KONTRAK UNTUK 270 HARI

"Gue salah udah ngeremehin cewek songong itu!" gumam Valerie sambil mengepalkan tangannya.

"Va, kita harus kasih cewek itu pelajaran! Kita kasih dia purple card, gimana?"

Valerie tak menjawab ucapan Gita, gadis itu masih menatap Gevan yang kini sudah melajukan motornya.

"Masalah itu udah gue pikirin. Lo berdua tenang aja, hari ini gue punya surprise buat kita semua termasuk Jeyra!" ucap Valerie.

Gita dan Wilona saling menatap, sebenarnya apa yang sedang di rencanakan Valerie? Kenapa Valerie tak memberitahu Gita dan Wilona?

Kemudian mobil berjalan setelah lampu berubah berwarna hijau.

Namun, Ravendra dan Jeyra masih mematung di tempatnya.

"Tapi Jey, Lo nggak perlu tanggung itu sendirian. Gue beneran cinta sama Lo Jey!" tegas Ravendra yang kembali meyakinkan Jeyra tentang perasaannya.

Namun, lagi-lagi Jeyra menyangkal meyakini perasaan Ravendra untuknya. Karena semua itu terlalu tiba-tiba.

Jeyra terkekeh untuk mencairkan suasana. "Tiba-tiba aja Lo cinta sama gue Raven! please kita akhiri pembicaraan ini, oke. Gue jalan duluan, Lo bisa jalan di belakang Gue. Gue nggak mau ada yang liat kita seperti ini Raven, kalo Gita tahu Lo bareng gue saat ini, mungkin gue nggak akan selamat dari amukan Black Angel. Jadi gue mohon sama Lo untuk pengertiannya," ucap Jeyra yang kemudian pergi meninggalkan Ravendra tanpa mempedulikannya lagi.

"Gue nggak peduli! kali ini Gue harus bisa jagain Jeyra dari siapapun!"

Setelah berjalan beberapa meter dari halte, akhirnya Jeyra sampai di gerbang sekolah di susul Ravendra yang berjalan di belakangnya.

Jeyra berjalan berlawanan arah dengan pemuda nomor dua di sekolah itu.

"Ravendra! Gue nggak salah liat kan?" seru Angkasa yang tak percaya melihat Ravendra berjalan di belakang Jeyra.

Leon langsung menoleh melihat pemandangan yang tidak seperti biasanya.

"Apa karena ini tadi Gevan kesel?"

gumam Leon yang tak lepas dari pandangannya yang masih memperhatikan Jeyra dan Ravendra.

"Udah gue duga sebelumnya kalo Ravendra suka sama cewek itu!"

Angkasa terkejut mendengar ucapan Leon, sajak kapan Ravendra menyukai Jeyra? Dan kenapa dia tidak tahu soal ini?

"Maksud Lo Ravendra beneran suka sama Jeyra? Sejak kapan, Men?"

"Sejak pertama masuk sekolah. Gue sering perhatiin Ravendra, sikap dan cara dia natap gadis itu juga beda. Makanya dia waktu itu ngamuk saat tahu Gevan udah hamilin Jeyra." tutur Leon.

Angkasa terdiam tak percaya, kenapa suasananya semakin menegangkan? Dia saja belum percaya jika Gevan sudah menghamili Jeyra, sekarang ada fakta baru bahwa Ravendra menyukai Jeyra yang sudah di rusak oleh Gevan. Angkasa mendapat firasat buruk tentang ini, jika Gevan juga menaruh rasa untuk Jeyra maka kemungkinan besar Black Devil tidak akan kokoh seperti dulu lagi.

"Kita nggak bisa biarin ini terjadi, Leon! Ravendra harus jauhin Jeyra!" tegas Angkasa.

Leon dengan cepat menatap sahabatnya yang satu itu, "Lo tahu gimana sifat Raven, dia akan lindungi hal yang dia sayang sama nyawanya sendiri. Misahin Ravendra dari Jeyra bukan solusi yang tepat, karena Gevan juga salah soal ini. Dia nggak mau tanggung jawab, gue rasa Ravendra berhak jaga Jeyra karena itu yang terbaik. Kalo sampe hal ini bocor ke luar kalo Gevan udah hamilin Jeyra, gue yakin semua musuh pasti datengin Jeyra. Lo paham kan?" jelas Leon.

Angkasa menghela nafasnya, apa yang di ucapkan Leon ada benarnya juga. Jika musuh tahu Gevan melakukan kesalahan pada gadis yang tidak dia sukai, kemungkinan besar mereka akan menyerang Jeyra dan memanfaatkan keadaan. Bisa saja Gevan masuk dalam jebakan ini yang akhirnya Black Devil dalam bahaya.

"Kalo gitu apa yang harus kita lakuin?"

"Kita liat aja, kita nggak perlu ikut campur sama masalah mereka. Gue yakin Gevan ataupun Ravendra bisa tangani masalah ini!" ucap Leon.

"Tapi cewek itu? Apa dia bisa di percaya sepenuhnya! Gue nggak yakin Jeyra nggak akan manfaatin keadaan ini! Selama ini dia emang dingin, cuek dan pendiam. Tapi kita nggak tahu gimana sebenarnya isi hati cewek itu! Pendiam tidak menjamin dia polos kan?" tanya Angkasa yang memang tidak menyukai Jeyra sejak awal.

