Namanya Ahmad Lukman Al hafiz
Seorang gus yang terkenal dengan hukuman yang tidak main main dan sedikit kejam. Seorang gus yang dingin, cuek dan galak. Mendapatkan julukan Gus galak dari para santri termasuk seorang santriwati yang sangat sering berurusan dengan gus Lukman.
Namanya Syafa Aisyah
Gadis cantik yang terkenal dengan tingkahnya yang sangat bandel, membuat siapa saja yang berurusan dengannya harus ekstra sabar dan bagi para santri di pesantren syafa hanya santri yang susah di atur. Namun belum banyak yang tau sisi lain dari dirinya yang terjadi dimasa lalu.
Siapa sangka suatu insiden yang membuat gus Lukman dan syafa harus hidup sebagai pasangan suami istri.
"Mau pamer sama senja, kalau gus lebih indah dari dia."
"Mimpi apa saya semalam sapai dapat istri bandel seperti kamu."
"Syafa boleh nyerah ngak Gus, Syafa capek."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @nyamm_113, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 021
Selamat membaca,,,
[GUS LUKMAN & SYAFA]
Malam hari setelah sholat isyah berjamaah dan makan malam, semua santri kembali ke asrama masing-masing untuk belajar karena esok hari mereka akan kembali beraktivitas seperti biasa.
Malam ini Syafa terlihat sibuk memasukkan beberapa pakaian kedalam tas ukuran sedang dia hanya akan membawa yang penting saja untuk tinggal di asrama khusus entah sampai kapan.
"Aku bawa seperlunya ajah, besok juga masih bisah kesini lagi kok," Kata Syafa yanng terlihat sibuk dengan tas didepan nya.
"Jangan lupa main kesini, awas ajah kalau sampai lupa," Ujar Anjani menjadikan punggung belakang Syafa sebagai sandaran punggungnya.
"InsyaAllah, kalau dapat izin dari Gus galak yah," Jawab Syafa dengan kekehannya.
"Jadi beneran kita tinggal berdua ajah nih? Ih ngak seru lah," Celetuk Isyana merasa sedih akan fakta bahwa beberapa waktu kedepan ia hanya berdua dengan Anjani tinggal di kamar ini.
"Kok kaya mau pisah jauh sih! Kita kan masih bisah ketemu di madrasah," Kata Syafa pusing sendiri dengan keduanya.
"Ya tapi kan beda lah," Ujar Isyana membantu Syafa mengunci lemarinya.
"Beda apa nya sih? Toh kita masih sama-sama kan," Kata Syafa yang di angguki keduanya.
"Yaudah, mau pergi sekarang? Perlu kita antar ngak?" Tanya Anjani hendak berdiri membantu Syafa membawakan tasnya.
"Eh, ngak usah kalian disini ajah nanti subuh baru kita ketemu lagi," Tutur Syafa bersiap keluar dari kamar tersebut.
"Yaudah deh! Hati-hati yah di jalan," Kata Anjani tertawa pelan.
Bugg
"Kamu pikir Syafa mau pergi jalan jauh," Kata Isyana setelah memukul pelan punggung Anjani.
"Yaudah sihh," Ujar Anjani kesal.
"Ok deh, aku deluan yah assalamu'alaikum," Kata Syafa pamit pada ke dua teman nya.
"Hati-hati, wa'alaikum salam warahmatullahi wabarokatuh," Jawab mereka berdua.
Setelah itu Syafa perlahan menuruni tangga satu persatu, saat sampai di lantai satu ia di kejutkan dengan kehadiran sosok laki-laki tinggi masih menggunakan gamis putih dan peci putih nya jangan lupakan sorban hitam melekat sempurna di bahu kokoh nya.
"Loh Gus, kok disini? Ngapain?" Tanya Syafa penasaran.
"Jemput kamu lah, takut kamu kabur lagi," Jawab Gus Lukman dengan tenang.
"Ih, siapa juga yang mau kabur so'uzond banget sih," Kata Syafa menatap kesal pada suaminya.
"Siapa tau Syafa," Tutur Gus Lukman menatap lekat sang istri, lalu mengambil alih tas ditangan Syafa.
"Ayok kita pergi," Lanjutnya.
"Langsung ke asrama khusus yah Gus?"
"Iya, kita langsung kesana,"
Saat hendak keluar dari pekarangan asrama putri mereka berpapasan dengan Ning Fitri yang sepertinya dari ndalem.
"Loh Gus saya cari tadik ke ndalem ternyata Gus disini," Ujar tiba-tiba Ning Fitri pada saat sudah ada di depan Gus Lukman dan Syafa.
"Assalamu'alaikum Ning," Salam Syafa menundukkan sedikit kepalanya.
"Eh wa'alaikum salam warahmatullahi wabarokatuh," Jawabnya. "Ada Syafa juga ternyata," Lajutnya tersenyum pada Syafa, Syafa yang melihat mata Ning Fitri menyipit tanda ia tersenyum dibalik cadar hitam nya.
