NovelToon NovelToon
Romansa Masa SMA

Romansa Masa SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Diam-Diam Cinta / Bad Boy
Popularitas:8.3k
Nilai: 5
Nama Author: Rasti yulia

Aku tidak pernah menyangka jika pertemuanku dengan seorang laki-laki yang aku anggap menyebalkan akan menjadi awal bagiku merasakan sebuah sensasi rasa asing yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya.

Lelaki menyebalkan yang hampir setiap hari menjadi teman cek-cok justru menjadi sosok lelaki yang berkeliaran dalam pikiran dan juga hati.

Perasaan apa ini? Apakah perasaan benci yang aku miliki telah berubah menjadi rasa cinta ketika banyak hari yang kita lewati bersama? Ataukah hanya sekedar perasaan sesaat yang menghampiri di masa-masa SMA?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rasti yulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RMS 21. Digoda Bang Eross

"Oh jadi ini teman satu kelasmu yang sering kamu ceritakan itu ya Mel?"

Obrolan di ruang tamu antara mama, papa dan nenek Meri seketika terhenti kala tiba-tiba suara bang Eross terdengar merembet masuk ke dalam indera pendengaran. Sontak hal itulah yang membuatku dan orang-orang yang ada di ruangan ini menoleh ke arah sumber suara. Terlihat, Bang Eross melangkah pelan menuruni anak tangga.

"Bang!" seruku ke arah bang Eross sebagai kode agar abangku ini tidak melanjutkan ucapannya.

Kali ini aku benar-benar khawatir jika bang Eross mengatakan hal yang bertolak belakang dengan apa yang pernah aku sampaikan. Kalian tahu tahu sendiri bukan, bagaimana jahilnya bang Eross?

"Memang Amel sering bercerita tentang Sakha ini ya Ros?" tanya mama yang sepertinya sudah mulai tertarik dengan tema obrolan yang dibawa oleh bang Eross.

Bang Eross tersenyum simpul. Ia mendaratkan bokongnya di sampingku. Kulihat senyum penuh seringai nakal dengan tatapan mata jahil muncul di ekspresi wajahnya.

"Betul Ma. Hampir setiap hari Amel bercerita tentang Sakha ini."

Aku terhenyak. Kutatap sinis wajah abangku ini. "Bang, udah deh. Jangan ngadi-ngadi."

"Amel cerita bagaimana Ros? Heran, kok tumben Amel gak pernah cerita ke Mama," desak mama yang seolah tidak sabar untuk mendengar cerita bang Eross.

Ini lagi, kenapa mama malah menanggapi obrolan bang Eross. Udah tahu kalau bang Eross ini sering menyebarkan berita hoax. Masih saja dipercaya. Aku hanya memijit-mijit pelipis seakan pasrah dengan apa yang akan disampaikan oleh bang Eross.

"Ya gitu Ma. Katanya, cucu nenek Meri ini orangnya tampan dan menyenangkan jadi bikin Amel lebih semangat untuk pergi ke sekolah!"

"Bang Eross!!!"

Sontak kedua bola mataku terbelalak sempurna kala kudengar bang Eross mengucapkan kata demi kata yang terdengar begitu memekak telinga. Benar kan firasatku? Bang Eross menyebarkan cerita bohong dari apa yang pernah aku ceritakan.

"Hahahaha!!"

Aku mendengus kesal kala kulihat bang Eross tertawa terbahak. Wajahnya seakan begitu puas karena sudah berhasil menggodaku dengan framing-framing kebohongan itu. Bahkan saat ini bukan hanya bang Eross yang tertawa, tapi juga semua orang yang berada di ruangan ini.

Sekilas, kulirik Sakha yang kebetulan juga melirik ke arahku. Dia menatapku dengan tatapan yang sungguh sulit untuk aku artikan. Senyumnya juga nampak berbeda. Aku jadi khawatir kalau Sakha ikut mempercayai perkataan bang Eross. Bisa-bisa dia besar kepala.

"Ya syukurlah kalau kamu tambah semangat ke sekolah karena ada cucu nenek Meri ini Mel. Jadi, Mama rasa besok waktu kelulusan nilai kamu lebih sempurna lagi," ujar Mama yang ternyata juga ikut menggodaku.

"Mama..."

