NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikahi Pembantu

Terpaksa Menikahi Pembantu

Status: tamat
Genre:Tamat / Single Mom / Janda / Pengantin Pengganti / Pengganti / Dijodohkan Orang Tua / Pembantu
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: D'wie

Madava dipaksa menikah dengan seorang pembantu yang notabene janda anak satu karena mempelai wanitanya kabur membawa mahar yang ia berikan untuknya. Awalnya Madava menolak, tapi sang ibu berkeras memaksa. Madava akhirnya terpaksa menikahi pembantunya sendiri sebagai mempelai pengganti.

Lalu bagaimanakah pernikahan keduanya? Akankah berjalan lancar sebagaimana mestinya atau harus berakhir karena tak adanya cinta diantara mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gengsi

Setibanya di kantor, Madava masih saja uring-uringan. Ia bingung dengan perubahan sikap Ayu yang begitu mendadak. Padahal ia sudah sering melihat sikap Ayu yang seperti ini, tapi karena biasanya Ayu tetap berusaha bersikap baik bila di depan Rafi, tapi anehnya pagi tadi Ayu terus saja cemberut. Madava jadi berpikir, apa ia sudah melakukan kesalahan yang tidak ia sadari?

"Apa ya? Apa aku ada buat salah? Tapi apa?" gumam Madava sambil mengetuk-ngetuk jari telunjuknya ke atas meja.

Tiba-tiba Madava terpikir ingin mengirim pesan pada Ayu. Ia pun segera mengeluarkan ponselnya untuk mengirimkan pesan. Bahkan ia sengaja mengambil foto sedikit narsis untuk ia kirimkan pada Ayu.

Namun saat membuka WhatsApp di ponselnya, ia tidak menemukan kontak Ayu sama sekali. Ia tercenung kemudian menepuk dahinya keras.

"Astaga, laki macam apa sih gue sampai nomor ponsel bini aja nggak nyimpen!" omelnya pada diri sendiri.

Madava lantas teringat, ia pernah melihat ponsel Ayu yang super jadul. Ia pun seketika tersenyum.

"Ah, bagaimana kalau pulang nanti aku belikan dia handphone! Ayu pasti seneng!" Madava tersenyum begitu lebar membayangkan Ayu akan tersenyum bahagia setelah menerima handphone darinya.

"Senyum-senyum sendiri, udah kayak orang gila loe!" sindir Asrul yang tiba-tiba saja masuk ke dalam ruangan Madava.

Senyum Madava seketika berubah kecut. Entah mengapa, kini setiap melihat Asrul bawaannya kesel melulu.

"Nggak sopan banget. Masuk ruangan orang main slonong aja," balas Madava sengit.

"Si yang paling sopan. Cih, biasanya juga gini."

"Mau ngapain loe ke sini! Kerja sono, kerja."

"Ini juga gue mau kerja. Gue mau minta tanda tangan loe."

"Buat apa?"

"Buat laporan barang masuk. Dah, tanda tangan aja! Ribet amat."

"Nanti lah. Nanti gue periksa dulu."

"Etdah, kenapa mesti periksa-periksa segala? Timbang tinggal tanda tangan doang, selesai."

"Loe pikir ini perusahaan bapak moyang Loe, Rul, yang bisa seenak jidad loe aja. Entar kalau ada apa-apa, gue juga yang kena," kesal Madava.

"Loe kok ngomong gitu? Loe nggak percaya gue? Gini ya, semenjak nikah sikap Loe berubah banget."

"Berubah apanya? Gue merasa masih kayak biasa aja tuh."

"Nggak. Loe berubah. Loe jadi semakin sinis sama gue, mana sibuk sama anak bini loe aja, terus makin songong juga."

Madava terkekeh. "Gue sibuk sama anak biji gue, ya wajar. Daripada loe, sibuk sama anak bini orang, itu baru nggak wajar," balas Madava membuat wajah Asrul merah padam.

"Sialan Loe, Va! Baru punya bini janda pembantu aja songong banget."

