" Ibuku pernah bilang begini saat aku kecil; (Nak jadilah Senja yang selalu bersinar untuk orang lain, seperti Senja yang indah di sore hari. Namamu akan selalu diingat orang. Seperti itulah kamu jika selalu berbuat baik kepada semua orang, maka akan selalu di ingat orang lain juga. Itulah kenapa AyahIbu memberimu nama Senja. Kelak doa AyahIbu agar kamu selalu jadi orang yang baik di manapun kamu berada ). Sejak itu aku juga menyukai namaku. Aku selalu melihat matahari di sore hari agar selalu ingat kedua orang tuaku"
Tetapi,Selalu berusaha baik itu terkadang tidak selalu baik. Contohnya pada laki-laki tidak tahu diri ini.
" Kamu dimana Rey? Kenapa gak di angkat?"
" Aku lagi ada meeting sayang"
" Meeting dimana?"
" Di luar, ketemu client"
" Cewek?"
" Gak kok, cowok. Kenapa sayang? Kok tumben nanyanya detail banget"
" Are you kidding me?"
" What's happen?"
" You lie!"
" Im not lie"
" Yes you are!"
Lalu senja mengirim semua foto dan video yang dia dapat tadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizzalizawien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Zurich
Aiden telah tiba di Zurich, Switzerland. Negara kelahirannya. Sopirnya sudah menjemput. Ayahnya menelpon sesaat Aiden mengaktifkan Handphone. Meminta Aiden segera pulang. Aiden merasa heran, kenapa Ayahnya tiba-tiba menyuruhnya cepat pulang. Tak biasanya begitu pikirnya. Sopirnya di suruh agar lebih cepat. Aiden ingin menelpon Senja, tapi melihat jam di Indonesia saat ini sudah jam 1 malam. Sedangkan di Zurich masih jam 7 malam. Pada akhirnya hanya bisa mengirim pesan agar tak mengganggu waktu tidur Senja.
Perjalanan 1 jam menuju rumah Aiden. Rumah Aiden berada di dekat danau Zurich. Zurich adalah kota terbesar dan terpenting di Swiss, yang terletak di ujung barat laut danau. Kota ini adalah pusat keuangan, bisnis, pendidikan, dan budaya di Swiss.
" Akhirnya kau tiba Nak" Ayahnya menyambut dengan pelukan, begitupun dengan ibunya.
" Appa, ada apa menyuruhku buru-buru pulang?"
" Kau tak rindu ayahmu?"
" Bukan begitu, aku jadi menyuruh Darenn mengebut karena Appa minta cepat pulang"
" Hahaha..maaf kan Appa. Kita kedatangan tamu jauh"
" Tamu?"
" Oppaaa...!!" Teriak seorang perempuan di belakangnya yang langsung merangkulnya tiba-tiba.
" Dami-ya?"
" Oppa lama sekali. Oppa kenapa gak bilang kalau kemarin di Korea? Oppa tak mengabariku sama sekali"
" Maaf aku terlalu sibuk bertemu klien, cari makan keluar hotel pun aku tak sempat"
" Astaga sepupuku ini benar-benar workaholic"
" Mau bagaimana lagi, Appa tak membiarkanku jadi pengangguran sejak tamat kuliah "
" Hahaha..jangan jadikan ayah tumbalmu"
" Heh, memang benar apa kata Aiden, Appa terlalu keras mendidiknya" Ibunya menambahkan"
" Yaa, Taeyang harus mandiri kalau aku tidak mendidiknya seperti itu bagaimana dia bisa jadi kaya raya seperti sekarang. Hahahah.."
" Appa...memangnya kita semiskin apa coba" Ayah dan Ibunya masih saja bertengkar setiap membahas cara mendidiknya. Tapi itulah yang selalu Ia rindukan. Keributan kecil yang selalu membuat rumahnya ramai namun selalu harmonis. Itulah yang Ia ingin ciptakan nanti jika menikah dengan Senja. Ragam budaya dalam satu rumah sudah biasa bagi Aiden. Yang satu memanggilnya Taeyang, yang satu Aiden. Meskipun artinya sama, dulu Aiden bingung dengan kedua nama itu. Tapi sekarang Dia sudah terbiasa. Ayahnya begitu agar Aiden tak lupa kalau Ayahnya orang asli Korea Selatan. Aiden kecil juga sering liburan ke rumah neneknya di Seoul. Jadi Aiden sudah terbiasa dengan tradisi dua negara itu.
