Cahaya Hati Bintang

...Please kalau gak suka jangan kasih ⭐ 1 dan komen buruk...

...Please kalau gak suka skip aja please...

...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...

Reino baru saja menapakkan kakinya di Handaru Group perusahaan Toni. Ia segera melakukan panggilan telpon pada pria itu.

"Halo nak, apa kabar Rei ?" sapa Toni ramah

"Baik om, Rei sedang berada dilobi perusahaan om"

"Ayo masuk, om tunggu" panggilan pun terputus. Reino segera menuju lantai 15 ruangan CEO dan dipersilahkan masuk oleh Toni.

"Reino, kau semakin gagah dan tampan" puji Toni sambil memeluk erat pria itu dan menepuk-nepuk punggungnya. Sebenarnya Toni sangat menyukai Reino dibandingkan Bintang. Ia sangat berharap Tiara mau dijodohkan dengan Reino namun sang anak menolak keras dan hanya mau dinikahkan dengan Bintang seorang. Padahal besar harapannya menjadikan Reino menantu dan suatu saat bisa mewariskan perusahaannya pada pria ini, Reino sangat lihai dan pintar dalam mengelola perusahaan. Namun ia hanya punya satu anak yaitu Tiara. Andai ia punya anak perempuan yang lain batinnya.

"Duduk nak, ada apa ?" tanya Toni penasaran, tidak biasanya pria ini mengunjunginya karna jadwal Reino yang luar biasa padat. Reino tersenyum sinis melihat sikap ramah Toni padanya.

"Kenapa om bersikukuh menjodohkan Tiara dan Bintang ?" Toni pun terperangah mendengar ucapan Reino.

"Memangnya kenapa nak ? Tak ada salahnya mereka dijodohkan"

"Tentu tidak ada salahnya om jika Tiara adalah gadis terhormat" ucap Reino

"Namun bagaimana jika anak om adalah gadis yang tidak baik ?" lanjut nya sambil menatap Toni tajam.

"Apa maksudmu Rei ?" Toni mulai tersinggung.

"Rupanya om tidak tahu, anak gadis kesayangan om adalah perempuan liar. Ia suka sekali keluar masuk diskotik dan mabuk-mabukkan"

"Jaga mulutmu Rei" Toni mulai emosi, wajahnya memerah menahan amarah. Reino segera mengirimkan beberapa buah video berisi kegiatan Tiara dibeberapa diskotik dan bar. Toni terbelalak kaget saat melihat anaknya tengah asik minum, merokok bahkan sedang menari bersama pria-pria yang berbeda. Tangannya mengepal kuat, ia sangat malu.

"Ini tidak mungkin" Toni menggeleng-gelengkan kepala nya tak percaya.

"Batalkan perjodohan Bintang dan Tiara om"

"Tapi nak, bisa saja Tia hanya minum dan menari tidak ada kegiatan lain yang dilakukannya. Zaman sekarang sudah biasa anak-anak ke bar" Reino tertawa sinis.

"Baiklah kita lihat apakah pendapat publik akan sama dengan pendapat om"

"Apa maksudmu Rei ?"

"Saya akan sebarkan video Tiara sedang mabuk dan merokok lalu kita lihat sampai dimana kehormatan keluarga om bisa bertahan" ancam Reino serius membuat Toni kelabakan.

"Kau...ternyata kau anak kurang ajar Rei. Aku menyesal pernah mengagumi mu" Toni meradang

"Jika om masih bersikeras tentang perjodohan ini, silahkan. Kita lihat saja nanti" ucap Reino sambil menyeringai, ia pun segera meninggalkan ruangan Toni.

Pria tua itu memegang dadanya yang terasa nyeri, tanpa terasa air matanya mengalir. Ia kembali mengingat tentang anak gadis kesayangannya. Tiara Cinta Handaru, nama yang ia berikan untuk anak satu-satunya. Anak yang sudah lama ia harapkan dan baru ia dapatkan saat pernikahan nya dengan Tsamara menginjak usia 15 tahun. Rasa syukur luar biasa ia panjatkan pada sang Pencipta diberi anugrah terindah.

Setiap hari ia selalu menjaga anak gadisnya dengan baik, penuh cinta dan kasih sayang bahkan mengirim pengawal untuk menjaga dan melindunginya. Namun kini seolah semua impiannya hancur saat sang anak justru berbuat memalukan dan mencoreng nama baik keluarga. Ia pun menelpon para pengawal yang menjaga Tiara dari jauh.

"Tuan memanggil kami ?" ucap Abra saat sang pengawal sudah berada didalam ruangan Toni.

"Kenapa Tiara bisa keluar masuk diskotik ? APA SAJA KERJA KALIAN HAH ?" Toni mengamuk dan memukul Abra dan Deon. Keduanya hanya diam menerima pukulan dari sang tuan sampai akhirnya Toni terduduk dengan memegang dadanya.

"Tuan...anda baik-baik saja ?" ucap mereka khawatir.

"Aku tidak apa-apa" ucap Toni sambil mengangkat tangannya.