"Eh, tapi sadar gak sih Ma, kalau ini kali pertama Amel cerita tentang laki-laki ke Eross? Sebelum-sebelumnya kan dia tidak pernah cerita perihal teman laki-lakinya ya?"

Astaga ya Tuhan, ini papa kenapa malah memangkas ucapanku dan bikin pembahasan yang tiada ujungnya seperti ini? Bukannya di akhiri malah semakin menjadi-jadi.

"Iya ya Pa? Mama malah baru sadar loh Pa."

Aku hanya bisa menundukkan wajah. Entah sudah semerah apa wajahku saat ini karena menahan malu. Bisa-bisanya anggota keluargaku bersamaan mengeroyokku. Ya Tuhan, ini pasti tidak akan pernah selesai sampai di sini.

****

"Amel, Nenek pulang dulu ya. Terima kasih banyak karena kamu sudah menyambut kedatangan kami dengan baik."

Malam semakin larut, udara dingin kian merasuk, nenek Meri berpamitan setelah hampir dua jam beliau bertandang ke rumah. Bercengkerama dalam suasana hangat sampai-sampai tidak terasa bahwa jarum jam sudah hampir berhenti di angka sepuluh.

"Iya Nek, sama-sama. Terima kasih juga karena Nenek sudah repot-repot datang kemari. Maaf, jika sambutan dari keluarga Amel kurang berkenan di hati Nenek."

Nenek Meri hanya menggeleng pelan. Beliau mengusap-usap lengan tanganku yang entah sudah ke berapa kalinya. Ada kesan kasih dan sayang yang tersirat di sana. Layaknya yang diberikan oleh seorang nenek kepada cucunya.

"Sama sekali tidak Mel. Keluarga kamu justru begitu baik dalam menyambut kedatangan kami. Nenek juga berterima kasih banyak karena kamu sudah...."

"Sudah Nek, tidak perlu dibahas lagi. Amel sudah memaafkan semuanya. Dan Amel memang sengaja untuk melakukan hal itu agar semua baik-baik saja."

Aku memangkas perkataan nenek Meri yang lagi-lagi akan mengarah kepada pembahasan permintaan maaf Sakha. Aku rasa hal itu tidak perlu diperpanjang meskipun memang perkataan Sakha sudah sangat keterlaluan dan aku tidak mau jika sampai papa, mama dan bang Eross tahu bahwa aku pernah direndahkan oleh Sakha.

"Terima kasih banyak Mel, terima kasih."

Untuk sejenak, nenek Meri kembali memelukku, setelah itu beliau masuk ke dalam mobil. Sakha yang sebelumnya berdiri di dekat pintu kemudi, kulihat ia berjalan ke arahku. Dahiku sedikit mengernyit, begitu penasaran apa yang akan ia lakukan.

"Mel..."

"Ya?"

"Aku minta maaf atas perkataanku siang tadi. Aku sadar perkataanku itu sudah sangat keterlaluan."

Aku menghela napas dalam dan aku hembuskan sedikit kasar. Kalau aku tega, bakal aku buka semua di hadapan keluargaku. Aku yakin dia pasti akan dirujak habis-habisan oleh papa dan bang Eross. Tapi aku memang tidak setega itu.

"Kalau sudah seperti ini kamu baru merasa bersalah. Sebelumnya ke mana saja? Kenapa gak dipikir masak-masak sebelum berucap?"

Meski aku sudah memaafkan, tapi aku rasa orang seperti Sakha ini harus dikasih peringatan. Aku tidak mau serta merta dianggap perempuan lemah yang bisa diinjak-injak harga dirinya.

"Iya Mel, aku memang salah. Aku minta maaf dan aku ucapkan terima kasih banyak karena kamu sudah menutupi kejadian yang sebenarnya di depan keluargamu."

"Aku melakukan itu bukan untuk kamu tapi untuk nenek Meri. Hubungan kekeluargaan antara aku dengan nenek Meri sudah terlampau dekat layaknya keluarga sendiri bahkan sebelum aku mengenalmu. Aku tidak ingin nama nenek Meri ikut terkena imbasnya jika sampai aku tidak menutupi kejadian yang sebenarnya di depan keluargaku."

"Iya, ucapanku memang sudah keterlaluan. Sekali lagi aku minta maaf."

