Bercita-cita menjadi seorang menantu idaman adalah harapan semua perempuan yang sudah menikah.Menganggap orangtua pasangan seprti orangtua kandung adalah hal yang sulit yang pernah dirasakan.Selalu dianggap salah dan tak berguna menjadi penyebab hancurnya sebuah kepercayaan dari diri seorang istri.Hidup jauh dari suami dan harus bertahan dengan mertua yang bermulut pedas itu adalah ujian yang sangat sulit.Mampukan Ranti bertahan dengan pernikahannya ditengah keluarga suami yang toxic?
Ikuti kisahnya dalam cerita yang akan aku tulis ini ya gais.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 10
Malam terasa sangat panjang apa lagi hujan masih begitu deras diluar sana.
Aku meringkuk memeluk Arga yang terlelap tidur.Ku tatap wajah polosnya yang begitu menenangkan ,namun ada sedikit rasa sedih yang membuat dadaku terasa sesak.
Disaat aku harus berjuang belajar untuk menjadi seorang ibu yang baik untuk anakku kenapa kepahitan datang dari ibu mertua dan suamiku yang sikapnya semakin menjadi saja.
" Mas,kenapa aku merasa kamu semakin menjauh saja.Apa bukan hanya ragamu yang jauh tapi kenapa hatimu juga terasa jauh .Mas aku rindu kamu yang dulu.Hiks hiks "
Ku tatap wajah suamiku dalam layar ponsel.
Jika pekerjaanmu yang membuatmu semakin menjauh dariku maka aku rela hidup serba kekurangan asal hati kamu tetap bersamaku.
Saat jauh kenapa kamu malah bersikap lain,kamu banyak berubah kamu lebih suka marah-marah sekarang.
Aku merutuki diriku yang belum bisa tegas menyikapi semua ini dan mengapa aku terus diam dan menerima segala perlakuan ibu mertuaku yang semakin tak bisa ku mengerti.
Oee oeee
Arga terbangun karna haus.
Aku yang baru saja hendak memejamkan mata akhirnya bangun dan membuatkan susu untuk Arga.
Tangis Arga semakin kencang dan suaranya mungkin terdengar hingga kekamar ibu mertuaku.
Tok tok tok
" Ranti apa kamu gak bisa bikin Arga diem,ibu cape mau istirahat tapi dengar Arga nangis terus.Kamu kasih susu atau kamu gendong bisa kan ran?"
Ibu berteriak dari luar kamar,aku sengaja tak membuka pintu dan membiarkan ibu hanya berteriak dari luar kamar.
" Iya Bu,Arga haus maaf udah ganggu ibu."
" Awas kalau dia sampai nangis lagi,ibu harus bangun pagi ibu harus kepasar .Kalau anak kamu terus nangis ibu bakal kesiangan nanti!"
Kata-kata ibu penuh penekanan dan juga terdengar kasar.
Aku hanya mampu mengurut dadaku saja,ku dekap Arga dengan erat agar dia merasa nyaman dan tenang .
" Sayang jangan nangis lagi ya ,cup cup ibu disni.Arga haus kan Arga minum susu ya anak pinter."
Cup
Cup
Kucium kening Arga dengan lembut,tak selang beberapa lama Arga tenang dan memejamkan mata kembali.
Tes tes
air mata ini kembali menetes,entah sampai jam berapa aku akhirnya bisa memejamkan mata.
Praang grubak
Kempyang dug dug prang prang
Aku mengerjapkan mataku yang masih terasa panas karna rasanya aku baru sebentar tertidur .Namun suara diluar mengagetkanku dan membuatku terpaksa bangun.
Ku ambil ponsel dan ku lihat jam dilayar ponsel masih menunjukan pukul 03.30 pagi hari.
Merasa penasaran aku bangun dan keluar kamar.
" Eh kamu bangun ran!"
Seru ibu kala melihatku keluar dari kamar.
Kamarku memang dekat dengan dapur hingga saat aku membuka pintu kamar langsung dapur.Didepan ada kamar kosong tapi ibu memintaku tidur dan menempati kamar belakang.
" Oh ibu,kirain apa soalnya masih pagi.Maaf ya Bu Ranti terlambat bangun jadi keduluan ibu." Ucapku ,sebenarnya aku tidak terlambat aku biasa bangun sebelum adzan subuh berkumandang ,ini waktu subuh masih lama apa lagi semalaman aku tidak bisa memejamkan mata.