"Maaf tuan, kami selalu tidak berkutik dihadapan nona Tiara" ucap Deon membuat kening Toni berkerut.

"Apa maksud kalian ?" Abra dan Deon saling pandang dengan wajah yang tak enak.

"KATAKAN" Toni kehilangan kesabaran.

"Maaf tuan, non Tiara memiliki video panas kami dengan perempuan" Toni pun makin kesal.

"Bagaimana Tiara bisa mendapatkan video panas kalian ? Apa kalian melakukannya dipinggir jalan hah ?" lagi-lagi Toni emosi.

"Nona Tiara rupanya sudah lama tahu jika kami selalu memata-matai dan mengikutinya kemanapun hingga suatu malam saat kami mengikuti nona keluar dari mansion, ia rupanya telah menunggu kami dipinggir jalan raya. Nona kemudian mengajak kami minum kopi disebuah cafe. Kami tidak curiga dan meminum minuman yang dihidangkan sampai habis, rupanya nona memberikan obat perangsang dan menyediakan dua wanita untuk kami. Karna pengaruh obat kamipun melakukannya dengan wanita-wanita itu tuan tanpa kami sadari jika nona merekam semuanya dan nona menggunakannya sebagai senjata untuk mengancam kami" ucap Abra panjang lebar membuat Toni menganga tak percaya. Ia tidak menyangka anak gadisnya sangat licik.

🌟🌟🌟

Tiara tengah bersiap-siap dan sedang mematut dirinya didepan cermin, senyum manis tak pernah lepas dari wajah cantiknya. Ia menggunakan dress berwarna kuning lembut dengan renda dibagian pinggangnya, rambutnya yang lurus sebahu dibiarkan tergerai. Kalung berlian menghiasi leher jenjangnya yang putih mulus, tak lupa riasan natural menghiasi wajahnya.

Berkali-kali Tiara mematut diri didepan cermin dan membayangkan pertemuan nanti malam yang mendebarkan dengan calon suaminya. Namun senyum manisnya hilang saat papa nya tiba-tiba masuk sambil menendang pintu kamar. Tiara terkejut bukan main, suara nya terdengar keras dan menakutkan. Terlihat Toni tengah berjalan dengan wajah memerah penuh amarah sementara sang mama sudah menangis didepan pintu.

"Pa..."

Plaaaakkk

Sebuah tamparan keras mengenai pipi lembut Tiara, gadis itu bahkan sampai terduduk dilantai.

"Pa kenapa memukul ku ?" Tiara berdiri dan tak terima.

"Kenapa kau tanya ? Harusnya kau tahu apa kesalahanmu" hardik Toni semakin emosi sementara Tiara kaget melihat sang papa memarahinya. Seumur hidupnya, sang papa selalu memperlakukannya dengan lembut penuh kasih sayang tak pernah sekalipun memarahi apalagi memukul. Air mata Tiara sudah membasahi pipinya.

"Ada apa pa ? Kenapa papa memarahiku ?" isak Tiara. Toni mengeluarkan handphonenya dan memutar sebuah video Tiara yang tengah merokok dan mabuk. Gadis itu kaget bukan main.

"Da...dari mana papa dapat video ini pa ?"

"Apa itu perlu kau tahu ? Kenapa kau melakukan ini Tia ? Mencoreng muka ku, mempermalukan keluarga, apa kau perempuan binal ?" teriak Toni

"Pa...cukup pa" isak Tsamara menghampiri suaminya.

"Kau diam Mara jangan ikut campur, ini mungkin terjadi karna kita terlalu memanjakan anak tak tahu diri ini"

"Tia tidak seperti itu pa" bela Tiara, air mata tetap setia membanjiri pipinya.

"Sudah jelas kau suka mabuk, merokok, keluar masuk club persis jal*ng wanita malam"

"Hentikan pa, Tia tidak seperti itu. Tia cuma minum dan merokok. Tia tidak melakukan apapun lagi"

"Lalu video kau menari dengan laki-laki berbeda itu apa ? Setelah itu kau pesan hotel ?"

"Tidak pa, Tia bersumpah masih peraw*n pa"

"DIAM, tidak ada yang akan percaya omonganmu. Perjodohanmu dengan Bintang sudah papa batalkan. Papa tidak sanggup menanggung malu, lebih baik kalian tidak jadi menikah dari pada Bintang menceraikanmu setelah malam pertama"

Tiara kaget bukan kepalang, ia sangat syok hingga tak mampu berkata-kata.

"Kurung dia ma jangan boleh keluar" perintah Toni pada sang istri, ia pun berlalu keluar kamar dengan amarah yang masih membara.

"Sayang, apa benar yang dikatakan papa mu nak ?" tanya Tsamara sambil mendekati Tiara.

"Tia cuma merokok dan minum ma selebih nya Tia tidak melakukan apapun, Tia cuma menari saja bahkan mereka tidak menyentuh Tia. Tia bersumpah ma" gadis itu terisak-isak dalam pelukan sang mama.

...****************...