sudah jatuh tertimpa tangga, itulah istilah yang tepat bagi nasib Ridho seorang pemuda miskin.
Baru beberapa hari di tinggal mati ayah nya Intan sang kekasih memutuskan hubungan cinta mereka, dan memilih kawin dengan pemuda kaya dari kota.
Dalam kehancuran hati nya, Ridho pergi ke kota, membawa peruntungan nasib nya.
Di kota, takdir membawa nya harus menikahi Anastasya seorang dara cantik, namun sangat angkuh dan arogan.
Anastasya yang tidak menyukai Ridho, berusaha menyingkirkan pemuda itu dari kehidupan nya.
Disaat hati Ridho mulai putus asa, muncul Rita yang memberi nya semangat hidup dan bangkit kembali.
Namun di saat Ridho dan Rita mulai akrab, justru benih cinta mulai bersemi di hati Anastasya.
Bagai mana Ridho mengatasi kedua nya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sarah Minggat.
Untuk beberapa saat lama nya, Kiai Rahmad termenung memikirkan ucapan dari Ridho ini.
"Rencana nya kau mau kerja apa selepas berhenti dari Marbot Mesjid nak?" tanya Kiai Rahmad lembut.
"Belum tahu Kiai, saya akan berusaha mencari pekerjaan, saya punya keahlian di bidang perbengkelan, atau jadi tukang tambal ban juga tidak mengapa kiai" jawab Ridho.
"Abi tahu nak, tetapi saran Abi bertahan lah dahulu beberapa bulan, sambil kau mencari pekerjaan lain, mencari pekerjaan di ibukota ini tidak mudah nak, bukan hanya keahlian, tetapi diperlukan pula keberuntungan pula" Kiai Rahmad memberikan pendapat nya.
Setelah berdiam diri beberapa saat lama nya, akhirnya Ridho menganggukkan kepala nya, "baiklah Kiai, saran dari kisi akan Ido turuti, Ido mohon diri kiai, assalamualaikum" ucap Ridho sambil berlalu dari hadapan Kiai Rahmad.
Kiai Rahmad termangu menatap kepergian pemuda yatim piatu itu. Ditarik nya nafas panjang, "semoga Allah terus membimbing mu nak, entah apa lagi ujian hidup yang kelak kau hadapi" ....
Kiai Rahmad bukan nya tidak tahu tentang Azis yang sangat tidak menyukai Ridho, tetapi beliau tidak mau memperparah masalah, dia pura pura tidak tahu. Dia juga tahu bahwa yang memadamkan listrik pada saat malam peringatan maulidur Rasul itu adalah Azis, ada beberapa orang anggota Ta'mir Mesjid yang melihat saat Azis melakukan nya.
Tetapi dia masih mendiamkan saja masalah itu, tidak ingin ribut ribut, malu bila sampai didengar orang luar.
Namun berbeda dengan Azis sendiri, mengetahui jika Ridho sudah pulang, kebencian nya kepada pemuda itu semakin menjadi jadi saja.
Dia sengaja membuat isu jika Ridho lari dari tahanan polisi, namun Mpok Sari, Rizal dan Majid serta umi Aisyah jika memang ada surat pembebasan nya oleh pihak kepolisian.
Sementara itu, Dirumah kediaman Bu Sarah, nampak wanita paro baya berwajah cantik itu sedari pagi, mondar mandir di depan kamar Rita putri nya.
Semenjak kejadian waktu dia mengusir teman laki laki putri nya, keharmonisan antara dua dan Rita putri nya itu spontan rusak.
Rita tidak lagi berbicara akrab dengan nya seperti sebelum nya, hanya menjawab seperlu nya saja, kadang kadang hanya dengan ya, tidak, saja.
Kini sejak kemarin, sang putri tidak juga kunjung keluar dari kamar nya, membuat pikiran nya menjadi resah, apalagi bila memikirkan kemungkinan yang macam macam, tiba tiba kepanikan melanda hati nya.
"Bi!, bi Uci!, bi!" panggil nya pada pembantu rumah tangga yang sudah sangat lama bekerja pada nya itu, bahkan jauh sebelum Rita lahir.
Buru buru wanita paro baya berbadan kurus itu datang menemui Bu Sarah.
"Saya Bu, ada apa ya?" tanya bi Uci.
"Apakah bibir melihat Rita keluar kamar nya?" tanya nya pada wanita itu.
"Semenjak malam kemarin, hingga siang nya, lalu tadi malam hingga pagi ini, bibi belum lihat Bu" jawab bi Uci.
Tiba tiba pikiran buruk merasuki pikiran Bu Sarah, "jangan jangan dia kecewa dan putus asa karena sikap ku waktu itu, lalu bertindak nekat, oh tidak!, tidak!, tidak!, aku tidak ingin itu terjadi, tidak!, jangan sampai kau timpakan karma itu kepada ku juga ya Tuhan" Bu Sarah menutup mata nya, tangis nya pecah sudah.
"Bu!, bu!, apa yang sudah terjadi bu?" tanya bi Uci tidak mengerti.
"Saya takut terjadi sesuatu dengan Rita bi, oh bagai mana ini?" kata Bu Sarah panik.
Mendengar ucapan dari majikan nya ini, bi Uci segera berlari ke belakang, mengambil kunci cadangan dan menyerahkan nya pada Bu Sarah.
Bu Sarah segera menyambar kunci cadangan di tangan bi Uci dan langsung membuka pintu kamar Rita.
