Perhatian!!!
Jika nggak suka novel ini nggak usah kasih bintang 1,2,3, retting novel jadi turun. Mending nggak usah baca novel ini, gara-gara bintang 1,2,3 patahin semangat penulis yang sudah begadang untuk menulis novel ini. Baca di NT kan gratis, maka hargailah penulis.
Deskripsi
Andin, istri yang gendut setelah melahirkan. Ia di hina oleh ibu mertua dan kakak iparnya karena kegendutannya itu. Bahkan Rafif sang suami malu dengan penampilan istrinya yang sekarang. Sebelum menikah seksi tapi setelah melahirkan tubuhnya sangat melar. Rafif menceraikan Andin karena Andin mempunyai tubuh yang sangat gendut.
Bagaimana nasib Andin setelah bercerai dari Rafif
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kak Farida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gitar Spanyol
Ketika acara pesta sudah selesai, aku menuju ke dapur untuk melihat Andin. Betapa terkejutnya aku. Andin sedang makan, ia makan nasi lagi, karbohidrat. Apakah dirinya tidak mau membahagiakan suaminya dengan bentuk tubuh yang seksi? Apakah dia tidak menyadari bentuk tubuhnya semakin membesar sekali seperti sapi gelonggongan? Aku mendekatinya dan aku marahi dia.
"Andin, aku sudah bilang jangan makan karbo lagi, kamu masih saja makan karbo. Berat kamu nanti akan nambah lagi," ucapku sangat geram.
"Aku lapar Mas, jika aku lapar bagaimana aku menyusui anak kita?" tanya Andin dengan wajah yang tertunduk.
"Ah banyak banget alasan kamu, memang kamu nggak mau membahagiakan suami. Kamu semakin hari berat kamu semakin bertambah. Bukannya berkurang malah semakin bertambah." Aku bertolak pinggang dengan menatap wajahnya yang masih tertunduk.
"Aku mau Mas membahagiakan kamu, mau banget. Aku mau ke salon, tapi setiap hari kan aku harus menjaga anak kita," ucapnya yang aku dengar sangat mengada-ngada.
"Ah alasan aja kamu, anak baru umur 5 bulan kamu alasannya menjaga anak kita. Anak kita itu kan kebanyakan tidur daripada meleknya. Memang kamunya aja yang banyak alasan, aku sudah suruh kamu diet malah terus-terusan makan karbon," ucapku sangat geram.
Aku langsung meninggalkan Andin sendirian di dapur. Kulangkahkan kakiku menuju kamar, aku sangat jijik melihat Andin yang tubuhnya sudah mulai membengkak seperti sapi gelonggongan. Apakah aku kurang memberikannya uang sehingga merawat diri aja nggak bisa. Seharusnya suami pulang kerja di suguhkan pemandangan yang sangat seksi, tetapi istriku bagaikan lontong yang diikat. Bentuknya seperti itu, bukan senang yang aku dapatkan ketika aku pulang kerja, tapi malah aku menghela nafas karena melihat Andien istriku yang semakin lama semakin besar saja. Mau sampai berapa kilo lagi dia akan menambahkan berat badannya.
Ketika kepalaku pusing karena memikirkan istriku yang semakin lama semakin membengkak badannya, hatiku terasa senang ketika aku melihat handphoneku. Aku mendapatkan pesan singkat yang masuk ke WhatsApp ku. Selly wanita seksi, dia mengirimi aku pesan bahwa besok kita akan bertemu dan makan siang bersama. Aku tidak sabar untuk makan siang esok hari, akhirnya aku langsung tidur di atas ranjangku. Baru setengah jam aku tidur, tapi aku merasakan ada pergerakan di atas ranjang. Aku seperti tidur di samping gajah, istriku sudah tidak seksi lagi. Ranjang seperti terisi 3 orang saja sangat tak nyaman bagiku.
Aku pun tak pulas ketika aku tertidur di sampingnya, aku melihat box bayi, anakku sudah tertidur pulas lalu aku pindah. Akhirnya aku bisa tidur di atas sofa karena Andin tidak akan menggangguku dengan tubuhnya yang besar dan dengkurannya yang halus.
***
"Mas berangkat dulu," ucapku singkat.
Andin mencium punggung tanganku, lalu ia berkata, "Mas tidak sarapan dulu? Aku sudah masak mas."
"Tidak usah, pagi-pagi makan karbo. Aku tidak mau seperti kamu seperti sapi gelondongan." Aku melirik ke arah tubuh Andin dari bawah ke atas, membuatku berdecak kesal.
