NovelToon NovelToon
Catatan Hanna

Catatan Hanna

Status: tamat
Genre:Teen / Tamat / Keluarga / Persahabatan / Kontras Takdir
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Saat tidak ada teman yang dapat mendengar keluh kesahnya, Hanna menorehkan semua uneg-unegnya di buku hariannya. Tentang cinta, teman, dan keluarga, semua ada di sana.

Hidup Hanna yang begitu rumit, membuat dia kadang-kadang frustasi, namun dia tetap harus kuat menghadapi ombak kehidupan yang terus menghantam.

Ikuti kisah hidup Hanna di "Catatan Hanna."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam Penuh Kejutan

Saat kakak ingin memasuki gang perumahan kami, aku buru-buru menyuruhnya untuk putar haluan.

"Kak, ke apotik dulu. Aku mau beliin obat buat ibu."

"Ibu masih belum sembuh?" tanya kak Yuni, dia memutar badannya ke belakang, menatap aku yang masih duduk di jok motornya.

"Iya, enggak biasanya ibu sakit kayak gini," ucapku.

"Namanya juga orang tua, Hann. Kamu jangan mikir yang enggak-enggak," ucap kakak. Dia mencoba menenangkan perasaan aku.

Kini kami memutar arah, menuju apotik Bunda untuk membeli obat buat ibu.

Entah kenapa pikiranku tak pernah berhenti memikirkan tentang bang Erick, aku ingin menanyakan alasan dia kerja sama mbak Santi. Tapi kalau aku menanyakan alasannya, aku takut dikiranya terlalu kepo sama hidup lelaki itu.

Aish, benar-benar membuat aku tidak fokus, sekarang aku sudah kembali berada di rumah. Setelah selesai melaksanakan shalat magrib, aku mengajak ibu untuk makan malam. Akhir-akhir ini pekerjaan rumahku juga semakin banyak, karena ibu sedang tidak sehat.

"Bu, makanannya Hanna bawa aja ke kamar ya?"

"Enggak perlu sayang, ibu ke dapur aja ambil nasi sendiri, lagian tubuh ibu juga sudah lebih mendingan sekarang." Ibu tersenyum sumringah padaku.

Kami berjalan beriringan menuju dapur, semua makanan sudah aku susun rapi di atas meja makan. Ibu kembali tersenyum saat melihat bubur ayam buatanku, sudah lama ibu ingin aku membuatkan bubur ayam untuknya, namun baru kali ini aku memenuhi keinginannya.

"Tumben kamu buatin bubur ayam, biasanya tiap ibu suruh bikin, kamu ada aja alasannya," ujar ibu.

"Hanna enggak pengen Ibu sakit, Hanna ingin Ibu sehat-sehat aja. Setelah ini, Ibu enggak boleh kecapean lagi, apa pun yang Ibu inginkan pasti Hanna penuhi, dan pekerjaan rumah biar semua Hanna yang kerjakan. Ibu duduk dan istirahat aja, sudah tiba waktunya Hanna untuk membahagiakan Ibu."

Ibu menatapku dengan begitu dalam, beliau terharu mendengar ucapanku. "Hanna, kamu sudah dewasa, Nak. Kamu sudah bisa hidup mandiri, ini membuat ibu sedikit lebih tenang, dan ibu akan lebih bahagia kalau kamu sudah punya pendamping hidup."

Lagi dan lagi, obrolan kami jadi berputar ke arah lamaran keluarga Rian. Ibu tentunya ingin aku menetapkan pilihan pada Rian, huffhh! Aku benar-benar bingung.

"Bu, kita makan dulu aja ya. Ngobrolnya nanti aja. Ibu juga pasti sudah lapar, Ibu harus makan yang banyak." Aku meletakkan beberapa sendok nasi ke dalam piring di depan ibu, terdengar helaan nafas panjang ibu. Mungkin ibu kecewa dengan sikapku tadi yang memutuskan obrolannya, biar saja, lagian aku sedang tidak ingin membahas tentang Rian.

Aku sudah mencoba menelponnya tadi sore, tapi dia sama sekali tidak merespon. Ayu juga berperilaku sama, dan tingkah mereka semakin membuat aku curiga.

 ----

 ----

Baru saja aku hendak merebahkan tubuhku sejenak ke atas sofa yang empuk ini, tiba-tiba aku mendengar suara Rian dan omanya mengucap salam.

Aku tertegun, perasaan yang tadinya tenang kini berubah gelisah.

Ibu sudah kembali ke kamarnya, haruskah aku pura-pura tidak mendengar saja panggilan mereka? Namun, jam masih menunjukkan pukul 20:30, terlalu awal kalau aku tidak membuka pintu dengan alasan sudah tertidur.