Saat tiba di dalam kamar putri nya itu, tubuh Bu Sarah serasa tidak bertenaga lagi, jatuh terduduk di lantai dengan tangis nya yang pecah merundu.
Kamar itu sepi tanpa ada siapa pun juga, seluruh pakaian Rita tersusun rapi di lemari.sedangkan di meja, nampak beberapa kartu ATM dan kartu kredit bersama selembar surat dari Rita.
"Bu, jangan berusaha mencari Rita, Rita ingin menjalani kehidupan Rita yang sederhana, bukan sebagai putri dari Ratu hebat, biarlah Rita belajar menjadi orang biasa yang hidup dalam kesederhanaan, namun penuh dengan kebahagiaan, menganggap orang lain sebagai manusia seutuh nya, maafkan Rita ya Bu, Rita tetap sayang ibu, Rita hanya ingin belajar hidup mandiri. Antara aku dan Ridho tidak ada hubungan apapun, selain pertemanan saja, Rita berhutang Budi kepada nya, jika tidak karena dia, Rita sekarang sudah menjadi seorang gadis hina yang kehormatan nya direnggut orang lain, dialah yang menolong dan menyelamatkan Rita, meskipun Dimata ibu, dia hanya seekor anjing hina, tetapi di mata Rita dia dewa penolong yang berhati malaikat, sekali lagi, maafkan Rita Bu, jangan mencari Rita.
Dari Rita yang menyayangi ibu.
Terasa lemah lunglai tubuh Bu Sarah, mendapati kenyataan putri terkasih nya pergi dari rumah entah kemana.
Tiba tiba langit terasa runtuh seketika, menimpa seluruh keangkuhan nya.
Bi Uci segera merangkul tubuh Bu Sarah dan mendudukkan nya di tempat tidur Rita.
"Bu!, apa yang sudah terjadi bu?" tanya bi Uci perlahan.
"Rita bi, Rita minggat dari rumah, dia minta kita jangan mencari nya, uuu uuuu" tangis Bu Sarah pilu.
"Ya Allah neng Rita, kenapa sampai senekat ini sih neng, kan semua nya bisa di bicarakan baik baik" Isak tangis bi Uci juga pecah.
Rita adalah gadis yang dia pelihara semenjak bayi merah, sehingga pertalian batin antara mereka berdua menjadi cukup kuat.
"Saya yang salah bi, seharus nya saya bisa menahan diri, Rita memang sudah saat nya mengenal teman pria nya, tetapi keangkuhan dan rasa tidak rela kehilangan dia, membuat pikiran bodoh muncul di kepala ku bi, inikah bukti kutukan masa lalu bahwa kelak aku akan menerima karma dari perbuatan ku sendiri?" ratap Bu Sarah sesegukan menahan sesak di dalam dada nya.
"Sudahlah Bu, jangan teruskan, tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki semua nya" ucap bi Uci sedih.
"Aku sudah berusaha mencari mereka bi, namun hingga kini tidak ada kabar berita nya lagi, oh ini karma ku bi" ucap Bu Sarah menangis sesenggukan.
"Ibu bisa menyuruh orang orang nya ibu mencari neng Rita ke seluruh pelosok kota ini Bu, saya yakin neng Rita tidak keluar dari kota ini, apa lagi dia masih sekolah Bu" kata bi Uci.
"Tetapi saya takut Rita semakin membenci saya bi" ujar Bu Sarah kembali mengisi sesegukan.
"Ibu bisa memantau nya dari kejauhan, atau menyuruh para pengawal menjaga nya diam diam, biarkan dia meraih apa yang dia ingin kan, tugas ibu hanya memantau nya dan menjaga keselamatan nya dari jauh, saya yakin dan percaya seratus persen bahwa neng Sarah anak yang baik bu" ujar bi Uci juga dengan isakan tangis nya. Bagi nya, meskipun Rita majikan nya, tetapi sudah dia anggap sebagai putri nya sendiri.
"Kau benar bi, aku ingin merubah sikap ku selama ini, aku tidak ingin putri ku satu satu nya turut membenci ku, cukup aku kehilangan satu kali, jangan kedua dua nya pergi meninggalkan aku, aku memang pendosa, tetapi apakah seorang pendosa tidak lagi punya kesempatan kedua?" tanya Bu Sarah sambil terisak.
"Seharus nya ibu cari tahu dulu siapa pemuda teman neng Sarah itu, jangan langsung main damprat saja" bi Uci mengutarakan pikiran nya.
"Kau benar bi, tetapi aku shock melihat putri ku datang datang bersama seorang pemuda, rasa takut kehilangan dan takut Rita salah pergaulan membuat pikiran ku tak berfungsi, sekarang aku menyadarinya, aku memang salah, tidak selama nya dia putri kecil ku akan ada masa nya, dia menjadi gadis cantik yang siap di pinang seorang pemuda" Bu Sarah masih terisak Isak sedih.
Di tatap nya sekeliling kamar itu, kenangan putri kecil nya dulu menari di pelupuk mata nya. Putri penurut yang tidak pernah membantah sekali pun.
Namun Pipit kecil nya dulu, kini sudah siap terbang membuat sarang sendiri.
Diambil nya handphone dari dalam tas nya, dan mencoba menghubungi Rita. Namun hingga panggilan berpuluh puluh kali, tidak sekali pun menyambung.
"Apakah dia benar benar marah sekali bi, sehingga nomor nya pun dia ganti?" tangis Bu Sarah pun pecah kembali.
...****************...
Saya mending berbayar tapi nyaman bacanya, drpd keseringan iklan seperti ini.