak sesuai dengan judul nya...
aku pikir Bagas meninggal dan Antares menggantikan Bagas karena amanat Bagas...😆😅
Mrs.Riozelino Fernandez: bisa aja kk Thor 😆
fb/Ig: Author Puput: kisah Bagas dan Ara yg belum usai. 😂
total 2 replies
Mrs.Riozelino Fernandez
lho kk Thor...kok ganti Ayah???
tadi bukannya manggil papa 😁
fb/Ig: Author Puput: typo. 😂
total 1 replies
Yuli Ana
semangat.... semangat..... semangat....🥰
Mrs.Riozelino Fernandez
kuat ya Bagas...kamu harus semangat...ada Ara dan Aran yang menunggu mu sehat...
M Nurhalimah
kasihan jika bagas mati
dyah EkaPratiwi
semangat bagas
Risma Waty
Semangat Bagas....
Yuli Ana
semangat bagas... GWS ya...
semangat Adara.. .. yang kuat ya..
dyah EkaPratiwi
semangat Bagas pasti bisa sembuh
Salim S
yok bisa yok bagas sembuh kasihan ara sama aran...
v3r4
Bagus ceritanya👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Jossy Jeanette
karyanya bagus..ceritanya menarik disampaikan dgn baik👍
Mrs.Riozelino Fernandez
nyata atau mimpi ini kk Thor???
Mrs.Riozelino Fernandez
dulu Azura terbawa emosi fans nya sehingga mampu memisahkan Ares dan Adara...
mengikuti skenario dari manager mereka..
tapi dilubuk hati Ares nama Adara tetap nomor 1.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!