NovelToon NovelToon
Jodoh Si Gadis Pipi Merah

Jodoh Si Gadis Pipi Merah

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta setelah menikah / Konflik etika / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:13.8k
Nilai: 5
Nama Author: Amaryllis zee

Kamala Jayanti, gadis malang yang terlahir dengan tanda lahir merah menyala di kulit pipinya dan bekas luka di bawah mata, selalu menyembunyikan wajahnya di balik syal putih. Syal itu menjadi tembok penghalang antara dirinya dan dunia luar, membentengi dirinya dari tatapan penuh rasa iba dan cibiran.

Namun, takdir menghantarkan Kamala pada perjuangan yang lebih berat. Ia menjadi taruhan dalam permainan kartu yang brutal, dipertaruhkan oleh geng The Fornax, kelompok pria kaya raya yang haus akan kekuasaan dan kesenangan. Kalingga, anggota geng yang penuh teka-teki, menyatakan bahwa siapa yang kalah dalam permainan itu, dialah yang harus menikahi Kamala.

Nasib sial menimpa Ganesha, sang ketua geng yang bersikap dingin dan tak berperasaan. Ganesha yang kalah dalam permainan itu, terpaksa menikahi Kamala. Ia terpaksa menghadapi kenyataan bahwa ia harus menikahi gadis yang tak pernah ia kenal.

Titkok : Amaryllis zee
IG & FB : Amaryllis zee

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amaryllis zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hidup Masing - Masing

Kamala duduk tenang di kursinya, buku "Ayo Bisnis" tergenggam di tangannya. Ia berusaha fokus pada materi kuliah, namun pikirannya melayang ke rencana besarnya untuk mengambil alih perusahaan ayahnya.

Tiba-tiba, pendengarannya terusik oleh suara riuh dari sekelompok mahasiswi di dekatnya. Camelia, teman sekelasnya, sedang berbincang dengan gengnya, Jessie dan Kiana.

"Camelia, kalung lo bagus banget, berliannya berkilau ...!" puji Jessie, matanya berbinar kagum menatap kalung berlian yang menghiasi leher Camelia.

Camelia, yang duduk santai di atas meja dengan kaki bersandar di kursi, tersenyum tipis sambil menyentuh kalungnya. "Ini kalung spesial, hadiah ulang tahun dari Ganesha, kekasih gue," jawabnya dengan nada sedikit sombong.

"Lo memang beruntung banget punya pacar tajir melintir seperti Ganesha!" celetuk Riana, nada suaranya terdengar iri.

Kamala mengerutkan kening, kemarahan membara di dadanya. Dengan bangganya Camelia memamerkan Ganesha sebagai kekasihnya. Jelas-jelas, Ganesha suaminya.

"Ganesha ..., lo brengsek, bisa-bisa mempermainkan hati perempuan!" gumam Kamala, matanya berkilat tajam. Ia merasa dikhianati, perasaannya terluka.

"Gue tidak akan membiarkan kalian bahagia!" bisik Kamala, tekad bulat terpancar di matanya.

"Mel, turun! Ada dosen datang!" seru Jessie, suaranya sedikit berbisik namun cukup keras untuk didengar Camelia.

Camelia, yang tengah senyum-senyum sendiri memikirkan Ganesha, langsung tersentak. Dengan cepat ia turun dari meja dan berdehem pelan sebelum duduk di kursinya.

Seorang pria berwajah tampan memasuki kelas. Rambutnya sedikit berantakan, namun tetap terlihat menawan.

"Selamat pagi semuanya. Perkenalkan, saya Darren. Saya akan menjadi dosen mata kuliah ...," Pak Darren memulai perkenalannya.

*******

Kamala melangkah keluar dari kelas, langkahnya terasa berat. Ia berjalan menuju parkiran, matanya mencari mobilnya di antara deretan kendaraan yang terparkir. Namun, ketika ia baru tiba di parkiran yang luas, ia terpaku di tengah jalan. Ganesha, suaminya, sedang berjalan menuju ke arahnya.

Harapan melambai dalam hati Kamala. Apakah Ganesha sengaja menemuinya? Atau mungkin ia ingin menjemputnya? Namun, harapan itu sirna seketika. Ganesha melewatinya dengan wajah dingin, seakan tidak mengenalnya. Kamala menoleh ke belakang, matanya menangkap Ganesha menghampiri Camelia. Mereka berpelukan dengan santai, tawa Camelia terdengar nyaring.

"Hai Kamala, lo kenapa bengong? Iri, ya. Lihat gue punya pacar!" sindir Camelia, senyum sinis mengembang di bibirnya.

Tiara, yang baru tiba di parkiran, melihat ketegangan di antara Kamala dan Camelia. Ia segera menghampiri Kamala, raut wajahnya penuh kekhawatiran.

