NovelToon NovelToon
Kepingan Puzzle

Kepingan Puzzle

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Khabar

"Lima bersaudara dengan kedua orang tuanya adalah sebuah keluarga bahagia tenang dan damai, ibarat puzzle yang sudah sempurna sudah dipecahkan. Namun, insiden yang mengerikan terjadi, keluarga itu menjadi kelam karena ulah oknum yang jahat.
Tiga potongan puzzle hilang di tumpukan puzzle yang berbeda. Aku Glantea Albar berusaha menemukan tiga potongan puzzle itu. Tapi, takdir berkata lain aku tidak pernah menemukan tiga puzzle itu. Aku memutuskan menggantikan puzzle lain yang bentuknya sama dan jelas tidak pernah bisa sama dengan warna dari puzzle sebelum nya."
Kata Glantea di sebuah alat perekam kakinya mengalami patah karena insiden jatuh dari helikopter. setalah itu ada seorang yang membuka gubuk tua dimana dia berada sekarang lalu tiba-tiba dia bangkit tanpa peduli rasa sakit itu menghampiri seseorang dibalik pintu sambil menangis memegangi tangan orang tersebut "hiks... Hiks... ayahhh..... " Kata itu keluar dengan begitu tulus mengenali orang itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khabar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mustahil Memilih

Mereka berdua mengamati gelapnya hutan dengan teliti, mencari petunjuk tentang asal suara tembakan tersebut. Dalam ketidakpastian yang mengitari malam itu, Mereka berdua menyaksikan pemandangan yang menggetarkan jiwa. Di balik pepohonan, mereka melihat tentara yang tengah menembaki serigala-serigala liar yang merayap di hutan.

Tak lama setelah itu, Albar dan harimau putih melihat sesuatu yang membuat jantung mereka berdegup kencang. Suara tembakan itu, yang tadi terdengar jauh, sekarang menggema begitu dekat. Albar dan harimau putih merasa getaran ketakutan dan kesedihan dari hutan itu sendiri. Serigala-serigala, yang biasanya berjalan bebas di malam hari, sekarang menjadi mangsa dari kekuatan asing yang menginvasi hutan ini.

Mata Albar dipenuhi keputusasaan. Ia menyadari bahwa mereka tidak hanya menghadapi ancaman dari tentara itu sendiri, tetapi juga dari serigala-serigala yang terpojok dan berusaha bertahan hidup. Harimau putih, yang merasakan kepedihan dari suara tembakan itu, menatap Albar dengan mata yang penuh kekhawatiran.

Dalam kegelapan yang dalam, perasaan kehilangan dan kemarahan menyala di mata Albar. Ia tak sanggup membayangkan dengan akhir dari kehilangan sahabat langkanya yang selama ini menjadi bagian dari kehidupan di hutan jatuh di bawah tembakan tak berperasaan para tentara.

Rasa dendam membara di hatinya, dia tidak lagi menyukai sebuah kelompok yang dinamai tentara yang membuat traumanya dulu berubah menjadi dendam yang mendalam, dan tekadnya untuk melawan menjadi semakin kuat.

Tanpa ragu, Albar memanfaatkan kekuatan dan kecepatan yang dimilikinya. Dengan busur dan panahnya, ia meluncurkan serangan yang mematikan ke arah para tentara yang masih sibuk mengejar dan menembaki serigala-serigala. Keahliannya yang terlatih dalam berburu dan pertahanan diri segera membuat para tentara itu terkejut.

Unik dia menyerang para tentara sambil bersembunyi, dengan lihai menargetkan dada kiri mereka alias jantung, dengan gesit mengambil anak panahnya dan mulai menembak ke arah tentara. Pertempuran pun pecah di tengah hutan yang gelap.

Harimau putih, yang menyaksikan dengan mata cemas dari kejauhan, melihat pemiliknya melibatkan diri dalam aksi pemberontakan yang mendebarkan. Albar dengan cepat dan lihai mengelabui para tentara, membuat mereka terombang-ambing di antara dedaunan dan pohon yang rimbun.