" Gapapa ran ibu biasa ko jam 3 bangun,sebentar lagi ibu mau kepasar.Ibu udah masak nasi ,masak air untuk minum nanti mau beli lauk aja dipasar kamu gak usah masak ya ran."
" Iya Bu,oh kalau ibu mau kepasar biarin itu Ranti yang terusin aja Bu."
" Gak usah ran ,gak perlu.Kamu tidur lagi aja gapapa ko.Ini juga udah mau selesai."
" Oh gitu ya udah Bu,Ranti juga udah gak bisa tidur sebentar lagi subuh."
" Terserah kamu saja ran."
Ibu berlalu dari dapur,namun raut wajah ibu terlihat lain.Dia seperti orang yang tengah marah namun entah kenapa dia marah.
Adzan subuh berkumandang dan aku melaksanakan solat subuh.Selepas subuh aku kembali keluar kamar dan ternyata ibu sudah pergi kepasar.
Ku lihat Arga masih lelap aku memutuskan untuk menyapu halaman karna aku memang terbiasa melakukannya dirumah setiap pagi.
" Eh Ranti nginep disini yaa?"
Sapa Mbah marti tetangga sebelah ibu mertuaku.
" Iya Mbah Ranti nginep disini.Mbah mau kemana Mbah ini masih gelap?"
" Mbah mau kedepan ran,nunggu Abang bubur biasanya bentar lagi dateng."
" Oh iya Mbah silahkan."
" Ranti mau masak apa ran apa mau sarapan bubur ayo bareng Mbah kedepan!"
" Maaf Mbah Ranti gak masak tadi ibu bilang mau beli sayur mateng dipasar."
" Wah asik dong jadi ringan kerjaan kamu.Mertua kamu memang pengertian,dia seneng banget pasti kamu disini.Ada yang bantuin,ada temen.Ibu mertua kamu kadang cerita sama ibu kalau dia suka kesepian, kerepotan.Dia seneng banget pasti punya menantu rajin kaya kamu."Ucap Mbah marti .
" Ya Mbah Allhamdulillah,Ranti juga seneng bisa bantu ibu.Ya udah Mbah Ranti mau kedalem dulu Ranti masih banyak kerjaan mumpung Arga masih tidur."
" Oh ya ran silahkan."
Aku masuk lantaran aku sudah selesai menyapu halaman karna halaman memang tak terlalu lebar.Aku melanjutkan menyapu semua ruangan dan kemudian aku mengepel sampai semuanya bersih dan wangi.Rumah sudah rapih aku kebelakang dan aku melihat cucian kotor numpuk.
Aku merendam cucian dan aku mencucinya manual karena dirumah ibu tidak ada mesin cuci.Entah berapa hari ibu tidak mencuci karna cucian sangat banyak seprti satu Minggu tidak mencuci.Sesekali aku melihat Arga dan untung Arga masih nyenyak.
Aku bersyukur lantaran Arga seperti mengerti jika ibunya masih repot.
Kurang lebih 45 menit semua cucian beres dan aku merendamnya dengan pewangi.Aku tinggal mandi dan setelah aku mandi baru aku menjemurnya.Diwaktu bersamaan ibu juga pulang dari pasar dengan becak yang penuh dengan belanjaan.
Para tetangga sudah menunggu didepan karna ibu tak hanya menjual keperluan rumah tangga tapi ibu juga jual sayuran segar.
" Itu ibumu pulang ran ,bantuin dia turunin belanjaan ran." Ucap salah satu tetangga.
" Iya Bu."
Aku menghampiri ibu mertuaku padahal aku masih belum menyelesaikan jemuranku.
" Bawa ini kedalam ran!" Ucap ibu sembari memberikan satu kardus penuh belanjaan yang ia beli dari pasar.
"Iya Bu."
Aku menerima kardus yang cukup berat itu dan aku bawa kedalam rumah.
" Kamu beruntung punya mantu rajin banget pagi-pagi udah selesai kerjaan kamu."
Aku mendengar suara salah satu tetangga mengatakan itu pada ibu mertuaku.
" Seneng gak seneng mbayu,gitu-gitu juga aku harus mengeluarkan upah 50 ribu sehari.Dari pada aku bayar orang kan lebih baik aku bayar istrinya Wiji.Ya meskipun bayarnnya lebih dari itu.Susu,jajan,uang pempes dan lainnya."
" Ah masa si kamu bayar menantu kamu?"
" Iya mbakyuu,kalau gak dibayar mana mau dia ngrjain semuanya.Orang dia penuh perhitungan ko!"
" Astaghfirullah aku fikir si Ranti bener-bener rajin!"
4 iklan meluncur