"Tapi janda pembantu ini juga yang sempat membuat loe tertarik, iya 'kan?"

"Cih, mana ada. Sebenarnya ya, gue itu cuma mau ngetes tu perempuan aja. Takutnya dia punya niat jelek ke elo. Gue juga mau nunjukin kalau dia itu bukan perempuan baik-baik."

"Jangan sembarangan bicara loe, Rul! Loe nggak tau apa-apa tentang ayu. Mending loe keluar dari sini sebelum muka loe gue buat babak belur di sini," sentak Madava yang membuat Asrul menggeram kesal. Ia pun segera keluar seraya membanting pintu.

Brakkk ...

"Brengsek!" umpat Asrul kesal. Tiba-tiba ponsel Asrul berdering. Ia pun segera mengangkat panggilan yang ternyata dari mamanya itu. Asrul diminta pulang ke rumah sesegera mungkin. Asrul awalnya menolak, tapi sang ayah ikut angkat bicara membuat Asrul terpaksa mengiyakan.

Asrul pun terpaksa izin pulang lebih cepat. Bagaimanapun, ia hanya budak korporat di sana. Ia tidak bisa pergi seenaknya saja. Setelah mendapatkan izin, Asrul pun segera pulang. Namun sesuatu yang tidak pernah ia duga sebelumnya terjadi di rumah.. sesampainya di rumah, ia justru mendapatkan sebuah tamparan yang begitu kuat dari sang ayah.

"Bapak apa-apaan sih? Kenapa aku tiba-tiba ditampar?" ucap Asrul dengan suara meninggi.

"Kau masih tanya kenapa? Liat ke sana, kau pasti mengenal siapa perempuan itu! Iya 'kan!" teriak ayah Asrul.

Asrul pun mengedarkan pandangannya. Matanya seketika terbelalak saat melihat sosok perempuan yang amat sangat ia kenali sudah duduk dengan bersimbah air mata di pelukan sang ibu.

"Via ... "

...***...

Dengan bersemangat, Madava masuk ke sebuah toko yang menjual berbagai macam dan jenis ponsel. Ia melihat-lihat, saat ada yang terlihat menarik, Madava pun meminta karyawan toko itu menjelaskan spesifikasinya.

"Bagaimana dengan kualitas kameranya?"

"Kameranya juga canggih, Kak. Lihat, di zoom seperti ini pun hasil foto tetap jelas dan jernih. Nggak pecah-pecah," jelas karyawan toko itu.

Madava menganggukkan kepalanya. Ia suka dengan ponsel yang barusan karyawan toko itu tunjukkan. Ia juga membeli case yang lucu untuk ponsel Ayu. Ia tersenyum sendiri membayangkan ekspresi Ayu yang sumringah.

Saat karyawan mengemas ponsel yang baru saja selesai dibayar, Madave memperhatikan etalase yang berisi tablet khusus anak-anak. Seketika ia mengingat Rafi. Tablet yang dilihatnya itu didesign khusus anak-anak. Di dalam terdapat banyak aplikasi permainan maupun belajar yang bagus untuk anak-anak. Madava lantas membeli satu untuk Rafi. Setelahnya, ia pulang ke rumah.

Setibanya di rumah, Madava terkejut saat melihat Rafi sedang memainkan mobil remote control yang pernah ia buang ke kotak sampah karena kecewa melihat Rafi yang begitu bahagia memainkan mobilan pemberian Asrul. Tapi melihat Rafi pun bahagia dengan mobilan remote control yang ia beli membuat hati Madava membuncah bahagia.

"Assalamu'alaikum," ucap Madava.

"Wa'alaikumussalam," jawab Rafi dan Ayu serempak.

"Wah, Rafi lagi main mobilan ya!"

"Iya. Papa, makasih ya mobilannya, Rafi suka," ujar bocah laki-laki itu membuat Madava tersenyum haru.

