Baikal, Karyawan tertekan yang mengalami Burn Out tidak ada hal lain yang bisa dilakukan selain terjebak dalam pekerjaannya. Satu satunya hiburan yang bisa dilakukan di waktu sempitnya adalah berimajinasi.
Imajinasi ini yang kini menjadi nyata dan Baikal berpindah di dalamnya.
Baikal merasa dunia baru sangat berbahaya dan merasa jiwanya terancam. Beragam imajinasi dia wujudkan untuk menjamin keselamatan jiwanya.
Imajinasi pertama yang berhasil diwujudkan Bayangan Kegelapan Neraka "Helcourt The Shadow". Namun, hanya berguna untuk membawanya lari, menyalakan api dan menangkap ikan.
Apakah Baikal bisa bertahan di dunia baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MishiSukki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ARLENE RENVILLE
Melepaskan baju zirah dan kedua gauntletnya, Arlene berjalan dengan langkah cepat ke kamarnya.
Gemerincing suara zirah berasal dari bagian pusar ke bawah yang belum dia lepaskan. Pedang yang panjang dia lepaskan dari ikat pinggang, disandarkan pada sebuah dinding.
Sekilas berkaca pada cermin, dia mendesah melihat seorang gadis dengan tampilan acak acakan.
Arlene Renville baru saja kembali setelah mendapatkan pergantian tugas menjaga salah satu benteng di kota perbatasan strategis.
Dari sekian banyak pos pengamatan dan pos bertahan. Di benteng inilah dia benar benar merasakan segala tenaga dan mentalnya terkuras habis.
Sebagai puteri pertama dari sebuah organisasi besar bernama Kuil Dewa Perang, Arlene telah menunjukkan kiprahnya dengan semaksimal mungkin.
Dia menghembuskan nafas berat, membayangkan besok pada majelis evaluasi dia akan dibantai habis habisan oleh pertanyaan dewan tetua.
“Ah, Hai.. Halo di sana….” Baikal akhirnya berhasil menemukan panggilan acak dengan tangkapan seorang manusia.
“Hai juga.” Karena sangat capek dan kurangnya kewaspadaan, Arlene hanya menjawab dengan spontan.
“Oh, Mama…” Arlene menjadi terkejut saat seekor kucing hitam gembul duduk di atas meja berbicara menyapa dirinya.
“Oh, Kucing ini berbicara. Betapa lucunya kamu.” Arlene meraih kucing hitam dan mengelusnya.
Baikal melihat wajah seorang gadis sangat cantik berambut pirang tampak semakin besar karena mendekat di layar laptopnya. Bahkan tonjolan pada dada semakin terlihat jelas menyesakkan mata Baikal.
“Eh, Kucing ini memerah wajahnya.” Arlene tertawa. Sepertinya melupakan segala macam rasa lelah.
“Siapa namamu?” Baikal bertanya.
Di depan Arlene hanyalah ada kucing gembul hitam yang berbicara, dia tertawa dan menjawab, namaku Arlene Renville.
“Kamu tampak lelah dan frustasi ?” Baikal bersimpati. Kondisi Arlene mengingatkan pada dirinya sendiri saat pulang kerja.
“Ehm, memang hari hari ini sangat sulit. Di mana mana keadaan sudah berdarah darah.” Arlene mengeluh.
“Kamu seorang marketing?” Baikal berfikir. Mengingat pada keadaan market yang berdarah darah. Di mana produk sangat sulit bersaing karena banyaknya competitor menguasai market dengan produk yang sama bahkan dengan berbagai keunggulan lain.
Mungkin dia belum membaca buku “Blue Ocean”. Baikal bergumam.
“Ah, Apa itu?” Arlene bingung. Dia tak mengerti namun secara refleks dia mengangguk saja.
“Aku tahu pekerjaanmu sangat berat, belum lagi saat di kantor kamu akan dimarahi oleh orang tua botak yang seenaknya melempar kata.”
Baikal ingat salah satu rekan marketing di tempat kerja diumpat habis habisan oleh pria tua botak yang menjadi managernya. Karena gagal target.
“Ah, Kamu mengetahuinya?” Arlece tercengang, bahwa besok adalah hari di mana dia harus melapor pada majelis tetua. Sudah pasti dia kan dimarahi habis habisan.
Dan mereka para tetua itu kebanyakan mengalami kebotakan permanen.
Baikal sangat memahami Arlene yang gagal memenuhi target menjelang hari evaluasi oleh managernya. Beragam rasa frustasi dan kelelahan yang nampak pada raut wajah Arlene terbaca dengan jelas oleh Baikal.
Arlene pun tercengang bagaimana kucing berbicara ini mengetahui apa yang dirasakannya.