" Dami-ya, kenapa kesini? Liburan atau ada urusan kerja?"
" Kebetulan aku ada syuting di sini Oppa, jadi aku mampir saja sekalian. Aku sudah rindu masakan Aunty. Kami baru saja makan Fondue. Oppa sudah makan? Ayo kita makan bersama. Sepertinya Aunty sudah menyediakan hidangan utama"
" Iya baiklah. Aku juga sudah rindu masakan Mommy"
" Benarkah kau rindu masakan Mommy? Biasanya kau lebih suka masakan Appa?"
" Aku kan baru dari Korea Mom, sudah pasti aku makan makanan Korea beberapa hari ini"
" Tapi bukannya kau lama di Bali, makanan apa yang enak di sana?"
" Bali..hmm banyak sekali. Aku suka semuanya"
" Eihh..come on ceritakan Bali. Mommy juga ingin ke sana. Kapan kau ajak Mommy kesana?"
" Benar Mommy mau ku ajak ke sana?"
" Tentu, banyak yang bilang Bali sangat Indah"
" Yaa..bali memang Indah"
" Sepertinya Kau begitu terpesona dengan Bali?" Appa bertanya.
" Hmm.." Aiden mengangguk.
" Ceritakan pada kami" Mommy antusias bertanya sambil menyiapkan makan malam Aiden.
Dari cara Aiden bercerita ada hal yang membuat Kedua orangtua Aiden curiga. Aiden tidak pernah se antusias ini menceritakan sesuatu. Ayahnya berpikir besok Ia akan bertanya lebih jauh. Karena mereka sangat dekat dengan anaknya, maka ayahnya sangat paham bagaimana Aiden jika sedang bercerita. Pasti ada hal yang lain yang membuat Aiden sangat suka Bali pikir ayahnya.
Hari mulai malam, Aiden kembali ke kamarnya untuk istirahat. Kim Dami juga menginap di sana malam ini. Karena perbedaan waktu yang cukup jauh. Aiden sulit untuk memilih waktu mau menghubungi Senja jam berapa. Saat ini dia benar-benar lelah, kalau harus menelpon Senja pun tidak bisa sekarang. Mau menunggu tengah malam Aiden sudah sangat mengantuk. Akhirnya Aiden mengirim pesan saja kalau Dia sudah tiba di rumah dan mengucapkan selamat tidur pada Senja. Zurich dengan Bali beda 6 jam lebih lambat. Saat ini artinya sudah jam 4 fajar di Bali. Aiden tidak mungkin membangunkan Senja jam segini.
Pagi pun tiba, Senja menatap handphonenya, melihat apa sudah ada kabar dari Aiden.
" Oppa chat Jam 4? Di sana jam berapa ya sekarang" Senja mengecek jam di handphonenya. "Humm, di sana masih tengah malam. Sudahlah nanti siang saja ku telepon" Senja pergi mandi dan bersiap ke kantor. Sekarang Senja tidak lagi terlalu sibuk seperti dulu. Senja hanya mengawasi junior-juniornya. Memberi arahan dan mengecek jadwal turis. Tetapi tetap bisa ikut keliling ke tempat-tempat wisata. Senja juga akan mengunjungi tempat wisata baru yang kira-kira jadi destinasi baru dalam list kunjungan. Senja sekarang punya sopir pribadi kemana-mana di antar mobil.
Hari ini Senja akan membuka booth di sebuah Mall. Mereka akan mengadakan promosi di sebuah event. Banyak travel tour ternama juga travel tour baru yang juga mengikuti event hari itu. Senja mengatur dan mengawasi karyawannya dengan baik. Handphonenya berdering di tengah-tengah acara. Senja menyingkir sejenak mencari tempat yang agak sunyi. Sulit sekali mencari celah di tengah-tengah Mall seperti itu, tapi Senja tak mungkin melewatkan waktu Aiden menelpon.
" Haii honey"
" Annyeong Oppa"
" Kamu di mana? Berisik sekali"
" Aku sedang di Mall Oppa, maaf aku lagi ada event di sini"
" Apa aku telepon lagi nanti?"
" Bagaimana ya, aku ingin mengobrol tapi disini berisik sekali"
" Ya sudah nanti ku telepon lagi ya"
" Iya Oppa, bye Oppa "
" yes, honey"
"Maaf Oppa, nanti ku telepon lagi ya" Senja mengirim pesan.