"Na'an Ning," Jawab Syafa sopan.
"Ada apa mencari saya?," Tanya Gus Lukman yang tidak tahan dengan situasi ini.
"Ana tadik mampir ke ndalem, tapi Gus tidak ada kata Umi," Jawab Ning Fitri yang nampak malu-malu berbicara dengan Gus Lukman yang dimana dia sangat menyukai laki-laki didepan nya ini.
Syafa yang melihat itu sedikit kaget dengan Ning Fitri yang dengan terang-terangan menatap Gus Lukman, tapi yang di tatap sedari tadik sibuk mengalihkan pandangannya ke segala arah.
"Owh, saya kira ada yang penting," Kata Gus Lukman dingin.
Ning Fitri yang mendengar itu hanya mampu tersenyum.
"Kalian berdua mau kemana? Dan tas apa itu?" Tanya Ning Fitri penasaran dengan mereka yang selalu saja berdua, kadang dia iri dengan santri putri ini yang bisah bertemu dengan Gus Lukman.
"Afwan Ning, kami mau ke asrama santri khusus," Celetuk Syafa mewakili Gus Lukman yang hendak berbicara namun Syafa lebih dulu menjawab.
"Lebih tepatnya ana Ning," Lanjut Syafa tersenyum simpul.
"Dihukum lagi kamu?" Tanya Ning Fitri, dia sudah tau sedikit kebiasaan Syafa yang selalu melanggar tidak sering juga sih.
"Heheh, na'am Ning," Jawab Syafa.
"Ada lagi yang mau di tanya kan? Kami buru-buru," Tutur Gus Lukman dengan tenang.
"Ah, iya silahkan," Jawab Ning Fitri mempersilahkan keduanya melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda.
"Syukron Ning," Kata Syafa.
"Assalamu'alaikum Ning," Lanjut Syafa lalu berjalan mendahului Gus Lukman.
"Saya pamit, assalamu'alaikum," Kata Gus Lukman lalu melangkah pergi menyusul Syafa yang sudah jauh didepan.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarokatuh," Jawab Ning Fitri.
Sedari kemarin Ning Fitri merasa ada yang mereka tutupi, namun dia pun tidak ingin berprasangka buruk tapi semakin dia melihat saat Gus Lukman menatap Syafa dia merasa Gus Lukman menyukai perempuan itu dan dia tidak akan membiarkan itu terjadi Gus Lukman hanya boleh menjadi miliknya batinnya.
###
Setelah berjalan jauh dari asrama putri ke asrama santri khusus Syafa nampak sedikit lelah ternyata jauh juga batinnya.
"Gus, Syafa tinggal disini sendirian yah?" Tanya Syafa setelah duduk di sofa kecil yang terlihat masih baru.
Asrama santri khusus ini tidak di biarkan begitu saja, sudah ada petugas kebersihan yang bertanggung jawab dengan kebersihan asrama khusus ini, dua kali dalam seminggu dia akan datang membereskan tempat ini, hanya yang tidak berpenghuni yang tidak dia bereskan.
"Tidak Syafa," Jawab Gus Lukman duduk di depan Syafa yang hanya terhalang meja kaca kecil.
"Maksud Gus Lukman? Kalau bicara itu jangan setengah-tengah Gus Syafa ngak paham," Ujar Syafa kesal dengan jawaban Gus Lukman.
"Kita akan tinggal disini," Kata Gus Lukman dengan tenang.
"Ha! Kita Gus? Kita? Berdua? Maksudnya Gus juga bakal tinggal disini?"
"Iya Syafa, kenapa ada masalah?"
"Masalah lah! Ya kali Gus juga ikut tinggal disini, kalau santri-santri disini pada tau gimana dong? Terus kalau Ning Fitri tau? Aduh,"
"Syafa tenang lah,"
"Gimana Syafa tenang Gus, lagian ngapain sih ikut tinggal di sini juga?"
"Kita sudah menikah Syafa,"
"Terus hubungan nya apa toh mas?"
"Kita tinggal berdua disini sampai kamu lulus sekolah,"
"Buset Gus! Eh astaghfirullah mas, gila ajah sampai lulus disini, Syafa ngak mau!"
"Saya tidak menerima penolakan Syafa,"
"Ih tapi kan Gus,"
"Tidak Syafa, kita sudah sah dan selama kita sudah menikah dan kembali ke asrama kita belum pernah tinggal bersama dan kau tau bukan dosa saat melawan suami,"
"Iya deh, terserah Gus ajah,"
Kemudian Syafa bangkit dari tempat duduknya hendak naik ke lantai dua rumah ini, kamar disini ada dua lantai satu dekat tangga dan lantai dua yang dimana terdapat balkon kamar yang mengarah langsung pada lapangan pesantren.