"Ngapain Rian ke sini, jangan-jangan---"

Aku tidak bisa berpikir waras saat ini, pikiranku malah mengatakan kalau dia mau melamar aku.

"Assalamualaikum."

"Hanna, Bu Erni!"

Itu suara oma Desi, neneknya Rian. Dengan agak malas aku berjalan menuju ruang depan untuk membuka pintu. Namun ibu juga sudah keluar dari kamarnya, ibu sudah memakai pakaian yang lebih bagus, ini tandanya ibu sudah tahu kalau malam ini Rian dan oma Desi bakal datang kemari.

"Ibu," panggilku seketika.

Ibu menoleh dan tersenyum senang. "Cepat ganti baju yang lebih sopan lagi, Hann. Sepertinya keluarga Rian sudah datang!"

Begitu tiba-tiba, ibu sudah merencanakan semuanya. Kenapa tidak meminta persetujuan dari aku dulu?

Aku tidak punya waktu lagi, gegas aku berlari menaiki tangga, masuk ke kamarku yang ada di lantai dua, dan mulai memilih baju yang kira-kira pas untuk aku pakai malam ini.

"Rian, cowok itu sama sekali tidak membalas chatt dari aku, tapi sekarang malah datang ke sini sama oma Desi. Sebenarnya apa sih yang direncanakan sama anak itu?"

Mulutku tak bisa berhenti mengomel, semuanya serba dadakan.

Tadi sore aku sudah meminta pendapat kakak, dan dia katanya setuju kalau aku sama Rian. Semua orang setuju, tapi tidak dengan hati aku yang mulai diselimuti keraguan.

"Hanna, sebelumnya oma sudah membicarakan hal ini sama ibu kamu, dan beliau setuju. Sekarang oma mau tanya sama kamu, apa kamu mau menjadi calon istrinya Rian? Oma tahu kalau kalian saling mencintai," ucap oma.

Aku menunduk diam, namun mata ini tetap masih bisa memperhatikan ekspresi Rian yang duduk di samping oma, tepat di depan aku dan ibu.

Aku terdiam cukup lama, hanyut dalam pikiranku sendiri, teguran ibu mengagetkanku seketika.

"Hann, kamu sudah janji kan mau buat ibu bahagia?" bisik ibu di telingaku.

Sungguh, jika ibu sudah bicara seperti ini, aku tidak bisa menolaknya. Meski hati aku mulai tidak yakin dengan Rian. Aku menatap Rian cukup dalam, tidak lagi menundukkan wajah seperti tadi. Kini aku melihat dia tersenyum, tidak terlihat rasa terpaksa di wajahnya.

"Hanna setuju Oma." Aku mengangguk, dan mereka semua tersenyum bahagia. Oma Desi memasangkan cincin di jari manisku, cincin yang begitu cantik. Jujur, di hatiku juga mengalir rasa bahagia.

Setelah Rian dan oma Desi menikmati jamuan dari kami, aku meminta izin untuk ngobrol berdua sama Rian di teras depan. Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan sama cowok itu terkait hubungannya sama Ayu.

"Malam ini dingin banget ya, Hann," ucapnya mengawali obrolan kami.

"Iya, sedingin sikap kamu ke aku sekarang," jawabku gamblang.

Rian menatapku dengan tatapan tajam, sudah tentu dia terkejut dengan omonganku barusan.

"Kamu kok ngomongnya gitu sih, Hann. Kita sekarang kan sudah punya hubungan yang kuat, kamu calon istri aku. Setelah selesai kuliah bulan depan, kita akan nikah. Mama sama papa aku sudah nyiapin semuanya," ucap Rian.

Ternyata banyak yang aku tidak tahu, kenapa dia tidak mengatakan hal ini sama aku, ini membuat aku heran.

"Kamu tidak kasih kabar, aku telpon, aku Wa, enggak ada satu pun yang kamu respon. Kenapa kamu seperti menjauh dari aku akhir-akhir ini?"

Sekarang yang aku inginkan adalah kejujuran, sebelum semuanya terlambat. Kami baru bertunangan, dan belum ada kata terlambat untuk mengakhiri hubungan yang tidak pasti ini.

"Kamu mulai ragu?"

"Kamu yang membuat aku ragu." Aku memalingkan wajah ke arah lain, tidak ingin bertatap langsung dengan Rian.

"Kamu sibuk, aku tahu kamu kerja. Kamu lagi punya banyak masalah, aku hanya tidak ingin mengganggu, tapi kamu juga melakukan hal yang sama kan?"

"Maksud kamu?"