Pertempuran yang sengit, Albar berhasil membunuh beberapa tentara. Namun, pertempuran itu tak berlangsung lama. Kekuatan para tentara terlalu besar, dan jumlah mereka terus bertambah.

Jebakan yang simpel pun mereka buat dengan bersembunyi dibalik semak-semak sambil memperhatikan dimana anak liar itu muncul menurut mereka, begitu posisi Albar terdeteksi dengan kejam mereka melemparinya dengan granat flashbang, begitu granat itu meledak menciptakan buta dan tuli untuk sesaat dalam radius 10 meter.

Akhirnya tiba-tiba, Albar menyadari bahwa dia telah terjebak, dia jatuh dari dahan pohon karena granat tersebut. selang beberapa menit ketika dia sadar dan penglihatannya kembali didepannya ada lebih banyak tentara penjajah muncul dari balik pepohonan dan semak-semak, mengelilinginya dengan senjata siap tempur.

Saat mereka menahan Albar, harimau putihnya muncul dari kegelapan, mata yang menyala dengan kemarahan dan kesedihan. Albar melihat bahwa saatnya telah tiba untuk memberikan isyarat perpisahan bahwa ia telah menyerah. Meskipun ditahan, hatinya masih penuh dengan tekad untuk melindungi sahabat langkanya.

“Hei, bocah! Apa kau tidak tahu ini adalah wilayah terlarang?” bentak mereka dengan kasar.

“....” Albar diam tak bersuara

“Kenapa kau diam saja? Kamu tahu apa konsekuensinya?”

“......”

“(Mengancam) Kita bisa menghancurkan hidupmu, tahu? Ayo bicara!” Salah seorang tentara menodong senjata kearah Albar mendorongnya dengan moncong senjata yang masih panas bekas tembakan tapi dia tidak membalas satu kata pun.

“Kau pikir kau hebat karena hidup di hutan? Kami punya senjata, tahu?”

“.......”

“Dasar anak liar. Kita bisa melukaimu, kita bisa melukaimu sungguh-sungguh!.., (menyeringai) Kau akan menyesal telah melawan kami. Temanmu di hutan juga akan merasakannya.” Tentara semakin marah, merasa frustrasi oleh keheningan Albar yang tidak berubah.

“Kamu memilih untuk tetap diam, huh? Baiklah, siapkan dirimu untuk menghadapi konsekuensinya.” Albar tetap tidak merespon, mempertahankan ketenangannya meskipun diikat dan dihadapkan pada tentara yang penuh amarah.

“Bawa dia pergi. Mari kita lihat apakah dia akan tetap sekuat ini setelah kami memberikan sedikit pelajaran. Dan jangan lupa, kami akan menghancurkan teman-temanmu di hutan.” Albar diangkat dan ditarik oleh tentara, meninggalkan hutan yang sekarang dipenuhi dengan ketidakpastian dan ketidakadilan.

Meskipun Albar akhirnya kalah dan tertangkap oleh para tentara, ia merasa lega tahu bahwa harimau putihnya aman. Dalam kegelapan malam yang penuh tantangan ini, Albar menemukan kekuatan yang tak terduga dalam tekadnya untuk melindungi hutan dan sahabat setianya.

Dengan hati yang tegar dan tekad yang kokoh, ia bersiap menghadapi nasibnya yang tidak pasti, tahu bahwa harimau putihnya masih bebas di dalam kegelapan hutan yang menjadi rumah mereka.

Di hutan belantara, Albar, anak liar yang sudah terbiasa dengan kebebasan alam, tiba-tiba dihadapkan pada tentara yang misterius. Tanpa kata, mereka membawanya ke dalam ruang interogasi yang kelam. Albar merasakan kecemasan melanda, tak pernah mengenal batasan seperti ini sebelumnya.