“Aku memanggil kamu?” Arlene akhirnya memunculkan senyum kecil yang ceria saat bertanya. Baikal melihat pun memuji, gadis ini sebenarnya sangat cantik. Sayangnya dia salah tempat bekerja.
“Namaku… Ah hemm… Lord Nero.” Baikal hamper saja keceplosan. Bahaya jika sampai namanya terekspos di luar.
Tentu saja kucing yang hitam yang muncul di depan Arlene adalah Nero, Karena Baikal menggunakan foto Nero sebagai avatar profil picture.
Baikal kemudian berbicara panjang dan lebar selayaknya bagaimana percakapan di aplikasi omeglea berlangsung.
Arlene yang sangat tertekan pun kini muai lepas berbagai tali kekangan yang membebani pikirannya. Bahkan di berbagai kesempatan dia pun tertawa lepas.
Sensasi yang sama sepeti di dunia yang dulu. Baikal juga terobati rasa kesepian di hatinya.
“Bolehkan aku menambahkanmu sebagai teman agar kita bisa berbicara lagi di kemudian waktu?” Baikal langsung menekan tombol FAVORIT pada nama Arlene Renville pada bilah list pertemanan.
Seperti diingatkan agar tidak lupa, Baikal menambahkan “Marketing” pada belakang nama Arlene. Menjadi Arlene Renville “Marketing”.
“Oiya, aku akan log out dan pergi tidur. Juga sebaiknya kamu jangan terlalu tenggelam hanya mengandalkan belajar dengan cara membaca buku buku marketing saja. Itu akan membuatmu menjadi tambah stress. Cobalah buku lainnya.”
Baikal membuka drive dan menelusuri folder demi folder. Kemudian AHA, dia memilih sebuah file pdf. Lalu pada aplikasi Omeglea dia mengkik tombol kirim.
“Aku dulu pernah bekerja sepertimu. Saat menjadi marketing aku sama tertekannya denganmu. Bacalah buku ini, meskipun tak ada hubungannya dengan marketing. Beberapa hal di dalamnya akan sangat membantumu secara konsep.”
“Kamu akan menemukan inspirasi baru, konsep yang segar dan pemikiran yang lebih luas. Kurasa kamu akan bisa menyusun berbagai rencana dan mengambil keputusan secara lebih baik.” Pungkas Baikal.
Baikal lantas menutup laptopnya.
“Ah, Tunggu… “ Arlene yang kurang begitu paham menggapai tangannya ke arah Nero.
Nero menghilang dengan sebuah sinar terang yang memenuhi seluruh kamar Arlene, hanya putih total bahkan Arlene harus menutup matanya erat erat.
Tidak berlangsung lama, sinar pun meredup. Samar samar Arlene melihat buku di atas meja di lokasi persis Nero sedang duduk sebelumnya.
Buku dengan sampul yang terlihat sangat kuno. Dengan auranya yang sangat kuat membuat Arlene datang dengan merangkak dan melangkah pelan.
Aura penyerangan yang sangat tirani luar biasa datang gelombang demi gelombang bersumber dari buku itu. Membuat nafas Arlene tersengal sengal.
Dengan kesulitan Arlene berusaha mendekat, mulut yang melebar dan rahang seperti akan lepas. Arlene tercengang dengan rasa tak percaya saat membaca judul pada sampul buku.
INI
KITAB SUCI PERANG
36 STRATEGI MAHADEWA AGUNG SUNTZU
Arlene menjadi patung dalam waktu yang sangat lama. Rasa tak percaya, bahagia, putus harapan dan jalan keluar bercampur seperti nano nano.
Pikiran Arlene kembali saat tekanan kuat dari kitab itu mengendur.
Lantas buku itu seperti mengenali Arlene, tekanannya berkurang digantikan dengan aliran hangat penuh vitalitas yang datang seperti air bah menyirami gurun.
Arlene merasakan setiap pori porinya dibasuh oleh kekuatan ajaib, memelihara sel dan mengisinya dengan kekuatan yang siap meledak kapan saja.
Arlene sangat gembira dengan kejadian ini.
Benar benar aku terlalu bodoh, bagaimana sebelumnya aku berbicara dengan sangat tidak hormat pada Tuan Agung yang memberikanku Kitab Suci.
Arlene menyesal di hati, namun matanya penuh tekad. Harapan atas kebangkitan Kuil Dewa Perang akan tiba dalam waktu yang tak lama. Arlene pun diam diam berjanji, akan terus setia pada Tuan Agung yang berbaik hati memberikan jalan keluar bagi sektenya.
Arlene membuka halaman sampul kitab pada buku.
Hal hal yang belum pernah dia lihat dan hal hal di luar pikiran dan imajinasinya telah datang dan memberinya sebuah cahaya kebijaksanaan pada jiwanya.