NovelToon NovelToon
Transmigrasi Ke Tubuh Istri Terabaikan

Transmigrasi Ke Tubuh Istri Terabaikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO / Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:60.4k
Nilai: 5
Nama Author: eka zeya257

Emma tak pernah menyangka akan mengalami transmigrasi dan terjebak dalam tubuh istri yang tak diinginkan. Pernikahannya dengan Sergey hanya berlandaskan bisnis, hubungan mereka terasa dingin dan hampa.

Tak ingin terus terpuruk, Emma memutuskan untuk menjalani hidupnya sendiri tanpa berharap pada suaminya. Namun, saat ia mulai bersinar dan menarik perhatian banyak orang, Sergey justru mulai terusik.

Apakah Emma akan memilih bertahan atau melangkah pergi dari pernikahan tanpa cinta ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eka zeya257, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Hujan masih mengalun deras di luar jendela rumah duka, denting air hujan memukul-mukul kaca jendela seperti ratusan jemari yang mengetuk-ngetuk dinding kesabaran Eleanor.

Ia berdiri mematung di depan peti jenazah orang tuanya. Wajahnya pucat, tanpa ekspresi, seolah-olah air mata yang sejak kemarin membanjiri pipinya telah mengering, meninggalkan kehampaan yang membeku di balik sorot matanya.

Sergey berdiri beberapa langkah di belakang Eleanor, matanya terus mengawasi istrinya dengan kecemasan yang kian menebal. Sejak kejadian itu, Eleanor nyaris tak berbicara sepatah kata pun. Hanya diam. Terlalu diam, hingga keheningannya lebih menyiksa daripada jerit tangis paling memilukan.

"Lea…" Sergey memanggil pelan, mencoba menembus dinding sunyi yang membungkus istrinya.

Eleanor tidak menjawab. Ia hanya menggerakkan tangannya perlahan, menyentuh sisi peti kayu seolah ingin merasakan kehangatan yang sudah lama pergi. Namun, yang ia rasakan hanyalah dingin... dingin yang menembus sampai ke tulangnya.

Sergey mendekat, langkahnya hati-hati, seolah takut membuat Eleanor semakin mengunci diri. Ia meraih bahu Eleanor, merasai betapa kaku dan dinginnya tubuh sang istri.

"Lea, aku tahu kamu menahannya semua di dalam… tapi kamu tidak perlu melakukannya sendirian," bisiknya.

Eleanor tetap diam. Pandangannya kosong menatap kedua peti itu, matanya tampak sayu, tetapi tak setetes pun air mata yang jatuh lagi. Seolah seluruh air matanya telah terkuras habis.

Sergey menarik napas panjang, lalu tanpa berkata apa-apa lagi, ia memeluk Eleanor perlahan dari belakang. Tubuh istrinya kaku di pelukannya, tapi Sergey tidak peduli. Ia hanya ingin Eleanor tahu, bahkan dalam diam pun, ia tidak sendirian.

"Aku di sini," gumam Sergey, nyaris tak terdengar. "Meski kamu tak mengucapkan sepatah kata pun, aku akan tetap di sini."

Dalam diamnya, Eleanor merasakan seluruh dunia runtuh, tapi bibirnya tetap terkunci rapat. Luka itu terlalu dalam untuk diungkapkan dengan kata-kata.

***

Satu minggu kemudian, Eleanor mulai menjalani aktivitasnya seperti biasa. Hanya saja, ia lebih pendiam dari sebelumnya dan lebih sibuk karena ia harus mengambil alih perusahaan ayahnya dan mengembangkan hotel yang sedang ia bangun.

Di rumahnya yang luas namun terasa sunyi, Eleanor duduk di meja makan panjang berlapis marmer putih. Sarapan yang disiapkan oleh pelayan hanya disentuh sedikit.

Tangannya lebih sibuk menelusuri layar tablet yang menampilkan sederet email dari Asher, asistennya yang kini praktis menjadi tangan kanannya dalam mengelola warisan besar sang ayah.

Matanya menatap tajam pada layar, meski ada bayangan lelah yang jelas terlihat. Sesekali ia mengetuk meja dengan ujung jarinya, memikirkan strategi baru untuk mempercepat pembangunan hotel mewah yang menjadi proyek ambisius mendiang ayahnya.

"Asher," gumamnya pelan, membaca email dengan seksama. "Laporan mingguan untuk site pembangunan hotel. Laporan keuangan sudah diaudit. Penawaran kerjasama dari investor baru... hmm."

Suasana sangat sepi, hanya terdengar beberapa bunyi burung di atas pohon. Tidak ada musik, tidak ada percakapan, hanya suara halus sentuhan jemarinya di layar dan hujan yang mengetuk kaca jendela, mengiringi pagi yang dingin.

Sergey yang duduk di seberang meja menatap istrinya dalam diam. Sesekali matanya menggelap penuh kekhawatiran. Ia memperhatikan bagaimana Eleanor begitu larut dalam pekerjaannya, seakan menenggelamkan dirinya ke dalam tanggung jawab tanpa memberi celah bagi emosinya sendiri.

