⚠Jangan tertipu dengan cover ku yang manis ini ya, he he he⚠
Sebuah kisah yang menceritakan tentang si kembar identik. Sang kakak (Candy) yang melakukan penyamaran identitas demi membalas orang-orang yang sudah membuat adiknya (Candu) koma.
Segala cara akan ia tempuh, demi memberi hukuman setimpal untuk para pelaku.
Dapatkah Candy membalas dendam Candu?
Penasaran? Yuk ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CC21
Tantry menggenggam erat segumpal rambut sembari menatap cermin dengan perasaan yang amat gusar.
"A-ada apa dengan rambut ku? Alis ku? Bulu mata ku? Apa yang terjadi padaku?!"
Rambut, alis, serta bulu matanya mengalami kerontokan yang cukup parah. Dampaknya membuat wanita itu panik, mengamuk, bahkan menjerit-jerit bagai orang gila.
Tantry membanting seluruh barang-barang yang ada di hadapannya. Wajahnya merah, tangannya gemetar, kepalanya pusing memikirkan kondisinya saat ini. Apalagi hari ini gadis itu memiliki jadwal pemotretan.
"Darsih! Darsiiiih ...!" suara Tantry melengking memanggil pembantunya.
Wanita paruh baya yang sejak tadi menguping di balik pintu itu pun tersentak saat mendengar lengkingan suara dari nona muda.
"Iya, Non ...?" Darsih membuka pintu setelah mengira-ngira waktu yang tepat.
"Sini kamu, Tua Bangka!" hardik Tantry.
Tergopoh-gopoh Darsih melangkah, mendekati anak majikannya. Begitu sampai di hadapan Tantry, wanita paruh baya itu menundukkan kepalanya.
"Coba fotoin kepala ku." Tantry menyodorkan ponsel nya. "Yang bener fotonya, kalau gak becus, bakal aku gelindingin kau dari tangga lantai tiga ini!" ancam Tantry.
"B-baik, Non." Darsih menyambar ponsel yang di sodorkan nona muda nya.
Dengan hati-hati ia memotret, mata sendu itu sempat terbelalak saat melihat bagian tengah kepala Tantry yang nyaris botak.
(Ilustrasi Goblin)
Buju buset dah, udah kayak goblin. Serem juga tuh obat, tapi, orang jahat sepertimu pantas mendapatkannya, Non. Batin Darsih.
"I-ini, Non." Darsih mengembalikan ponsel Tantry.
Kasar tangan wanita itu menyambar. Matanya lurus menatap layar ponsel, bibirnya kembali bergetar. "Aaaaaaakh ...!"
Tantry menatap nyalang Darsih. "Pergi sana pembantu sialan!"
Dengan sangat amat kasar, Tantry mendorong Darsih, wanita baya itu terjerembab. Bahkan, dengan jahatnya Tantry menendang-nendang bokong pembantu yang usianya nyaris tua itu.
Rasa takut kembali menyelimuti hati wanita yang sudah mengabdi lama pada keluarga Erlangga. Darsih mengandalkan kedua tangan dan lututnya yang nyeri, segera merangkak keluar kamar anak majikannya.
Saya sumpahin kualat kamu, Non. Kelakuannya mirip banget sama iblis. Umpat Darsih.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Kau bisa mengirimkan semua barang-barang ku hari ini, Alex. Aku sudah selesai merenovasi apartemen ku -- Para ART sudah selesai mengemasi barang-barang ku kan?" tanya Candy melalui panggilan telfonnya.
"Sudah, Nona. Hanya pakaian saja, kan?" Alex memastikan kembali perintah dari Nona nya.
"Benar, tolong antar semuanya siang ini juga." pinta Candy.
"Siap, Nona Candy. -- Saya harap, Nona bisa menemukan kebahagiaan di luar sana. Tolong selalu jaga kesehatan, dan juga tolong ... atur jadwal makan anda dengan baik," lirih Alex.
Candy tertegun mendengar ucapan Alex, hatinya penuh haru.
"Nona?" panggil Alex saat tak ada jawaban dari Candy.
"Ya, Terimakasih, Alex." gumam Candy dengan air mata mengenang.
Gadis itu segera mengakhiri panggilan telfon dan mengusap air matanya.
Bahkan orang yang bukan siapa-siapa ku saja jauh lebih peduli padaku. Lirih nya dalam hati.
Derit pintu terdengar, Felitha keluar dengan setelan olahraga. Candy menatap datar gadis berpakaian merah jambu itu.
"Apa aku terlihat aneh?" tanya Felitha.
