Kau Goda Suamiku Ku Ambil Suamimu

Sekembalinya Mila ke rumah, Rega menyambutnya dengan kata penuh maaf, meski ia ingin marah jika mengingat istrinya pergi dengan Arya.

“Mil, aku minta maaf sudah sejauh ini membuatmu sakit. Aku hanya ingin kita perbaiki semuanya, beri aku kesempatan. Aku sangat mencintaimu,” tutur Rega menggenggam kedua tangan Mila.

“Ya, lupakan saja semuanya,” ujar Mila datar.

“Jadi, kamu mau kalau kita memperbaiki semuanya dan memulainya dari 0 lagi?” tanya Rega tersenyum sumringah.

Terdiam, Mila mengangguk.

Seketika Rega memeluk erat istrinya.

Sejujurnya, Mila sudah muak dengan semua ini. Tapi, ia harus tetap bertahan demi kelancaran rencananya bersama Arya. Ia juga berusaha meyakinkan dirinya agar tak goyah dan luluh. Setiap kali ia akan luluh, ia berusaha mengingat sakit hati yang Rega torehkan.

“Aku bisa paham kamu memang sedang jenuh kemarin. Mungkin, itu juga salahku yang tak memperhatikanmu. Aku juga minta maaf karena tak bisa menjaga jarak dengan Arya, aku tak ada maksud apa pun dengannya,” lanjut Mila yang langsung dihentikan oleh Rega.

“Aku tahu kamu bukan wanita seperti itu. Aku sudah maafkan semuanya. Yang sudah, biar lah berlalu,” pinta Rega kembali memeluk istrinya.

Sama halnya dengan Arya yang kini mulai bersikap hangat pada istrinya, membuat Selia memastikan suaminya itu benar-benar berubah. Arya bahkan meminta maaf karena telah pergi bersama Mila. Ia juga merasa tak seharusnya membela Mila di depan Selia dan membentak istrinya di depan orang lain.

“Aku paham mengapa kemarin kamu sampai selingkuh. Seharusnya, kamu bisa mengingatkanku baik-baik jika ada yang salah dariku. Maafkan aku,” ujar Arya penuh rasa sesal.

“Aku yakin jika pada akhirnya, kamu bisa paham dengan apa yang aku mau. Aku juga yakin, kemarin kamu hanya berpura-pura dekat dengan Mbak Mila,” ungkap Selia tersenyum puas, karena rencananya telah berhasil hingga membuat mereka mengakhiri semua permainan ini.

“Ya, jelas. Mila bukan tipeku,” jawab Arya singkat.

***

Keesokan harinya, Selia sengaja ikut dengan Arya ke kantor. Ia ingin bertemu Mila. Masih ada rasa kesal dalam dirinya.

“Aku yakin, sedari awal kalian memang sengaja hanya ingin balas dendam. Karena aku tahu, Mas Arya tidak mungkin menyukaimu. Sekelas Mas Rega saja bisa kepincut denganku dan bisa mengkhianati Mbak Mila. Tapi, tidak dengan Mas Arya yang dengan mudahnya bisa tertarik dengan perempuan seperti Mbak Mila,” goda Selia tanpa nurani.

“Bangga kamu bisa menggoda suami orang? Harusnya kamu bersyukur Arya mau memberimu kesempatan,” ungkap Mila.

“Hm, ya, karena Mas Arya sangat mencintaiku, jadi dia juga tak mungkin mau berpisah denganku. Aku adalah perempuan yang sulit didapatkan. Kemarin itu hanya gertakannya saja. Justru, yang aku takutkan itu Mas Rega. Dia bilang sangat jenuh dengan pernikahannya, dan baginya, memiliki hubungan dengan perempuan berusia di bawahnya itu lebih menyenangkan. Jadi, Mbak Mila hati-hati saja. Apalagi, Mbak Mila tak kunjung bisa hamil. Mbak tahu, Mas Rega sempat bilang kalau dia menyesal menikahi Mbak karena tidak cek kesuburan Mbak Mila terlebih dulu. Kalau aku lihat, Mbak Mila memang membosankan. Sudah kepala 3, belum jadi ibu tapi perawakan sudah seperti emak-emak. Mungkin itu juga alasan Mas Rega tertarik denganku. Lihat badanku, Mbak. Aku sarankan Mbak Mila pergi ke klinik kecantikan deh,” ujar Selia membuat Mila sekuat tenaga bersabar.