"Mala, ayo pergi. Bukannya kita mau pergi ke cafe Love Story?" ujar Tiara, tangannya lembut memegang bahu Kamala. Ia menarik Kamala masuk ke dalam mobil, berusaha menenangkan sahabatnya yang tampak terluka.

Kamala hanya mengangguk lemah, hatinya terasa sesak. Ia tak mampu berkata-kata, hanya bisa terdiam di balik kemudi, mencoba mengendalikan air mata yang mengancam untuk tumpah.

Tiara fokus mengemudikan mobil, matanya sesekali melirik ke arah Kamala yang duduk di sampingnya. Ia tahu Kamala sedang terpuruk, wajahnya muram, matanya berkaca-kaca. Tiara menduga ada sesuatu yang disembunyikan Kamala.

"Mala, gue harap lo tidak menyembunyikan sesuatu dari gue!" gumam Tiara dalam hati. Ia berharap Kamala segera menceritakan semuanya padanya. Tiara tahu Kamala selalu terbuka padanya, namun kali ini, ia merasakan ada dinding tak kasat mata yang memisahkan mereka. Ia ingin sekali memeluk Kamala, menenangkannya, namun ia juga tahu, kata-kata yang tepatlah yang dibutuhkan Kamala saat ini.

******

Tiara berdiri di depan pintu apartemen Sandiga. Ia sudah rapi dengan rok jeans sepaha dan crop top yang dipadukan dengan sepatu sneaker. Ia perlu menemui kekasihnya, Sandiga, untuk meminta bantuan. Ia tahu kata sandi apartemen Sandiga, sehingga dengan mudah ia bisa keluar masuk.

"Sayang ...!" panggil Tiara setibanya di dalam apartemen. Namun, langkahnya terhenti. Ia terpaku di ambang pintu, matanya menangkap pemandangan yang tak terduga. Sandiga, kekasihnya, sedang berpelukan dengan seorang perempuan.

"Tiara ...!" Sandiga terkejut melihat kedatangan Tiara. Wajahnya pucat, matanya terbelalak. Ia takut jika Tiara salah paham melihatnya bersama perempuan di apartemennya.

"Sandiga, enak sekali kau berdua dengan perempuan!" tuduh Tiara, suaranya bergetar menahan amarah. Ia tak menanyakan siapa perempuan tersebut, hatinya terlalu sakit untuk berpikir jernih.

"Ini tidak seperti yang kamu lihat!" Sandiga mencoba menjelaskan, namun Tiara sudah berlalu meninggalkan apartemen.

"Perempuan kenapa mudah marah sih!" gumam Sandiga, frustasi melihat kekasihnya pergi.

"Maaf, Kak. Jika aku sudah membuat pacar kakak marah," ucap Leona, perempuan yang tadi berpelukan dengan Sandiga, menunduk.

"Sudah, ini bukan salahmu!" balas Sandiga, suaranya terdengar lelah. Ia tahu Tiara pasti salah paham, namun ia tak bisa menjelaskan semuanya sekarang.

Tiara melangkah keluar dari apartemen Sandiga, air mata membasahi pipinya. Ia tak mampu menahan air mata yang mengalir deras. Rasa sakit dan kecewa bercampur aduk di hatinya. Ia mengendarai mobil meninggalkan kawasan apartemen, pikirannya kalut. Ia ingin pergi ke suatu tempat yang bisa menghilangkan galaunya, tempat yang bisa menenangkan hatinya yang sedang terluka.

*****

Makan malam terasa sangat sepi. Biasanya, Nenek Gamita selalu ada di sampingnya, menemani Kamala menikmati hidangan. Namun, sejak Nenek Gamita memutuskan untuk kembali tinggal di Semarang, di rumah anak bungsunya, Kamala merasa kesepian.

Melihat makanan yang terhidang di meja makan, Kamala menghela napas. Hanya ada dirinya sendiri yang akan menyantapnya. Ia berpikir, daripada makanan itu terbuang sia-sia, lebih baik ia bagikan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Kamala beranjak dari duduknya, berjalan menuju dapur. Ia meminta bantuan asisten rumah tangga untuk membungkus semua makanan. Ia tahu, tidak akan ada lagi yang akan makan di rumah. Ganesha, suaminya, selalu makan di luar.

Kamala baru tiba di garasi, matanya langsung tertuju pada Ganesha yang sedang berdiri di dekat pintu masuk rumah. Jantungnya berdebar kencang. Ia ingin menyapa, menanyakan kabar Ganesha, tapi ingatan akan kata-kata Ganesha "Jangan sok akrab dengan saya" menghentikan langkahnya. Ia memilih diam, menunduk, dan pura-pura tidak melihat Ganesha.

Kamala menaruh barang-barangnya di bagasi, lalu masuk ke dalam mobilnya. Ia melajukan mobilnya keluar dari garasi, meninggalkan Ganesha yang masih berdiri di sana.