"Tidak, pakaian itu cocok untukmu. Kau akan pergi sekarang? Apa taksi online nya sudah sampai?" Candy menelisik dengan tatapan.
"Belum, sekitar sepuluh menit lagi, Can. Ini beneran kan, taksi nya gretong?" Felitha memastikan.
"Iya, gretong! Oh iya, Fel, apa tidak ada rahasia tentang Tantry yang bisa kau beritahukan padaku?" Candy kembali menelisik.
"Apa ya? Hmm ...." Felitha memutar bola matanya sembari mengingat-ingat. Mata gadis tambun itu pun membulat. Dengan semangat membara Felitha berbisik di telinga Candy, menciptakan seringai di pemilik bibir mungil merekah.
"Can, aku pergi dulu ya. Taksi nya udah sampai nih." Pamit Felitha sembari melambai tangan dan melangkah pergi.
Sepeninggalan Felitha, Candy kembali memutar otak. Gadis jelita itu kembali menyeringai.
"Dasar, Jalang Murahan! Kau akan segera menikmati permainan ku, lihat saja nanti," desis Candy.
"Permainan apa?" tanya Bisma yang baru saja tiba.
Candy menoleh. "Permainan yang menjijikkan."
"Apa aku akan diberi tugas lagi?"
"Tentu saja iya."
Bisma menundukkan wajahnya yang muram. "Tapi nggak hari ini kan? Biarkan aku istirahat hari ini."
"Yaps, bukan hari ini kok. Tapi, besok!" jelas Candy.
"Baiklah.-- Oh ya, mengenai saham Erlangga Group. Enam puluh persen saham mereka, sudah di tangan kita. Orang kita juga sudah menyusup ke Erlangga," jelas Bisma.
"Good job ... Lalu bagaimana manager tim keuangan Erlangga?" tanya Candy.
"Sedikit rumit, hampir tidak ada celah untuk mengusiknya. Akan ku usahakan selesai dalam minggu ini." Bisma menyandarkan tubuhnya di sofa.
"Selesaikan dengan baik, kuharap kau teliti. Tidak perlu terburu-buru, masih ada sisa waktu dua minggu lagi," peringat Candy.
"Dua minggu? Bukannya minggu ini?" Bisma menelisik dengan tatapan heran.
"Oh, apa aku lupa memberitahu mu? Investor German itu memundurkan waktu menjadi dua minggu ke depan," Candy tersenyum usil.
"Hey, kenapa gak bilang? Kepala ku hampir pecah memikirkan perkara saham," keluh Bisma.
"Ini kan aku bilang." Candy menjulurkan lidahnya.
Pria bertelanjang dada itu menyipitkan kedua matanya. Ingin rasanya mengumpat, akan tetapi tak bisa. Apalagi melihat wajah gadis yang selalu bersikap menyebalkan, namun selalu membuat hati berdebar.
"Oh, ya. Kenapa hari ini kau bertelanjang dada begini? Apa karena ada Feli di sini? Kau ingin tebar pesona ya?" Candy menelisik dengan tatapan menggoda.
"Sebaiknya tutup mulut kotor mu sebelum ku sumpal dengan kalung Marco." Bisma menatap tajam, membuat Candy tergelak.
"AC di apartemen ku rusak. Aku sampai harus mandi keringat, numpang ngadem lah di sini bentar. Mumpung sebelahan," sambung Bisma.
Candy menganggukkan kepalanya singkat. "Apa Louis sudah tiba di negara ini?"
"Sore ini pesawatnya mendarat, kenapa? Kau merindukannya?" tanya Bisma dengan nada tak suka.
"Boleh kah?" Candy mengedip-ngedipkan matanya dengan lucu.
"Boleh, boleh ku gelindingkan tubuh mu sampai ke anak benua hingga bertemu dengan nenek Tapasya?" sinis Bisma membuat Candy tergelak.
"Kenapa tiba-tiba jadi Utarran, sih? Kau benar-benar ... konyol ...!" tawa Candy pecah.
Mendengar gelak tawa Candy, Bisma pun akhirnya ikut tertawa.
"By the way, besok tugas apa yang harus ku kerja kan?" tanya Bisma penasaran.
Candy tersenyum licik, lalu membisik. Bisma mendengarkan dengan antusias, meskipun telinganya geli. Selesai membisik, gadis itu menatap Bisma datar.
"Pastikan kau melakukannya dengan baik, Bisma." Candy tersenyum miring.
"Off course, itu sudah menjadi keahlianku." Bisma menyeringai.
*
*
*
sok lugu padahal suhu nya
Typo sangat minim
Feel nya dapat
kopi sudah otewe ya tor 😘