Hingga saat sepulangnya dari kantor, Mila yang masih kepikiran akan ucapan Selia tadi pagi, menanyakannya pada sang suami.

“Kata Selia, kamu menyesal menikahiku?” Mila memastikan suaminya benar berkata demikian.

Gelagapan, Rega dibuat tertegun dengan pertanyaan istrinya. “Bukan begitu maksudnya, aku...”

“Seharusnya memang sedari awal kita cek kesehatan masing-masing, biar kamu tak salah memilih istri yang tak bisa memberikanmu anak,” lanjut Mila seketika membuat Rega tak enak hati.

“Bukan begitu maksudnya, Sayang. Aku tidak bilang menyesal, aku hanya...”

Meminta agar Rega tak lagi bicara, Mila tak ingin lagi membahasnya.

***

Dua bulan berlalu, hubungan kedua pasangan itu membaik. Tapi, keadaan ini justru dijadikan kesempatan oleh Rega dan juga Selia untuk kembali bertemu secara diam-diam. Pikirnya, anak buah Arya tak mungkin memata-matai mereka di kampus, apalagi setelah rumah tangga mereka tak lagi bermasalah.

Meminjam mobil milik teman kampusnya, Selia dan Rega pergi diam-diam.

“Mereka pasti mengira kita tak lagi berhubungan. Yah, syukurnya rencanaku kemarin berhasil. Benar katamu, Mas. Aku juga sedang merasa jenuh dengan pernikahanku yang begini-begini saja. Denganmu, sedikit bisa mengobati kejenuhanku,” ungkap Selia bersandar manja di lengan kiri Rega yang sedang menyetir.

“Aku juga. Entah mengapa, suntuk sekali rasanya menjalani hari-hari seperti ini,” sahut Rega yang mengira Mila sudah melupakan semuanya.

Hal itu mereka lakukan berkali-kali saat Rega sedang tak ada kelas dan saat Selia sedang tak ada urusan di kampus. Sejujurnya, jam mengajar Rega tak sesibuk itu. Sebenarnya ia masih punya banyak waktu luang dan waktu itu lah yang ia pakai untuk kembali berselingkuh.

Sementara itu, pagi ini di kantornya, Arya memanggil Mila ke ruangannya.

Disodorkannya sebuah map di atas meja.

Akta cerai.

“Aku sudah bayar orang untuk mengurus semuanya agar cepat selesai, sejak gugatan kita waktu itu,” ujar Arya mantap.

Terdiam, Mila seperti setengah menyesal pada rencana mereka yang ingin diam-diam menggugat cerai pasangan masing-masing, saat kehidupan rumah tangga mereka tengah baik-baik saja.

Arya lalu kembali menarik map itu, lalu berganti menyodorkan ponselnya pada Mila, dan memutarkan sebuah video.

“Sepertinya kamu menyesal telah melepas lelaki seperti dia,” bubuhnya.

Dalam video itu, terekam jelas saat Rega dan Selia kembali pergi bersama dalam 1 mobil. Seketika nurani Mila runtuh. Ia yang mengira masih bisa memberikan kesempatan untuk suaminya, ternyata salah besar. Benar kata orang, selingkuh adalah penyakit yang sulit disembuhkan.

Mila lalu mengambil kembali map yang Arya sodorkan. “Apa kamu juga sudah memberikannya pada Selia?”

Mengangguk, Arya sedang mengirimkan berkas itu ke rumah orang tua Selia. Bahkan, mulai hari ini, Selia tak lagi bisa memasuki rumahnya, tempat tinggal mereka setelah menikah. Tak hanya itu, Arya juga mengirimkan semua barang-barang dan baju milik Selia, bersamaan dengan berkas itu.

“Apa mertuamu tidak mengataimu macam-macam nantinya? Tanteku tidak mungkin terima anaknya dicerai begitu saja.” Seketika Mila teringat akan tantenya, mama Selia.

Hanya tersenyum, Arya bisa memastikan semua urusannya akan beres dan tak perlu ada yang dikhawatirkan.

...****************...