Dara diam-diam suka pada murid baru disekolah nya namun sang cowok sudah memiliki kekasih yang merupakan murid populer di sekolah.
namun malam naas menimpa Dara jelita tepat di malam puncak perpisahan. tragedi yang merubah hidup seorang Dara Jelita hingga menjungkir balikan dunia dan impiannya. tragedi yang juga meninggalkan rasa benci mendalam terhadap Sagara, laki-laki yang menghancurkan hidup Dara.
Namun siapa sangka keduanya dipertemukan kembali saat mereka sudah sama-sama dewasa.
Pertemuan tak terduga antara dua anak manusia dan membuka satu rahasia yang pernah tersimpan didalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neng_86, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Daddy nya Iaz
"Mommy.... Kata Miss Popy, nanti kami akan berkunjung ke galeri seni dan disana banyak lukisan bagus. Iaz suka lukisan" cerita Ardiaz pagi ini saat Dara membantu nya untuk bersiap-siap ke sekolah.
Dara yang sedang sibuk menyiapkan buku-buku putranya menoleh. " Apa nanti akan ada yang mengawasi Iaz disana?" tanyanya khawatir. Pasalnya ia tak bisa menemani kegiatan sang putra.
"Hmm.... Banyak" Ardiaz menggangguk.
Dara bernafas lega. Setidaknya murid-murid akan ada yang mengawasi dan Dara beberapa hari lalu sudah mendapat pesan dari guru pembimbing Ardiaz tentang hal ini yang memang merupakan program rutin sekolah untuk mengenalkan anak-anak pada seni.
"Wah cucu Oma ganteng banget.... Wangi lagi .." sapa Oma Dewi saat Ardiaz tiba di meja makan.
Ardiaz langsung memeluk Oma Dewi dan tersenyum lebar menampakkan giginya yang ompong bagian depan.
Oma yang sangat menyayangi Ardiaz mencium pipinya dengan gemas.
"Oma udah sehat kan?" tanya Ardiaz sambil menunggu Dara yang sedang mengoles rotinya.
"Oma sudah sehat. Weekend nanti kita pergi jalan-jalan dengan Uti Indi dan juga aunty Ifa ya .." ujar Oma yang selalu melakukan itu di setiap akhir pekan.
Ardiaz mengangguk setuju.
"Mommy pergi kerja ya ... Iaz jangan nakal dan jangan jauh dari Miss dan teman-teman yang lain" ucap Dara saat menyerahkan Ardiaz pada guru pembimbing nya.
...----------------...
Dara tiba di kantor redaksi Corel setengah jam kemudian.
"Ra.... Bos minta kamu temui dia diruangan" ucap rekan kerja Dara.
Dara bergegas menuju lantai dua dimana ruangan Gara berada.
Ia mengetuk pintu dan masuk begitu dipersilahkan oleh Gara untuk masuk. Hubungan mereka hanya profesional seperti yang Dara minta.
"Nona Dara, bisa temani saya untuk menemui tuan Robert di galeri nya" pinta Gara tanpa menatap kearah Dara.
"Tapi saya sedang ada beberapa wawancara dengan narasumber yang lain. Bagaimana jika Asti yang menemani anda pak?" sahut Dara.
Gara menaikkan pandangannya menatap wajah Dara. " Tapi ini juga bagian dari wawancara narasumber " ujar Gara yang tak ingin dibantah.
Dara menghela nafas. Dengan sangat terpaksa ia menyetujui usulan Gara tanpa bantahan lagi dan disinilah mereka berdua berada. Di sebuah galeri seni dari pelukis muda berbakat yang sedang melakukan pameran seni lukis selama seminggu.
Dara mengamati satu persatu lukisan yang terpampang di dinding dan matanya menatap satu buah lukisan sederhana dan tak banyak memainkan banyak warna. Hanya hitam dan putih.
Lama Dara memandangi lukisan tersebut.
"Ini adalah jenis lukisan monokrom. Dan hanya memakai warna hitam dan putih. Lukisannya sendiri menggambarkan suasana hati seseorang yang sedang tidak baik-baik saja namun ia harus tetap berdiri demi seseorang yang ia cintai" Gara menjelaskan arti lukisan yang Dara pandangi.
Dara menoleh tanpa kata.
"Aku suka lukisannya dan aku juga banyak bertanya perihal arti dari karya terbaru dari mister Robert ini" jelas Gara meski tanpa Dara minta.
"Apa sudah selesai?" Dara mengalihkan pembicaraan.
Gara tersenyum tipis dan mengangguk.
"Sudah, ayo ..." ajak Gara yang berjalan mendahului Dara.
Sebelum pergi, sekali lagi Dara menoleh ke arah lukisan. "Sama dengan perasaan ku" Dara bermonolog sendiri.
Saat keduanya keluar dari galeri terdengar suara anak kecil yang memanggil. Dara mengenali suara tersebut.
Senyum terbit dari wajahnya.
"Mommy...." panggil Ardiaz begitu ia tanpa sengaja melihat mommy nya ditempat yang sama.
"Sayangnya mommy.... kita ketemu disini...." Sambut Dara yang langsung memeluk putra kesayangannya.
"Selamat siang Bu, tadi Ardiaz melihat anda dan meminta saya untuk mengantarkan nya kepada anda" sapa pembimbing Ardiaz.
"Iya tak apa Miss. Apa sudah selesai? jika sudah sekalian saja saya jemput Ardiaz. Apa bisa?" tanya Dara meminta izin.
Miss Popy mengatakan jika kelas Ardiaz hari ini telah selesai. Dan jika memang orang tua anak-anak mau membawa pulang dipersilahkan tanpa harus kembali ke sekolah.
Ardiaz bersorak senang. Namun matanya menangkap seseorang yang menatap nya tanpa berkedip sejak tadi.