"Iya, sama-sama. Oh ya, Papa ada hadiah untuk Rafi. Lihat!" Madava mengangkat salah satu paper bag yang ada di tangannya ke atas. Ayu hanya diam saja memperhatikan interaksi keduanya.

"Ini. Bukalah!" Madava memberikan paper bag itu pada Rafi. Rafi menerimanya dan langsung membukanya. Ia bersorak gembira saat melihat isinya.

Setelah mengajari Rafi menggunakan tablet miliknya, Madava pun mengajak Ayu masuk ke dalam.

"Ini untukmu." Madava menyerahkan paper bag lainnya pada Ayu.

"Ini ... Untukku?"

"Ya."

Ayu pun menerima paper bag itu dan membukanya. Ayu benar-benar terkejut saat melihat isinya. Tapi rasa dongkolnya ternyata masih bersisa jadi ia berpura-pura biasa saja. Padahal dalam hati ia bersorak senang sama seperti Rafi. Bagaimanapun, baru kali ini ia bisa memiliki hp mahal dan canggih. Sejujurnya, ia pun sudah lama menginginkan ponsel seperti ini, tapi sayang ia tidak mampu membelinya. Dalam hati Ayu benar-benar terharu. Tapi ia tidak mau menunjukkan hal itu.

"Oh. Terima kasih," ucap Ayu singkat. Madava sampai speechless mendengarnya.

"Hanya 'oh, terima kasih?'. Begitu saja?"

"Memangnya aku harus bagaimana? Menari-nari, berjoget? Goyang dombret? Goyang gergaji? Patah-patah? Atau jingkrak-jingkrak?" tanya Ayu dengan memasang ekspresi polos.

"Bu-bukan begitu juga. Duh, ya sudahlah, terserah!" Madava membalikkan badannya kemudian menaiki tangga meninggalkan Ayu yang kini sudah tersenyum lebar.

Saat Madava mulai menjauh, Ayu pun berjingkrak-jingkrak kegirangan. Ia senang sekali. Sangat-sangat senang.

Tanpa ia sadari, ternyata Madava sedang memperhatikannya dari kejauhan. Tadi ia bermaksud ke dapur untuk mengambil minum terlebih dahulu, tapi saat melihat Ayu yang jingkrak-jingkrak, Madava menghentikan langkahnya.

Ia justru membalikkan badannya naik lagi ke atas. Senyumnya mengembang. Lalu ia terkekeh sendiri.

"Dasar gengsian!" gumamnya sambil tertawa sendiri.

...***...

...Happy reading 🥰 🥰 🥰 ...

1
aryuu
ngakakk
aryuu
om itu syaiton Rafi.... sabar ya nak
aryuu
ayu aku suka aku suka sama sikap kamu/Drool/
aryuu
bismillah yu... kamu bisa/Good/
aryuu
kok aku bahagia ya si ayu cuek/Facepalm/
aryuu
ibu ngidam apaan sihhh anaknya kok beneran monster gini /Facepalm/
aryuu
ayuuu wanita yang kuatttt dan tangguh rupanya ... mantap yu/Good/
aryuu
gogog bener si madava ini /Chuckle/ maaf keceplosan memaki/Grin/
aryuu
mantap buuu
Tri Andy
trimakasih cerita nya bagus👍
Miyagi Mitsui
terlambat.kau tidak pas dengan ayu Rafa...hatimu goyah ,cintamu tidak utuh..kepercayaanmu rapuh
Miyagi Mitsui
enak kan kena cerai
Miyagi Mitsui
thorr pakar psycology
Miyagi Mitsui
Asrul pebinor
Dahlia Kartono
👍👍
Miyagi Mitsui
tetap salah bagi masuk lelaki tanpa izin suami
ALNAZTRA ILMU
nah tanggungjawab ayu
ALNAZTRA ILMU
ninu ninu😅😅
ALNAZTRA ILMU
terkena virus cinta on the way kebucinan banget🤣🤣🤣🤣
ALNAZTRA ILMU
ini barusan aku terus ketawa🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!