" I miss you honey"
" Me too"
Senja harus kembali ke event, tiba-tiba Ia bertabrakan dengan orang saat akan berbalik. " Oohh maaf..maaf saya gak lihat" Senja menabarak bahu seorang laki-laki.
" Ahh iya gak apa-apa " jawab laki-laki itu.
" Senja" suara yang tidak asing.
" Eh, maaf saya permisi" Senja tahu suara itu, ternyata ada Reynolds di sebelah laki-laki yang bersenggolan dengan Senja tadi.
" Kami kenal Rey?"
" Iya" jawab Reynolds
" Cantik banget" ucap teman Reynolds. Rey mengernyitkan dahinya.
" Kenalin Rey ke aku"
" Gak ah, coba aja sendiri kalau berani" pada Reynolds merasa sungkan karena takut di tanya-tanya siapa Senja.
" Ayolah Rey, ada temen cewek cantik begitu kau pelit sekali cuma ngenalin"
" Nanti kau lihat sendiri pas dia bawain acara"
" Dia MC?"
" Bukan, koordinator sponsor acara ini"
" Ohh..aku mau kesana ah" teman Reynolds merasa penasaran dengan Senja. Dia menatap kemana pun Senja bergerak. Reynolds merasa risih. Tapi tak bisa berbuat apa-apa.
" Baiklah kita panggil Koordinator Sponsorship kita hari ini Miss Senja Ayumi CEO Wonderfull Tourism. Kami persilakan Nona Senja naik ke atas panggung " Senja di panggil ke atas panggung untuk memberikan kata sambutan pembukaan acara hari itu. Reynolds tercengang dengan panggilan yang di sebut MC tadi, CEO?. Senja sekarang sudah jadi CEO pikirnya. Bagaimana bisa, sepengetahuan Reynolds, Senja hanya karyawan biasa.
" Gila, temanmu hebat sekali Rey"
" Heheh.." Reynolds hanya tersenyum getir.
" Rey, kenalin aku pokoknya nanti"
" Coba aja sendiri, dia susah di deketin"
" Benarkah, aku malah suka yang seperti itu"
" Haahh" Reynolds hanya menghela nafas. Ada perasaan menyesal di hati Reynolds sudah putus dengan Senja. Hari ini Reynolds bersama temannya menghadiri acara itu sebagai perwakilan dari Dinas pariwisata Denpasar. Sama seperti dulu saat pertama kali dia berkenalan dengan Senja di sebuah event di hotel ternama. Mereka jadi dekat setelah Senja menjadi tourguide tamu Reynolds dari luar kota. Kini semua berakhir karena Rey orang yang haus perhatian dan belaian wanita. Tanpa mau mengerti apa kondisi Senja.
Setelah acara selesai, Anggara teman Reynolds benar-benar nekat ingin berkenalan dengan Senja. Dia menarik Reynolds agar bisa di kenalkan. Senja sedang berbicara dengan karyawannya di booth stand miliknya.
" Ada yang bisa di bantu Bli"? Tanya pegawainya ramah.
" Oh saya mau ketemu Senja sebentar boleh"
" Ohh Kak Senja, sebentar ya"
" Kak, ada yang nyariin tu"
" Ya?" Senja langsung berdiri, tapi saat tahu yang mencarinya adalah Reynolds, Senja langsung pergi.
" Senjaa!" Teriak Anggara.
" Ada apa ya?" Senja berhenti karena bukan Rey yang memanggilnya.
" Ehh, Selamat siang, saya temannya Reynolds. Maaf ganggu waktu kamu sebentar boleh. Tadi saya yang maksa Reynolds ke sini. Nama Saya I Gusti Anggara, teman sekantor Reynolds " Anggara menjulurkan tangannya mau bersalaman dengan Senja. Senja menerimanya hanya untuk bersikap sopan dengan senyum terpaksa di depan Reynolds. " Senja"
" Maaf saya boleh bicara soal kerjaan sedikit dengan kamu"
" Untuk pekerjaan apa ya kalau boleh tahu?"
" Ehm, MOU untuk jadi vendor kami. Eh, atau sudah ada ya. Eh, saya belum tahu detailnya sich. Tapi rasanya kita bisa jadi rekan kerja"
" Apa Reynolds sudah cerita soal saya?" Tanya Senja sinis menatap Reynolds
" Hmm.. belum sich. Boleh saya minta waktu sebentar, atau kita bicara di sana" Anggara menunjuk sebuah cafe di dekat hall Mall itu.
