NovelToon NovelToon
My Golden Life FOREVER LOVE

My Golden Life FOREVER LOVE

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Konflik etika / Kehidupan di Kantor / Trauma masa lalu / Office Romance
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: chan_chan

3 pria 1 wanita siapa yang akan menjadi pemenang dalam cinta ?
wanita dengan trauma masa lalu menghabiskan masa-masa suramnya bersama mantan kekasih lalu bersahabat dengan pria kepercayaanya, namun jatuh cinta dengan pria yang berbeda .
--
"jadi maksudnya kamu mantan kekasihnya?"
"jika aku egois aku akan katakana pada semua orang kalau aku kekasihnya, antara kita tidak pernah bilang putus tapi itu tidak penting karena bagiku kebahagiannya yang utama,jika memang dia mencintaimu ya, Silahkan saja yang pasti jangan pernah mengecewakannya, masih banyak hal yang belum kamu tau, tapi setidaknya setelah mendengar apa yang aku bilang tadi kamu bisa memikirkan kembali kedepanya dengan Jessy"
Ini adalah kehidupan Jessy bersama Alex, Raymond dan Marcell.
FYI*
Guyss, cerita ini udah aku tulis di tahun 2015 pas msh awal" seneng nulis dan aq simpan di FD. aq Up dgn harapan bisa di baca tapi mon maaf bahasanya banyak kekurangan,tidak ada yg aq edit ini Ori tulisanku jaman daholooo kala. makasih

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chan_chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 FOREVER LOVE bag.21

Raka memasuki ruangan dengan rasa cemas tergambar jelas di wajahnya,

"Ada apa? Bagaimana keadaanya?"

"Dokter Raka tenang saja. Pasien saat ini kondisinya sangat baik "

"Ahhh... Syukurlah !"

raut wajah yang semula cemas kini berubah seiring senyuman merekah di bibirnya, lega rasanya mendengar kabar baik itu, ia menatap Jessy dan tersenyum kecil. Semua orang lega melihat keadaan Marcell yang semakin membaik.

Jessy kembali ke rumah dengan langkah pelan, ia terkejut begitu banyak orang disana beberapa tengah berjaga,

"Ada apa ini? Siapa mereka?"

Jessy membuka pintu utama, ia bahkan sudah siap bertarung jika mereka orang-orang jahat, namun ada seseorang yang sangat ia kenal suaranya, Raymond.

"Ray ... "

"Oh sudah pulang ?"

Ray menyambut Jessy dengan tenang.

"Ada apa ini?"

"Alex mengirim mereka "

"Untuk apa?"

"Alex mencemaskanmu, dan Giant hotel akan dibuka beberapa hari lagi, jadi kita butuh mereka semua, besok akan datang lebih banyak lagi"

Mereka semua adalah ahli khusus C9 yang akan mulai bertanggung jawab atas Giant hotel kedepanya.

"Mereka semua sudah sangat banyak, mau ditempatkan dimana?"

"Dihotel, aku sudah membuat tempat khusus disana "

"Apa itu bisa menjangkau jaringan kita, dengar tanpa jangkauan jaringan itu kita tidak bisa apapun"

"Alex sudah mengaturnya"

"Agh... Ya sudah terserah saja. Aku akan istirahat"

Jessy tak ingin menambah beban pikiranya jika Alex sudah mengaturnya itu berarti sudah benar.

"Bagaimana dengan Marcell?" tanya Ray

"Ya, dia akan segera sadar" Jawab Jessy

"Itu kabar bagus. Semoga secepatnya"

"Apa Alex akan kemari?"

"Aku kurang tau, seharusnya sih begitu, kau harus datang saat peresmian Giant hotel"

"Kau yakin sudah mempersiapkan semuanya. Bawa berkasnya ke ruang kerjaku"

"Sudah aku letakkan di meja, dan semua datanya ada di tabletmu "

"Hahh sudah ? Oh my god... !"

Jessy mengeluh karena harus mengerjakannya sekarang juga.

Hari peresmian giant hotel tiba, pesta mewah serta tamu undangan lengkap dengan jamuan serba berkelas, di tengah penyambutan yang sangat meriah Jessy nampak tidak nyaman, tentu saja ia memikirkan Marcell,  ditengah kebahagian para tamu hanya Jessy seorang yang murung, hal itu juga di ketahui oleh Alex tapi ia hanya bisa memahami dan tak ingin berbuat sesuatu , ini bukan waktu yang tepat, ia harus berpikir positif dan melanjutkan acara hingga selesai dengan baik.

Disaat seperti ini seseorang menghubunginya dan mengatakan bahwa Marcell sudah sadarkan diri, dengan segera ia pun pergi tanpa menunggu lagi, ia mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit.

"Hallo... Jessy kau kemana?"

"Maaf Alex, aku harus meninggalkan acara, aku harus ke rumah sakit"

"Ada apa? Apa sesuatu yang buruk terjadi?"

"Tidak. Aku baru saja dengar kabar Marcell sadarkan diri, maafkan aku yang pergi begitu saja"

"Tidak apa-apa, kabari aku segera"

"Thanks Alex "

Jessy sampai di rumah sakit dengan setengah berlari ia menuju ruangan Marcell, saat ia membuka pintu ada beberapa dokter juga suster disana, semua orang menoleh melihat kedatangan Jessy.