Ganesha sendiri, yang tidak sengaja bertemu dengan Kamala, memilih diam. Ia enggan menyapa, tak peduli dengan Kamala yang akan pergi. Ia berbalik, melangkah masuk ke dalam rumah, meninggalkan Kamala yang melaju pergi.

"Memang seperti ini, hidup masing-masing!" gumam Ganesha, suaranya terdengar dingin dan hampa. Ia merasa lelah, lelah dengan hubungan mereka yang terasa semakin renggang. Ia ingin mencari ketenangan, ingin mencari sebuah hubungan yang bisa memberinya kebahagiaan.

*****

Kamala memarkirkan mobilnya di pinggir jalan, lalu ia keluar dan mengambil makanan yang ada di bagasi. Ia berjalan menuju taman, suasana malam yang terang dengan cahaya bulan membuat Kamala merasa tenang. Ia tiba di sebuah rumah singgah, tempat berkumpulnya anak-anak jalanan.

Adisthi, pengurus rumah singgah, sedang bermain dengan anak-anak. Senyum hangat terukir di wajah Adisthi saat melihat Kamala datang.

"Selamat malam," sapa Kamala sambil tersenyum di balik syal yang menutupi sebagian wajahnya. Ia merasa sedikit lega, bisa berbagi dengan anak-anak ini. Setidaknya, ia bisa menyalurkan sedikit kepeduliannya pada orang lain.

Adisthi menghentikan aktivitasnya, lalu menghampiri Kamala. Senyum hangat terukir di wajahnya, menunjukkan kebahagiaan melihat kedatangan Kamala.

"Kamala, apa kabar?" tanya Adisthi. Ia menatap mata Kamala, mencoba menebak perasaan sahabatnya itu.

"Aku baik, Kak," jawab Kamala. Suaranya terdengar sedikit lemah, namun ia mencoba menunjukkan ketenangan.

"Ini ada makanan untuk anak-anak," ujar Kamala, menunjukkan bungkusan makanan di tangannya. Ia berharap makanan ini bisa menyenangkan anak-anak dan mengurangi sedikit beban yang mereka rasakan.

Adisthi melihat ke barang bawaan Kamala, lalu ia menerima dengan senang hati. "Terima kasih, Kamala. Gimana kalau kita makan malam bersama?" ucapnya. Ia mengajak Kamala makan bersama, mencoba menenangkan hati sahabatnya yang terlihat sedih.

Kamala mengangguk. Kebetulan, ia tadi tidak sempat makan malam karena tidak selera makan. Makan bersama anak-anak mungkin bisa membuatnya berselera. Ia merasa senang bisa berbagi dengan mereka, mengurangi sedikit beban yang sedang ia rasakan. Ia berharap bisa mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan di tengah kesedihan yang sedang ia alami.

1
Femi Contesa
lanjutkan thor
🌟~Emp🌾
operasi aja bang, klu gak suka. kan punya duit banyak 🤣
Amaryllis zee: Benar sekali
total 1 replies
🌟~Emp🌾
tuh kaan,, walau cuma kuli aja tampang nya udah bikin klepek2 apalagi kuli bohongan 🤣
🌟~Emp🌾
Smoga aja, tukang bangunan jadi kontraktor 🤲😁
Amaryllis zee
He's ready. spirit too
Femi Contesa
the story is really exciting, sis, good luck to the writer, keep updating, okay?
Amaryllis zee
Iya siap. Nanti aku usahakan ....

Terimakasih sudah suka dengan cerita ini
Femi Contesa
ceritanya bagus banget
Femi Contesa
Bagus banget ceritanya tapi tolong dong updatenya jangan cuman 1 bab aja.
kalo bisa 2 atau 3🙏
Amaryllis zee
Gimana, dengan wajah baru Kamala? Apa memuaskan?
Maza
Double up terus thor
Amaryllis zee
Ikut semangat
Amaryllis zee
Aku aja yang buatnya sedih
Amaryllis zee
Namanya, Gamita. Masa Gamati 🙂
Ita Xiaomi
Maaf kk nama neneknya Gamita apa Gamati?
Ita Xiaomi
Sedih😢
Ita Xiaomi
Ayo Ganesha cintai Kamala dgn setulus hati jgn disakiti apalg dikhianati. Bahagiakan Kamala. Semangat.
Maza
Bagus
Baby sakinem
semangat thorr,aku suka sama karyamu.
jangan lama lama up nya dan banyakin up nya pls😭
Amaryllis zee: Ya siap . Jika di semangatin, akunya jadi makin cemangat
total 1 replies
Baby sakinem
seru thor ceritanya sampe bikin penasaran sama asal usul ganesha😭
Amaryllis zee: Kalau penasaran, baca terus ya ...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!