"Aku telpon kamu beberapa kali, aku mau nanyain soal lamaran ini, tapi kamu reject terus. Kenapa?"

Kini giliran aku yang dibuat mati kutu, aku sadar kalau Rian juga tak sepenuhnya bersalah. Dia memang sudah menghubungi aku beberapa kali, tapi aku reject begitu saja. Saat itu aku sedang tidak mood, mungkin ini juga yang membuat Rian dekat dengan Ayu. Tapi kalau ku ingat-ingat sekali lagi, aku mulai mengabaikan Rian saat aku memergoki dia dan Ayu berboncengan pergi ke Cafe sore hari itu.

"Kamu ingat kan?" Rian kembali bertanya.

"Mari jujur satu sama lain!"

"Tentang apa? Tidak ada yang aku tutupi dari kamu," jawab Rian. Entah jawabannya ini benar atau tidak, belum bisa dipastikan.

"Kamu dan Ayu, kalian berdua punya hubungan apa?"

Reaksi Rian begitu cepat, pertanyaanku seolah memancing emosinya.

"Kenapa bawa-bawa Ayu?"

"Rian, tolong jujur sama aku! Kamu punya hubungan apa sama dia?" tanyaku mendesaknya. Aku tidak ingin salah mengambil keputusan, kalau memang cintanya sudah berlabuh di orang lain, maka tak seharusnya pertunangan ini berlanjut, cincin ini tidak sepantasnya tersemat di jariku.

Ada sesak yang terus ku tahan, dia tahu perasaan aku. Rian orang yang paling dekat dengan aku, dia dan Ayu, dua orang yang tidak ingin aku sakiti hatinya.

"Hanna, aku dan Ayu tidak punya hubungan apa-apa. Kami temenan, jangan salah paham!"

"Tapi, Rian...aku lihat kamu jalan sama Ayu, itu sudah terjadi beberapa kali. Kalian terlihat begitu akrab, kamu enggak bisa ngebohongi aku," lirihku. Rian mencoba meraih tanganku, tapi aku menepis tangannya dengan kasar.

"Oeh, maaf. Aku lupa," ucap cowok itu sambil menunduk.

"Hann, aku memang beberapa kali jalan sama Ayu, itu pun karena aku enggak tahu mau ngajak siapa, kamu kan sibuk. Aku juga pernah ngajak dia ke toko baju, aku ajak dia untuk nemenin aku milih baju buat kamu, sebentar lagi kan kamu ulang tahun," ucap Rian menjelaskan. Apa benar cuma itu alasannya? Haruskah aku percaya pada sesuatu yang hatiku sendiri tidak yakin, namun aku juga tidak punya bukti yang kuat untuk membuktikan kalau mereka punya hubungan di belakang aku.

1
* bunda alin *
dan indah pada waktu nya 🥰
P 417 0
semoga kita semua selalu di berikan kesehatan ,kebhagiaan dan keberkahan/Pray//Pray/
P 417 0
hmmm.bner2 di tamatin/Sleep//Sleep/
P 417 0
perasaan yg mbulet/Drowsy/
* bunda alin *
tap tap tap ..
P 417 0
tamat/Sleep/
* bunda alin *
tegang bgt ,, 😱
P 417 0
/Drowsy//Drowsy/tuh kan akibatnya klo terlalu baik
P 417 0
/Proud//Proud//Proud/hmmm bner2 polos
P 417 0: ntah/Silent/
🥑⃟Riana~: apanya yg polos/Sweat/
total 2 replies
P 417 0
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/rekomendasi yg bgus
P 417 0
ajaran yg baik bkl jdi baik hasilnya/Smile/
* bunda alin *
malang nya Hanna,,, selalu di hinggapi hal yg tdk terduga
ayo donk .. kapan Hanna bisa bahagia ... 💜
P 417 0
hmmmm .berarti ada dalng lain juga/Speechless/
🥑⃟Riana~: Anda/Shame/
P 417 0: sapa🙄
total 4 replies
P 417 0
oooo.ternyata bgas /Sleep//Sleep/
🥑⃟Riana~: hooh 🤧
total 1 replies
P 417 0
sapa sih sebnernya/Drowsy//Drowsy/
P 417 0
ooh tk kira abis gitu aja/Facepalm//Facepalm/
P 417 0
sepertinya obrolan di atas sedikit kurang mnurt aku/Silent/
🥑⃟Riana~: Harus ditambah lagi? kamu aja yg nambah kk/Sweat/
total 1 replies
* bunda alin *
tq sdh up ,, next thor
P 417 0
kita udah berapa tahun ya🤣🤣🤣🤣
P 417 0
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/klo ngliat di reel mngkin lbh seru kali ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!