Dara lupa jika ia sedang bersama Sagara.
Dengan jantung berdebar, Dara berbalik ke arah Gara yang berdiri mematung ditempatnya.
"Daddy..." panggil Ardiaz dan langsung berlari menghampiri Gara.
Ardiaz memeluk kaki Gara.
"Daddy..." panggil nya sekali lagi dengan senyum cerah terukir di bibirnya.
Mata Gara memanas.
Akhirnya setelah sekian tahun ia bisa juga berjumpa dengan putranya.
Tangan Gara gemetar saat akan membelai pipi Ardiaz.
"Mana kunci mobil" pinta Dara yang paham akan situasi Gara saat ini.
Dara mengambil alih menyetir mobil sedangkan Gara duduk di sampingnya yang memangku Ardiaz.
Gara memandang kaku pada Ardiaz. Entah apa yang dipikirkan oleh pria itu, tapi yang jelas Gara seperti kagum akan penampakan Ardiaz.
Gara seperti melihat dirinya sendiri dalam versi mini.
Hidung, mata bahkan bentuk wajah semua merupakan foto copy dirinya kecuali rambut Ardiaz yang tebal mengikuti rambut Dara.
Ardiaz masih asik berceloteh dengan suara cadelnya.
"Daddy.... Kenapa lihat Iaz seperti itu? Apa ada coklat yang nempel di gigi Iaz ya?" tanya Ardiaz yang memelankan suaranya diujung kalimat.
Gara menaikkan sebelah alisnya tak paham akan maksud putranya.
"Tidak ada coklat. Memangnya kenapa?" sahut Gara yang juga memelankan suaranya.
"Mommy akan marah kalau Iaz makan coklat terlalu banyak." ucap Ardiaz terkikik geli mengingat kemarahan sang mommy.
Gara pun ikut tersenyum lebar dan mencium pipi Ardiaz gemas.
Dara menoleh kepada ayah dan anak itu dengan tatapan curiga.
"Kalian sedang merencanakan sesuatu?" tanya Dara curiga.
Keduanya kompak menggeleng.
Dara berdecak.
"Daddy.... Apa Daddy akan pergi lagi?" tanya Ardiaz tiba-tiba.
"Kenapa? Apa Iaz tak ingin Daddy pergi?" tanya Gara.
"Tidak.... Daddy tidak boleh pergi lagi. Kasihan mommy kerja terus dan nggak ada waktu untuk bersenang-senang dengan aunty Ifa. Jadi boleh kan kalau Daddy tinggal sama Iaz dan mommy?" sahut Ardiaz yang membuat hati Gara ngilu sekaligus nelangsa.
"Daddy tak akan pergi lagi. Kita bertiga akan terus bersama selamanya" ujar Gara yang menoleh pada Dara yang juga sedang menatapnya.
Dara langsung memutuskan kontak mata mereka dan kembali berkonsentrasi pada jalanan.
...----------------...
"Mommy langsung balik kantor ya sayang..." ucap Dara yang kini telah mengantarkan Ardiaz kembali ke kediaman oma Dewi.
"Bye mommy.... Bye Daddy...." sahut Ardiaz melambaikan tangan kepada orang tuanya.
Dara pamit kepada Oma Dewi dibawah tatapan menyelidik Hanifa.
Hanifa yang kebetulan baru saja pulang karena ia diminta mengantarkan pesanan Oma Dewi dan tak sengaja melihat Gara dan Dara baru saja keluar dari mobil SUV putih yang terparkir di depan teras rumah.
Meski banyak pertanyaan yang akan Hanifa ajukan tapi sebisa mungkin ia mencoba menahannya mengingat ada Ardiaz diantara mereka.
Gara menyapa Hanifa layaknya teman lama yang bertemu kembali.
Meski Hanifa ingin sekali menghajar pria yang merupakan ayah biologis dari keponakannya akan tetapi sekali lagi Hanifa menahan diri.
"Ra.... Boleh kan jika aku sering bertemu dengan Ardiaz?" tanya Gara meminta izin saat keduanya dalam perjalanan akan kembali ke kantor Corel.
"Ardiaz sekarang sudah tahu keberadaan mu bagaimana mungkin aku menyembunyikannya lagi" sahut Dara diiringi nafas beratnya.
"Makasih Ra... Terima kasih kamu merawatnya dengan baik. Dia begitu tampan " Gara tak hentinya tersenyum mengingat kelucuan dan kepintaran sang putra.
Dara hanya mengangguk saja.
"Terima kasih tumpangan nya. Aku naik dulu" ujar Dara begitu mereka tiba diparkiran.
"Raa...." Gara menahan lengan Dara yang hendak keluar dari mobil.
"Ada apalagi? Aku tak ingin ada skandal antara kita. Apalagi semua orang tahu jika Reva adalah istri mu. Jadi aku mohon kita hanya bersikap layaknya atasan dan bawahan. Tak lebih..." ujar Dara yang sejak kemarin ia menahan diri untuk tidak memarahi Gara terkait masalah Reva.
"Aku menyukai mu... terserah dengan Reva aku tak perduli. Aku menyukai mu..." Gara akhirnya mengutarakan perasaannya yang selama ini ia pendam.
"Kamu sadar apa yang barusan kamu katakan? Ini hanya akan membuat posisi ku semakin sulit."
"Apa yang sulit Ra.... ???? Apa kamu juga menyukai ku? Ia kan Ra kamu juga memiliki perasaan yang sama dengan ku..." Gara terus memaksa Dara agar wanita itu juga mau mengakui bahwa ia juga menyukainya. Perasaan mereka sama.
"Nggak... Aku nggak menyukai mu dan selamanya nggak akan pernah menyukai mu" sahut Dara.
to be continued....