"Lea..." Sergey memanggil perlahan, suaranya serak menahan kecemasan.

Namun Eleanor tidak mengangkat kepala, tidak menatapnya. "Aku harus menyelesaikan ini hari ini."

Sergey menarik napas, menahan keinginannya untuk menyentuh atau sekadar menggenggam tangan istrinya. Ia tahu, Eleanor membangun tembok yang lebih tebal dari sebelumnya. Luka kehilangan orang tuanya belum kering, dan kini beban perusahaan besar itu sepenuhnya jatuh di pundaknya yang rapuh.

"Eleanor, istirahat sebentar saja," Sergey mencoba lagi, suaranya lebih lembut. "Setidaknya, makanlah dulu."

Tanpa berpaling, Eleanor meraih cangkir kopi dan menyesapnya perlahan. Matanya tetap terpaku pada layar.

"Tidak perlu," jawabnya datar. "Waktu istirahatku sudah habis sejak mereka mati."

Jawaban itu menusuk dada Sergey seperti sembilu. Namun, ia hanya bisa memandang Eleanor dalam diam, menahan kekalutan yang kembali menghantuinya. Ia tahu, luka di hati Eleanor jauh lebih dalam dari yang bisa dilihat dengan mata.

Eleanor terus membaca email demi email. Fokus sepenuhnya pada setiap laporan, tawaran kerjasama, hingga permintaan rapat dengan investor yang menunggu keputusan darinya.

Sesaat kemudian, sebuah notifikasi baru muncul.

Asher:

"Nona Eleanor, kami perlu konfirmasi kehadiran Anda dalam rapat dengan dewan direksi siang ini. Para pemegang saham menunggu keputusan Anda terkait ekspansi hotel ke luar negeri. Saya sudah menyiapkan semua dokumen yang Anda butuhkan."

Eleanor mengetik balasan cepat, wajahnya tidak berubah.

Eleanor:

"Pastikan semua proposal kompetitor juga ada di meja saya sebelum rapat. Kita tidak boleh lengah."

Dengan jari yang rapi, ia menutup email tersebut dan menarik napas dalam-dalam, seolah mengusir bayang-bayang lelah yang menghantui.

Sergey masih memperhatikannya, tak beranjak dari tempat duduknya. Dalam hati, ia bertanya-tanya sampai kapan istrinya akan memikul beban sebesar ini sendirian?

Namun Eleanor, tanpa mempedulikan tatapan Sergey, berdiri dari kursinya. "Aku akan ke kantor," katanya tanpa menunggu respons.

Sergey hanya bisa menatap punggung Eleanor yang perlahan menjauh, semakin larut dalam dunia yang dipenuhi tanggung jawab dan duka yang tak pernah benar-benar padam.

***

Ruang rapat utama di kantor pusat Rose Hospitality Group. Dipenuhi atmosfer tegang. Dinding kaca yang biasanya memantulkan kilau optimisme para pebisnis kini hanya memantulkan wajah-wajah penuh keraguan.

Eleanor duduk di kursi utama, mengenakan setelan hitam tanpa cela. Wajahnya pucat, matanya tampak sedikit cekung karena kurang tidur, tapi sorot matanya tajam dan dingin seperti pisau yang baru diasah.

Di hadapannya, para dewan direksi bersandar di kursi mereka masing-masing, sebagian besar menyimpan ekspresi ragu. Beberapa berdehem pelan, seolah hendak mencairkan suasana, tapi tidak berhasil.

Ketua rapat membuka pembicaraan, suaranya terdengar kaku.

"Kami semua menyampaikan belasungkawa terdalam atas kehilangan orang tua Anda, Nona Eleanor," katanya dengan nada formal. "Namun, mengingat situasi perusahaan yang sangat krusial saat ini, kami perlu memastikan bahwa tongkat kepemimpinan ini jatuh ke tangan yang benar."

Beberapa anggota lain mengangguk setuju, lalu salah satu di antaranya, pria paruh baya dengan jas abu-abu mulai bicara dengan suara lantang.

"Saya pikir, akan jauh lebih bijak jika Noah yang mengambil alih kendali operasional perusahaan. Lagipula, dia telah bersama perusahaan ini selama tiga tahun terakhir. Pengalamannya sudah terbukti, dan... keadaannya jauh lebih stabil."

Tatapan semua orang otomatis tertuju pada Noah, pria muda yang duduk di sisi kiri meja panjang. Noah tampak percaya diri, senyum tipis terlukis di sudut bibirnya.

Eleanor mendengarkan tanpa sepatah kata pun, wajahnya tetap tanpa ekspresi. Ia membiarkan keheningan menggantung di udara, menunggu sampai semua suara sumbang berhenti sebelum akhirnya ia berbicara.

Dengan pelan, ia meletakkan tablet di meja, menautkan jari-jarinya, lalu mengangkat pandangan tajam ke arah dewan.