Jessy perlahan mendekat, dan melihat Marcell mengedipkan matanya dengan perlahan. Ia tak bisa memendung air matanya namun ia coba untuk lebih tegar, dengan segera ia menghapus air matanya dan mendekati Marcell.

"Marcell... !"

Ujarnya dengan suara lirih, Marcell melihat Jessy meskipun itu samar, pendengarannya masih jelas dan ia tau itu Jessy.  Ia kembali mengedipkan matanya di ikuti air matanya yang mengalir.

"Maaf , pasien harus menjalani pemeriksaan "

"Iya. Aku akan menunggumu disini"

Masih tidak percaya, Jessy berusaha menguasai dirinya, ia duduk tangannya meraih tas nya dan mengambil obat disana, ia harus tetap tenang.Jessy menunggu Marcell kembali dari menjalani perawatan, ia berjalan kesana kemari pandangan matanya terus tertuju pada pintu berharap Marcell segera datang. 1 jam kemudian, Marcell di bawa kembali ke ruangannya, meskipun sudah sadar namun keadaan Marcell masih belum sepenuhnya stabil, Jessy menghampiri Marcell untuk waktu yang cukup lama mereka saling bertatapan mata, setelah dokter dan beberapa perawat meninggalkan ruangan Jessy duduk di samping Marcell, matanya berkaca-kaca. Tangan Marcell mencoba meraih Jessy namun karena kondisinya yang sangat lemah ia hanya mampu menggerakan jemarinya.

“kau tidak perlu mengatakan apapun, aku akan menemanimu disini”

Jessy meraih tangan Marcell lalu menggenggamnya dengan sangat erat. Marcell hanya bisa mengedipkan matanya untuk berkomunikasi saat ini.

Seiring waktu berlalu ,Marcell berangsur membaik, ia sudah tidak lagi memakai banyak peralatan medis, dia hanya masih menggunakan selang oksigen untuk membantunya bernafas dengan baik, ia juga sudah bisa menggerakan tangannya dan berbicara. Jessy terus menggenggam tangan Marcell bahkan saat ia tertidur.

"Pulanglah, kau harus istirahat"

Marcell membelai rambut Jessy dengan lembut

"Aku akan pulang saat dokter kemari dan membawamu menjalani pemeriksaan"

"Sejak kemarin kamu disini, kakak akan menemaiku "

"Kalau begitu tunggu kakakmu kemari"

"Kenapa keras kepala sekali?"

Jessy hanya melempar senyum, kali ini ia harus pulang selain Marcell memintanya, ia juga mendapat panggilan darurat dari Alex yang mengharuskannya pulang.

"Seseorang menelponmu?"

"Ya, Alex .. dia memintaku pulang"

"Kalau begitu pulanglah, nanti kembali lagi , emm "

"Baiklah !"

Jessy merapikan tas dan ponselnya, sesaat ia memandangi Marcell dan pergi.

Dr. Ryan adalah dokter yang menangani Marcell selama ia di rawat. Setelah menjalani berbagai pemeriksaan yang panjang Dr. Ryan memastikan perkembangan Marcell sangat banyak, dia hanya perlu menjalani beberapa terapi agar bisa menggunakan kembali kedua kakinya,

"puji tuhan,  saat ini Marcell dalam kondisi yang sangat baik, terapi berjalannya akan dilakukan lebih sering agar Marcell cepat pulih"

"Terima kasih Dr.Ryan, anda banyak membantu, saya berhutang budi denganmu, terima kasih"

"Apa yang Dr. Raka bicarakan. Anda adalah guru saya, saat ini membantu adik anda adalah sebuah kebanggaan"

"Terima kasih, aku akan mentraktirmu, bagaimana ?"

"Tentu saja. Aku akan kabari jika jadwalku kosong"

Raka duduk di sebelah Marcell ia hanya tersenyum simpul melihat kesembuhan adiknya itu. Ada rasa geram dan juga bahagia.

"Mama bagaimana?"

"Tadinya kakak mau memberitahu mama soal kamu tapi mama lagi kurang sehat dan dirawat di rs 3 hari. Jadi orang rumah tidak ada yang tahu, kakak bilang ke mereka kamu ke luar negri"

"Haha.. jauh sekali ! "

"Ya mau bagaimana lagi kalau hanya di luar kota mama akan menghubungimu terus, kakak senang kamu sudah lebih baik, haaahhhh.... Kau tau perbuatanmu ini ...kau hampir saja meregang nyawa , kau tau itu"

"Maaf ... Aku benar-benar tidak ingat bagaimana mulanya, saat itu aku hanya memeriksa email di ponselku, dan aku membaca email Jessy"

"Jadi maksudmu, kau begitu senang sampai kau bersorak di mobil"

"Bukan begitu... Kenapa kakak jadi marah padaku?"

"Bagaimana aku tidak marah, kau hampir mati, kau pikir kakak tidak gila lihat kamu berhari-hari seperti mayat, kakak stress !!"

"Maafkan aku. Aku akan lebih berhati-hati. Lagipula sekarang aku sudah sembuh Dr.Ryan juga bilang kalau terapi berjalan lancar 2-3 hari kedepan aku bisa pulang"

"Kau harus melakukannya dengan baik"

"Iya aku tau !"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!