Dalam ruang yang dingin itu, dia dihadapkan pada pertanyaan tanpa henti. Albar, dengan mata liar dan sikap pemberontaknya, menolak untuk memberikan jawaban yang diinginkan para tentara. tanpa ampun, mulai menggunakan metode intimidasi dan siksaan untuk menaklukkan semangat bebas yang mengalir dalam diri Albar.

Meski disiksa, Albar tetap teguh, tak ingin tunduk pada kekuasaan yang mencoba mengekangnya. Dalam setiap kejadian, percakapan singkat yang terjadi di antara mereka mencerminkan kegigihan Albar dan ketidakberdayaan tentara yang berusaha menaklukkan sifat liar anak tersebut.

“(Dengan ketegasan) Kalian takkan pernah bisa mematahkan semangatku!”

“Berikan informasi yang kami butuhkan, atau hadapi konsekuensinya!” dengan frustrasi tentara menayangkan pertanyaan itu untuk kesekian kalinya.

Sementara berlanjut, Albar mempertahankan kehormatannya, menjaga rahasia yang melekat pada hidupnya. Dalam kegelapan ruang interogasi, perlawanan Albar menjadi simbol kebebasan yang sulit dijinakkan.

“(Dengan nada tegas) Waktu terus berlalu, Nak. Mengapa kamu begitu keras kepala? Berbicaralah, dan ini bisa selesai.”

“(Pandangan tajam) Aku tidak akan mengkhianati kebebasanku. Lebih baik mati daripada menjadi tawanan kalian.”

“(Menyeringai) akhirnya kamu bicara, apa kamu tau kamu akan menyesal atas pilihanmu, anak liar.”

Percakapan terhenti sejenak ketika tentara memperburuk siksaan. Albar, meski dalam penderitaan, tetap menunjukkan keberanian yang tak tergoyahkan.

“(Gigi gemeretak) Apa yang kalian cari tidak akan kalian dapatkan dariku. Aku bukan boneka kalian.”

“(Menghela nafas) Kamu akan menyadari kesalahanmu suatu hari nanti. Kenapa begitu keras kepala?”

“Karena kebebasan adalah hakku, dan takkan pernah aku serahkan begitu saja.”

“Ohh begitukah!”

Percakapan itu menjadi medan perlawanan batin Albar, yang meski tubuhnya lemah, semangatnya tetap kuat. Tentara, meski berusaha, merasakan kegagalan mereka menundukkan anak liar ini. Ruang interogasi dipenuhi dengan ketegangan dan tekad yang tak tergoyahkan. Keputusan akhir pun mereka ambil, sebuah pulpen dengan ujung yang begitu tajam dengan mata mengarahkan ke tangan Albar

Jleb....

...֎֎֎...

1
Lil Moonlight
nangis bombay ni thor, gantian sih ga mau tau 😜😜😜
Lil Moonlight
mengatan? 🤔
Khabar: mkasih sudah mengingatkan
total 1 replies
🍒⃞⃟🦅🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ
semangat nulisnya kak ceritanya bagus 👍👍
🎀
Awal aja udah sedih
piyo lika pelicia
hedeh 😮‍💨 mengapa harus menyusup jika kamu bisa masuk dengan mudah
piyo lika pelicia: hhhhh 😂
Khabar: Albar be like: apa itu kesetrum, ke sambar petir aja udah /CoolGuy/
total 4 replies
piyo lika pelicia
jangan lah telanjang kau bahaya nanti 😂
piyo lika pelicia
Weh itu bahaya lepasin aja 😫
piyo lika pelicia
adik nya kenapa
piyo lika pelicia
woh belut listrik ya 😦
piyo lika pelicia
ular tikar kah 🤔
piyo lika pelicia
"Sepertinya
piyo lika pelicia
orang yang baik ☺️
piyo lika pelicia
heem sedih yah hidup nya.🙁
piyo lika pelicia
"Iya
piyo lika pelicia
"Bunda
piyo lika pelicia
"Cepatlah
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
"Ahkk.... sial,
piyo lika pelicia
aduy 😫
piyo lika pelicia
semangat kak ☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!