"Jadi kalian lebih memilih Noah?" Eleanor memecah keheningan, suaranya datar tapi bernada maut. "Noah Harrison, yang selama tiga tahun ini hanya berhasil menutup dua proyek kecil dan satu di antaranya terpaksa dijual rugi karena kesalahan kalkulasi pasar?"

Suasana seketika mencekam. Salah satu direktur menunduk gugup, sedangkan Noah sendiri langsung kaku di tempat duduknya, ekspresinya mengeras.

Eleanor melanjutkan, masih dengan suara tenang namun dingin dan menusuk. "Noah, yang selalu absen dalam rapat anggaran kuartalan dan lebih sibuk mempercantik halaman sosial medianya ketimbang membaca laporan keuangan bulanan?"

Noah menelan ludah. Suara napasnya bahkan terdengar di ruangan yang mendadak senyap.

"Jika kalian berniat menyerahkan perusahaan ini ke tangan seseorang yang bahkan tidak tahu perbedaan antara EBITDA dan margin kotor, silakan," Eleanor menyeringai tipis, begitu dingin. "Tapi pastikan kalian sudah menyiapkan kapal penyelamat sebelum perusahaan ini karam."

Suara langkah sepatu hak tinggi Eleanor terdengar saat ia berdiri, memungut tabletnya dengan elegan. Pandangannya menyapu seluruh ruangan, menelanjangi rasa malu para dewan direksi satu per satu.

"Noah," panggil Eleanor, kali ini lebih personal. "Jika kamu memang merasa lebih pantas, aku beri kamu kesempatan sekali ini saja."

Noah yang tadinya tampak percaya diri, kini berusaha menyembunyikan kepanikan. "A-apa maksudmu?"

"Tolong jelaskan pada kami semua, langkah strategis apa yang akan kamu ambil untuk mengamankan proyek ekspansi hotel kita di Eropa, mengingat volatilitas pasar properti saat ini?" Suara Eleanor setajam pisau cukur.

Sunyi. Ruangan itu seakan membeku.

Noah membuka mulut, namun tak ada kata yang keluar. Keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Suara dentingan jam dinding terdengar jelas, seolah menghitung detik-detik kegagalannya terjawab.

Eleanor mendecakkan lidah pelan, lalu berkata tegas.

"Itulah sebabnya perusahaan ini sekarang berada di tanganku," ucapnya, menusuk sampai ke tulang. "Dan pastikan ini terakhir kalinya kalian mempertanyakan kemampuanku."

Tatapannya menyapu dingin seluruh ruangan sebelum ia kembali duduk dengan tenang, seperti seorang ratu di atas tahtanya.

"Jika ada yang masih tidak setuju dengan keputusanku, silahkan angkat kaki dari perusahaan ini." Tegas Eleanor yang membuat raut wajah semua orang terkejut.

1
Noveni Lawasti Munte
aduhhhh lu duluan Sergey yg bersikap dingin ke lea giliran dibalas ga terima dasar kutu kupret
Aretha Shanum
jangan bertele2 Thor alurnya nih bosen
Uthie
sering up 🙏🙏
🍏A↪(Jabar)📍
next
🍏A↪(Jabar)📍
up
merry
hncur gk hrga dri sarge tu ditukar dgn tanah sm Lea wkkkkk
Muhammad Kevin
udh kn
Muhammad Kevin
hey anjing 🐶 jawa buat lagi ya kn anjing itu nurut klo di kasih tulang ups 🤣maaf sengaja ni ku kasih
Muhammad Kevin
jalang Jawa mati di kubur massal satu tumbuh seribu jalang Jawaaaaaaaaaaaa aw aw .........🤣🤣🤣🤣🤣
Muhammad Kevin
jalang Jawa aaaaaaa 🤣🤣🤣🤣mati kuburan massal satu tumbuh seribu 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 taubat lah sobat sebelum tempat mu kena bencana 🤭
Muhammad Kevin
jalang Jawa hilang satu tumbuh seribu 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Uthie
bukannya dengan bantuan Sergey jadi lebih bisa membantu kamu menemukan pembunuh kedua orang tua mu, Ele 🤨
🍏A↪(Jabar)📍
bukanya Aria sendiri ya yang minta bertemu Eleanor🤔
Noveni Lawasti Munte
waduhhhhh Sergey sainganmu udah muncul
Uthie
Wahhhh... parah banget itu mahhhh 😌😏😏😏
Uthie
sy memnag sudah suka sedari awal mampir nya.. dan menurut ku memang bagus banget cerita nya 👍
Soo.... jangan lupa up tiap hari.. tiap waktu yaa Thor 👍😘😁😍😍
Rossy Annabelle
pengen ku tendang sih😬
🍏A↪(Jabar)📍
Ohh,, ini masalahnya toh
ievy
pantes Sergey nggak respect sama adiknya ternyata oh ternyata
Wahyuningsih
Makin sru thor mantap d tnggu upnya kmbli yg buanyk n hrs tiap hri jgn lma2 upnya thor ntar lumutn lkau lma upnya 😁😁 sellu jga keshtn istrht yg ckp mkan tept wktu seeeeemaaaangaaaaaaaaat thor 😋😋😋
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!