" Ini kartu nama saya, kalau memang urusan pekerjaan, Anda bisa datang langsung ke kantor nanti. Maaf untuk saat ini saya masih harus mengurus event jadi tidak bisa saya tinggalkan"
" Ohh, Oke terima kasih. Nanti saya boleh hubungi kan"
" Ya, silakan asalkan urusan bisnis. Maaf Saya permisi dulu ya. Nanti bisa ngobrol dengan karyawan saya saja kalau mau tanya-tanya lagi"
" Ah iya, silakan" Anggara merasa kecewa di tolak. Tapi Dia tidak menyerah. Sedangkan Reynolds hanya menoleh ke arah lain dengan angkuhnya. Senja meninggalkan hall itu, Dia merasa risih karena masih ada Reynolds.
" Yes, aku dapat kartu namanya Rey!" Anggara menepuk-nepuk bahu Reynolds. Rey melirik ke kartu nama itu. Di sana tertulis nama Senja sebagai CEO dan no.handphonenya berbeda dengan yang dia simpan. Mungkin dia mengganti no.handphone pikir Reynolds.
Sementara di parkiran, Senja ternyata kembali ke mobilnya. Hari ini Senja membawa sendiri mobil kantornya karena driver banyak yang keluar mengantar turis. Senja menghela nafas, bersandar di kursi pengemudi. Kesal bukan kepalang bertemu dengan Reynolds. Perasaan benci itu masih ada di kepalanya. Senja memutuskan ingin menelpon Aiden saja pikirnya, lebih membuatnya tenang.
" Oppa, lagi sibuk?"
Drrt..drrtt.. Aiden langsung menelponnya
" Hai Honey, where are you?"
" Di mobil, istirahat sebentar. Oppà lagi apa?"
" Di rumah, sebentar lagi ke kantor"
" Di sana masih pagi ya?"
" Iya, ini aku baru selesai sarapan. Sudah makan siang sayang?"
" Belum, hufft" Senja mengeluh dengan suara manjanya.
" Kenapa sayang? Kenapa suaramu lesu?
" Tak apa, mungkin hanya lelah" Senja tak mau membuat Aiden cemas.
" Istirahatlah dulu"
" Oppa...Kapan Oppa ke sini?"
" Iya sayang, sabar ya. Secepatnya aku akan ke sana"
" Benarkah?"
" Iya, aku masih mengatur jadwalku dulu di sini"
" Oppaaa...." ada suara perempuan dari belakang Aiden. Senja kaget, siapa yang memanggilnya. Bukankah Aiden anak tunggal.
" Nee?"
" Siapa Oppa?"
" Hmm.." belum sempat di jawab, perempuan itu datang langsung memeluk Aiden dari belakang. Aiden gelagapan, untung bukan panggilan video. " Dami-ya, aku lagi menelpon, nanti ku antar kau ke sana"
" Cepat Oppa ini sudah hampir jam 9"
" Iya..iya sebentar lagi "
" Ohh suara Kim Dami ternyata"
" Oppa lagi telepon siapa sampai bisik-bisik?" Dami curiga.
" Ehh.."
" Yaa..? Oppaaa..Samchoen, Taeyang Oppa punya pacar" Teriak Dami lalu berlari keluar
" Dami-ya..jangan teriak-teriak. Telingaku sakit"
" Keluarga Oppa asyik ya sepertinya "
" Iya begitulah, Dami baru datang semalam. Dia selalu berisik memang. Kau pasti akan suka dengan keluargaku"
" Iya pasti, semoga mereka juga akan menyukai aku "
" Tentu, lihat saja aku.Baru kenal langsung suka padamu"
" Heheh..terima kasih Oppa"
" Sudah lebih tenang sekarang?"
" Iya berkat Oppa"
" Makan siang lah dulu ya. Ini sudah lumayan siang, kenapa belum makan?"
" Iya nanti aku akan makan. Sekarang belum nafsu"
" Nanti ku telepon lagi kalau kau janji untuk makan. Oke!?"
" Haaahh...iya Oppa nanti aku akan makan" jawab Senja sambil mengelah nafas.
" Aku ke kantor dulu ya sayang"
" Iya Oppa, hati-hati di jalan"
.
.
.
Aiden ...
🥰🥰🥰🥰🥰🥰