Kisah Cinta Devanno dan Paula tidak berjalan mulus. Sang mama tidak setuju Devanno menikahi Paula yang bekerja sebagai waiters di sebuah diskotik. Sang mama berusaha memisahkan Devanno dan Paula. Ia mengirim Devanno ke luar negri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara julyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab: 21
Amarah yang di pendamnya terhadap sang mama, membuat David mengalami suatu trauma dan tubuhnya pun bereaksi berat hingga dia menderita suatu penyakit yang dia sembunyikan rapat-rapat.
Tidak seorang pun yang tahu akan penyakit David itu. Hanya dirinya sendiri yang mengetahuinya. Bahkan dokter pun tidak, karena dia memang berniat tidak berobat kemanapun. Dia ingin menghukup mamanya dengan penyakitnya itu.
Mamanya telah membentuk dan mengatur anak-anaknya agar tidak seperti papanya.
Karena memikirkan Paula, kemarahan David yang kembali berkobar sang mama itu, merembet juga pada Devano dan dirinya sendiri.
Betapa bodohnya Devano. Kemana kah kelebihan yang selama ini di milikinya dan bahkan membuat David iri padanya itu. Tidak sadarkan dia bahwa ada permainan tingkat tinggi yang sedang di atur oleh mamanya?
Dan yang lebih parahnya, bahkan papanya pun menurut saja ketika mamanya meminta Devano untuk membantu perusahaannya dan menukarnya dengan David.
Untung saja David memang lebih suka membantu papanya. Bahkan ia bertekad untuk membantu papanya agar usahanya itu berhasil.
Papanya memang telah bersalah pada keluarga. Berselingkuh dari mamanya hingga berujung cerai dan akhirnya menikah dengan perempuan selingkuhannya.
Tapi dulu saat sang papa mulai menyadari kesalahannya dan mulai bertobat dan memperbaiki diri dan hubungannya dengan mamanya. Bukan saja niat baiknya itu tidak di hiraukan oleh mamanya. Bahkan di tanggapi dengan sikap melecehkan dan merendahkan. Saat itu David jadi bersimpati pada papanya.
Kini setelah bepikir berjam-jam lamanya, akhirnya David menemukan ide yang selama ini tidak pernah terpikir oleh nya.
Ide untuk melawan mamanya, seperti yang di lakukan Devano dulu. Dan bentuk perlawanan itu adalah hal yang seharusnya di lakukan oleh Devano justru dia yang akan melakukannya.
Merasa sudah tenang setelah mendapatkan keputusan hatinya. Akhirnya David pun tertidur di pagi itu.
David terbangun saat jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul sembilan pagi. Masih dengan mata setengah terpejam David mencari-cari ponselnya di sekitar tempat tidurnya.
Dia tidak berniat untuk keluar dari selimutnya. Bahkan ketika dia sudah meraih ponselnya, masih dengan mata setengah terpejam dia menghubungi sekretarisnya di kantor.
"Anita, hari ini saya akan terlambat ke kantor. Apakah hari ini ada urusan penting yang harus saya selesaikan?" kata David begitu panggilannya terhubung dengan Anita sekretarisnya.
"Baik pak, untuk saat ini belum ada," sahut Anita.
"Kalau misalnya ada sesuatu yang membutuhkan penanganan saya, tundalah sampai nanti selesai jam makan siang," ucap David lagi.
"Baik pak," jawab Anita lagi. Dan panggilan pun berakhir.
Maka David pun kembali memasukkan tubuhnya ke dalam selimut dan melanjutkan tidurnya di kamarnya yang luas dan sejuk itu.
David butuh istirahat sekitar satu jam lagi. Sebab dia ingin agar dirinya berada dalam kondisi segar kalau nanti berhadapan dengan Paula.
Dia juga ingin agar pikirannya nanti dalam keadaan jernih saat ia menyampaikan rencananya yang sudah di pikirkannya sejak pagi buta tadi, ke hadapan Paula.
Selang satu jam kemudian David benar-benar terbangun dari tidurnya. Gegas ia bersiap-siap mandi dan sarapan.
Setelah itu ia langsung berangkat menuju rumah Paula. Dari cerita yang pernah di dengarnya dari Devano waktu itu, ia tahu kalau pagi-pagi begini Paula jarang sekali kaluar rumah.
Pada jam sebelas lewat tiga puluh menit, David sudah tiba di depan pintu rumah Paula. Karena pintu rumah itu masih tertutup rapat, David pun memencet bel nya.
Dan akhirnya seorang gadis muda yang wajahnya sangat mirip dengan Paula membukakan pintu untuknya.
"Selamat siang, apakah Paula ada di rumah? dan bolehkah saya bertemu dengannya?" tanya David pada gadis itu.
Gadis itu adalah Vania. Adik kandung Paula. Vania menetap mata David dengan penuh rasa ingin tahunya.
"Siapa laki-laki ini? aku belum pernah melihatnya, apalagi teman-teman kak Paula terutama teman cowok, nggak pernah ada yang datang ke rumah ini, kecuali mas Vano," batin Vania.
"Hai," David melambaikan tangannya saat melihat Vania terdiam.
"Eh, iya. Kak Paula ada di rumah. Silahkan masuk dan silahkan duduk dulu biar saya panggilkan," ucap Vania kaget.
"Terimakasih," David melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah itu lalu duduk di kursi tamu.
Vania menunggu tamunya duduk dulu baru dia masuk ke dalam. Tapi baru saja kakinya melangkah David memanggilnya.
"Kamu adiknya Paula ya?" tanya David.
"Iya," jawab Vania pelan.
"Pantas, wajah kalian berdua mirip. Aku kakaknya Devano. Namaku David."
"Oh, kakaknya mas Vano ya? apa kabarnya mas Vano? udah lama sekali dia nggak datang kesini," Vania mulai perhatian pada tamunya.
"Dia sedang berada di Amerika saat ini."
Bersambung....
Semoga Paula bisa melewati masalah ini. Hrus bgt di support keluarga sih....
tidak semua waitress club malam itu berstatus wanita gampangan....keren....
Poor girl. Semoga Paula ttap bisa mmpertahankan bayinya. Tapi aku takut ngebayangin gimana reaksi ibunya Paula...