Aku langsung melangkahkan kakiku untuk menuju mobilku, lalu aku jalankan mobilku perlahan menuju kantor aku. Aku adalah seorang CEO dari pabrik benang. Benang banyak orang yang membutuhkan benang untuk membuat kain, keuntunganku sangat besar di pabrik benang ini. Aku selalu melihat jam di tanganku karena aku ada janji dengan Selly untuk makan siang bersama. Rasanya tidak sabar aku ingin makan siang bersama dengan dia.
Ketika jam makan siang, ternyata Selly ke pabrik benangku. Ia menungguku di dalam mobil, aku sudah tahu karena sebelumnya ia mengirim pesan singkat ke WhatsApp ku. Aku langsung berlari menuju mobilnya dan masuk ke dalam mobilnya.
"Maaf, kamu nunggu lama ya?" tanyaku.
"Nggak Mas, nggak lama kok," jawab Selly.
"Kamu mau makan di mana? Biar aku yang traktir," tanyaku.
"Bener nih Mas Rafif mau traktir aku?" Aku mendengar suara manjanya Selly.
"Iya aku yang traktir kamu, mau makan apa aja terserah kamu deh," ucapku sambil tersenyum padanya.
"Oke deh Mas, tapi aku nggak mau makan banyak-banyak nanti tubuhku gemuk. Aku nggak suka tubuh yang gemuk," ucap Selly.
"Pemikiranku dengan pemikiranmu sama deh, aku juga nggak mau tuh makan karbo banyak-banyak, nanti bukan otot yang ada di tangan tetapi otot yang ada di perut alias buncit di perut aku. Aku nggak mau banget tuh perut buncit nggak macho lihatnya, merusak pemandangan," ucapku.
"Hahaha bapak-bapak banyak tuh yang perut buncit seperti itu," ucap Selly.
Selly tertawa terbahak-bahak, sangat manis sekali yang aku lihat. Senyumannya tawanya dan suaranya di telingaku itu sangat merdu. Ah Selly membuat jantungku berdegup dengan kencang.
"Mas di restoran ini aja ya, aku sering makan di restoran itu enak Mas rasanya." Selly menunjuk ke arah restoran.
Aku pun turun dari mobil Selly dan kami masuk ke dalam restoran. Benar saja dia tidak memesan nasi putih, dia memesan nasi merah. Dia sangat menjaga penampilannya. Wah cocok ini dengan aku pasti kalau aku menikah dengan dia, menjadi pasangan yang serasi tidak seperti Andin yang badannya semakin lama semakin gemuk seperti itu. Aku sangat jijik melihat dia, apalagi habis membersihkan rumah. Keringatnya bercucuran, aku sangat tidak suka itu.
"Mas, punya Mas Rafif enak nggak?" tanya Selly dengan suara lembutnya.
"Kamu mau coba?" tanyaku kepada Selly.
"Mau Mas, tapi suapin aku yah," ucap Selly. Sally membuat jantungku berdetak dengan kencang. Kusuapi dia, aku melihat bibirnya yang tipis dan sangat menggoda aku. Ingin aku cicipi bibirnya. Aku menggelengkan kepala agar aku tidak berpikiran yang macam-macam.
"Enak nggak?" tanyaku kepada Selly. Aku menaik turunkan alisku untuk menggodanya.
"Enak Mas. Mas mau nggak coba makananku?" tanya Selly dengan suara manjanya.
Terasa ingin terbang aku si suapi perempuan yang cantik dan seksi. Makin gemas aja aku dengan Selly. Makanan yang biasa-biasa saja rasanya menjadi luar biasa ketika di suapi dia.
"Enak nggak Mas Rafif?" tanya Selly kembali.
"Enak banget, lebih enak ketika kamu suapi aku," jawabku.
Selesai makan siang, aku bergegas untuk membayar. Setelah membayar tiba-tiba Selly menggengam tanganku, menyelipkan jari-jarinya di jari-jari aku.
Sejak saat itu aku semakin lama semakin tertarik dengan Selly. Kami pun sering makan siang bersama. Andin tidak tahu tentang ini. Ketika aku bersama dengan Selly, aku melupakan Andin dan anakku. Selly seperti magnet, aku tertarik oleh magnetnya. Bagaimana aku tidak tertarik magnetnya melihat badannya yang sangat seksi, jika berjalan sangat semampai. Seperti gitar spanyol.
Bersambung