Leon hanya terdiam mendengar pertanyaan Angkasa.

Soal itu Leon juga tidak tahu, hanya Jeyra dan Tuhan yang tahu apa rencana dia untuk hal ini. Jika tidak salah, Leon menebak jika hidup Jeyra tidak pernah baik. Jeyra tidak terobsesi dengan harta, laki-laki ataupun kekuasaan, dia memiliki sisi gelap yang tidak di ketahui oleh siapapun. Itu artinya ada hal yang ingin Jeyra lakukan dengan baik dan sama sekali tidak tertarik dengan dunia Gevan atau Ravendra.

Saat jeyra berjalan, tiba-tiba tali sepatu yang dia pakai lepas. Kerena tak mau tersandung akhirnya Jeyra mengikat tali sepatunya dengan benar terlebih dahulu.

Namun, disaat semua orang sedang memperhatikan Jeyra dan Ravendra, tiba-tiba saja mobil mewah berwarna hitam tiba di halaman sekolah yang membuat semua mata menoleh ke arah mobil itu.

Keadaan tiba-tiba saja riuh saat melihat seseorang berparas cantik dan berpenampilan modis baru saja turun dari mobil mewah itu.

"Cantik banget, dia anak baru ya?"

"Gue baru pertama liat dia di sekolah ini, siapa sih cewek itu?"

"Gila, itu cewek cantik banget sumpah! Valerie bisa tersaingi nih"

"Wah keren, tapi kayaknya gue pernah liat cewek itu deh. Tapi dimana ya?"

Semua mata tertuju pada gadis cantik itu.

Jeyra juga ikut heran dengan pandangan orang-orang yang menatap ke arah belakangnya, karena merasa penasaran akhirnya Jeyra membalikkan tubuhnya dan betapa terkejutnya dia saat melihat sosok yang begitu familiar untuknya.

"Helena?"

Walaupun penampilannya sudah berubah namun Jeyra masih mengenali temannya itu.

Ya, itu adalah Helena si cupu yang seratus delapan puluh derajat penampilannya berbeda dari sebelumnya. Bahkan hari ini dia naik mobil mewah padahal Jeyra tahu betul Helena dari kalangan menengah sama sepertinya.

"Hah, Helena? demi apa itu si cupu?"

"Itu Helena? Gila sih dia berubah banget sampe gue nggak kenal anjir!"

"Gila emang, duit beneran bisa merubah segalanya!"

"Tau dia cantik kek gini, udah dari dulu kali gue pacarin dia!"

"Tapi kenapa dia bisa berubah ya?"

"Wah .. wah, Black Angel bisa kepanasan liat Helena berubah ini sih!"

"Bisa-bisa Valerie ngamuk mainannya menjelma jadi putri." Semua siswa tak lepas dari pandangannya menatap Helena yang kini sudah berubah drastis.

Hampir seluruh mata memandangnya dengan tatapan kagum. Namun, ada beberapa orang juga yang merasa tidak suka dengan perubahan Helena.

"Anjing! Itu si cupu? Punya duit dia buat make over!" gumam Wilona sambil terkekeh remeh.

"Wah Va, si cupu kayaknya udah mulai berontak deh, dia pikir dengan dia berubah kek gitu kita bakal lepasin dia gitu! Lo nggak akan lepasin dia kan, Va?" tanya Gita yang geram karena Helena sudah berubah.

Valerie hanya tersenyum menatap Helena yang kini mendekat ke arahnya.

Valerie memang tidak berniat ingin melepaskan Helena dari cengkeramannya, oleh karena itu saat ini dia di sini menjelma menjadi boneka yang bisa di kendalikan sepenuhnya oleh Valerie.

Helena berjalan dengan anggun seperti model internasional dengan ekspresi wajah dingin. Lalu dia tiba-tiba saja berhenti tepat di hadapan Valerie.

"Sorry gue telat, Va." ucap Helena dengan lantang di hadapan Valerie.

Betapa terkejutnya semua orang saat mendengar ucapan Helena yang membuat kedua sahabatnya juga ikut melongo tak percaya.

"Heh, berani banget Lo sapa Valerie! Udah bosen sekolah ya, Lo!" sentak Gita sambil mendorong tubuh Helena dengan kasar.

Beruntung Helena bisa menahan dorongan Gita yang kuat. Kini Helena bukanlah Helena yang dulu, dia adalah magnet for Angle, tidak ada siapapun yang bisa mengganggunya termasuk Gita dan Wilona.

Tatapan Helena berubah, dia mendekat ke arah Gita lalu menampar wajahnya dengan keras.

Plak!

"Berani Lo dorong gue!" sentak Helena dengan wajah garang.

Semua orang melotot melihat aksi Helena yang benar-benar di luar prediksi. Bagaimana mungkin dia berani menampar Gita Black Angel yang selama ini tak pernah ada yang berani mengusiknya.

"Anjing! Berani Lo sekarang hah!" Gita hendak menyerang Helena untuk membalasnya, namun langkahnya segera di hentikan oleh Valerie.

"Stop!" tahan Valerie.

"Mampus!"