Aku sampai kelupaan menyambut uluran tangan Sakha. Meski masih sedikit jengkel dengan laki-laki ini, tapi aku memilih untuk berdamai. Kusambut uluran tangan cucu nenek Meri ini, namun buru-buru aku hempaskan.

"Sudah aku maafkan. Lain kali kalau bicara itu dipikir terlebih dahulu. Jangan sampai ucapan yang keluar dari mulut kita menjadi pisau tajam yang melukai hati orang lain."

"Terima kasih banyak. Kalau begitu aku pamit pulang, Mel."

Aku hanya mengangguk pelan. Sakha kembali melangkah ke arah pintu kemudi dan membukanya perlahan. Namun belum sempat lelaki itu masuk, ia kembali mendekat ke arahku.

"Ada apa lagi?" tanyaku penasaran.

Kulihat Sakha cengar-cengir yang mana ekspresi wajah seperti itu begitu asing di penglihatanku. Karena biasanya lelaki ini selalu memasang wajah datar dan menjengkelkan.

"Apa benar yang diucapkan abangmu di dalam tadi?"

Aku terhenyak, bisa-bisanya Sakha mempertanyakan hal yang jelas-jelas sebagai hoax itu. Ternyata perkataan abangku dianggap serius oleh lelaki ini. Akupun hanya bisa berdecak pelan.

"Ckkkckkkk... Semua itu bohong. Bahkan yang aku ceritakan ke anangku adalah hal yang sebaliknya."

Kekehan kecil terdengar lirih keluar dari bibir Sakha. Aku heran, kenapa wajah lelaki ini nampak berbinar sekali.

"Udah deh, kamu gak usah ke-gr an seperti itu. Apa yang diucapkan oleh abangku semuanya adalah bohong, jadi jangan kamu anggap serius," ucapku memberikan sebuah peringatan.

"Baiklah kalau begitu. Tapi jangan halangi aku jika aku akan menjadikan apa yang diucapkan oleh abangmu itu satu kenyataan."

Sakha buru-buru masuk ke dalam mobil setelah mengucapkan kata-kata itu. Perlahan mobil yang dikemudikan oleh Sakha menghilang dari pandangan mataku. Sedangkan aku masih berdiri terpaku sembari berpikir, apa maksud dari ucapan lelaki itu.

.

.

.

1
Lia Yulia
pingin q getok nih si Sakha...
novi²⁵
uhuuuuy... klo dah kenal lbh dekat lalu mau apa lagi Kha? 😂
novi²³
judulnya udah mulai jatuh cinta 🤣🤣
novi²⁴
aseeeekkkkk... udah mulai PDKT nih.. dan sepertinya bakal jatuh cinta tuh Sakha
novi²⁴
ternyata kamu tahu balas budi ya kha 😂 kukira gk tau terima kasih. bagus deh klo gitu
novi²³
abis ngantar pulang lalu mau ngajak kemana Kha?? 🤣 pepet terussss
Fumiko Sora
ayeyeeeyeee... mau kamu ajak kemana tuh Amel, Kha? 😂😂😂 ati2.. jgn ngebut
Rasti Yulia
selamat membaca kakak-kakak semua☺
Citra
lanjut thoor
Fumiko Sora
aseeeekkkk... getar2 cinta dah mulai merasuki Sakha🤣🤣🤣
Rasti Yulia
selamat membaca kakak-kakak semua☺
novi²⁶
acieeee cieeeee si Sakha udah mulai berani yah.. Ini sih fiks, dari benci jd cinta😆😆😆
novi²⁶
tuh kan, apa aku bilang? Sakha dah mulai tertarik sama Amel😂 semangat berjuang Kha
novi²⁶
kamu emang baik Mel, aku yakin Sakha bakal nyesel udh ngata-ngatain yg buruk ke kamu
novi²⁶
nah loh br sadar kan lu Kha klo Amel mmg sosok perempuan yg berbeda
novi²⁶
bagus Mel, orang itu emg gk pnya tata krama.. klo perlu, kamu injek tuh kakinya
novi²⁶
issshhhhh keterlaluan bgt sih tuh Sakha.. klo bicara jgn ngawur dong
mama Al
aku mampir kak Rasti
Rasti Yulia: makasih kak Mel😆
total 1 replies
mama Al
takdirmu di tangan othor
mama Al
Weh berantem terus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!