"Mau kemana kamu?" Tanya Gus Lukman.
"Mau kemana lagi? Kemar lah Gus," Jawab Syafa yang masih terlihat kesal.
"Baiklah, istirahat saja, saya mau ke ndalem dulu nanti saya kembali lagi," Kata Gus Lukman lalu bangkit dari sofa.
Melihat Gus Lukman berdiri di depannya membuat Syafa menahan nafas sejenak, lalu tiba-tiba Gus Lukman menyodorkan punggung tangannya, Syafa yang mengerti pun lantas menggapainya lalu perlahan menciun punggung telapak tangan suaminya.
Gus Lukman tersenyum melihat itu lalu tangan yang menganggur perlahan mengusap pelan ubun-ubun sang istri.
"Saya pamit dulu, assalamu'alaikum," Kata Gus Lukman setelah Syafa mencium tangan nya.
"Na'am Gus, wa'alaikum salam warahmatullahi wabarokatuh," Jawab Syafa tersenyum manis membuat Gus Lukman ikut tersenyum.
"Istirahat lah, saya pergi," Ucap Gus Lukman setelah itu pergi dari ruang tamu meninggalkan Syafa yang masih setia berdiri di sana.
"Astaghfirullah jantung aku kenapa sih!" Kata Syafa menjerit tertahan.
"Bisah diabetes lama-lama kalau dapat senyum manis dari mas suami duh," Lanjut Syafa.
Setelah itu dia pergi ke lantai dua untuk istirahat tas nya pun sudah ada di kamar, perlahan dia melangkah masuk setelah mengucapkan salam.
Ruangan ini tidak begitu kecil tidak juga besar, tepatnya sederhana hanya ada satu lemari pakaian sedang, lalu di samping ada meja belajar beserta kursi, tempat tidur berukuran sedang mentok ke dinding dan meja rias dengan cermin ukuran sedang.
Syafa perlahan ke balkon yang tertutup tirai putih transparan, perlahan tangan mungil nya menggeser pintu yang terbuat dari kaca tebal, balkon ini tidak besar hanya ada satu kursi dan meja saja lalu ada beberapa tanaman bunga.
"Bismillah, semoga saja hari-hari ke depannya lancar seperti biasanya," Ujar Syafa dengan pelan lalu menatap lapangan luas pesantren dia bisah melihat masjid utama pesantren, lalu lapangan luas serta madrasah aliyah lalu asrama laki-laki yang terlihat ramai karena penghuninya masih berkeliaran di luar. Ada untungnya juga dia tinggal disini batinnya.
###
Kringg,,,kringg,,,kringg,,,
Suara alarm berbunyi di kamar yang gelap itu, penghuninya masih asyik terlelap terlihat sosok tangan yang kekar berusaha mencari benda itu setelah menemukannya dia segera mematikan lalu perlahan membuka matanya.
Dia menyalakan lampu kecil yang ada di samping tempat tidur, lalu melihat ke samping dimana sosok perempuan berjilbab masih asyik menutup matanya dengan tenang, perlahan dia bangun dari posisi tidurnya bergerak perlahan takut membangun kan sang istri, perlahan dia berjalan ke kamar mandi.
Clek,,,
Pintu kamar mandi terbuka menampilkan sosok laki-laki yang nampak segar setelah mandi, handuk yang melilit di pinggangnya lalu badan yang berotot tampak pula perut dengan pahatan sempurna ada enam roti sobeknya.
Mendekati lemari untuk mengambil pakaiannya, jubah hitam pilihan nya lalu memakai sarung putih sebagai lapisan dalam jubahnya, setelah siap dia mendekati tempat tidur duduk di pinggir lalu tangannya perlahan memegang pipi yang tembem itu.
"Syafa bangun,"
Ya dia adalah Gus Lukman dan Syafa.
"Ayok bangun Syafa, sholat tahajjud di masjid," Kata Gus Lukman berusaha membangun kan Syafa yang perlahan membuka kelopak matanya menyesuaikan cahaya.
"Ayok bangun, lalu bersiap," Lanjut Gus Lukman saat Syafa sudah duduk merenggangkan otot tubuhnya.
"Iya Gus," Jawab Syafa dengan suara khas bangun tidur.
"Saya deluan ke masjid, awas kalau tidur lagi," Kata Gus Lukman mengambil sorban lalu mekai kopiah putih.
"Na'am Gus,"
"Ya sudah, saya pamit assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarokatuh,"
Setelah itu Syafa bergegas siap-siap untuk ke masjid.
[GUS LUKMAN & SYAFA]
Bogor,29/nov/2023
salken, thor
ada ada aj kamu ning....
sana pulang belajar lagi, atau g buka bukunya jgn dijdikan pajangan lemari kaca..
ambil tindakan apa kamu sama si ning nong neng gong itu...