My Arumi

Alea memperbaiki penampilannya saat melihat seorang pria yang tengah duduk di area lobi hotel tempatnya menginap. Seorang pria yang belakangan ini sering bertemu dengannya. Pria yang saat ini tengah sibuk dengan gawainya.

Alea berjalan perlahan menuju pria tersebut. Menampilkan senyum terbaiknya untuk membuat pria tersebut terkesan.

Tentu saja itu harus dilakukannya karena pria itulah yang saat ini ia targetkan untuk menjadi ladang uangnya setelah Malik memblokir akses keuangannya.

" Halo, Tuan Stevan... Maaf membuatmu menunggu lama " sapa Alea ramah dengan suara lembut dan menggoda.

Pria itu mengangkat wajahnya kemudian menatap wanita cantik yang berdiri di hadapannya. Stevan balas tersenyum kemudian segera menyimpan gawainya ke dalam saku jasnya.

" Hai, Alea... Seperti biasanya kamu selalu terlihat mempesona " puji Stevan sambil berdiri, ia lantas meraih jemari tangan Alea dan mengecupnya.

" Kamu bahkan jauh lebih cantik dibanding saat perform di stage tadi " puji Stevan yang benar-benar terpesona kepada Alea.

" Anda terlalu memuji, Tuan " sahut Alea tersenyum malu-malu.

" Saya sangat bahagia karena kamu berkenan memenuhi undangan yang saya berikan lagi " ucap Stevan yang terus menatap Alea penuh puja.

Alea menutup bibirnya dengan jemari lentiknya.

" Saya yang tersanjung karena orang penting seperti anda berkenan mengundang saya, Tuan Stevan " sahut Alea.

" Bisakah kau memanggilku Stevan saja ? Supaya terdengar lebih akrab " ucap Stevan yang ingin membuat suasana lebih nyaman bagi mereka berdua.

" Tapi itu tidak sopan, Tuan... "

Alea menghentikan ucapannya saat melihat tatapan keberatan dari Stevan. Ia lalu tertawa kecil.

" Baiklah, aku akan memanggilmu Stev saja, supaya terdengar lebih akrab " sambung Alea sambil tertawa kecil.

" Dan aku pun akan memanggilmu Lea, kamu tidak keberatan kan ? " tanya Stevan sopan.

" Mana mungkin aku keberatan. Itu bahkan terdengar lebih nyaman " jawab Alea.

Keduanya lantas tersenyum, mereka pun segera meninggalkan hotel menuju restoran untuk makan malam bersama. Stevan bahkan rak ragu melingkarkan tangannya di pinggang ramping wanita itu.

Ini memang bukanlah makan malam pertama bagi keduanya. Ini sudah pertemuan yang ke sekian kali bagi mereka. Dan Stevan terlihat begitu menikmati kebersamaan mereka. Bahkan sangat kentara terlihat jika ia begitu memuja Alea.

Setelah makan malam selesai, Stevan pun mengantarkan Alea kembali ke hotel.

" Thanks untuk makan malamnya, Stev. Jujur saja aku tak tahu bagaimana harus membalas kebaikanmu " ucap Alea sebelum turun dari mobil mewah Stevan.

Stevan mengulurkan tangannya hingga menyentuh pucuk kepala Alea. Lalu ia mengusapnya dengan lembut.

" It's oke, jangan terlalu dipikirkan. Aku melakukannya dengan suka hati. Jujur saja aku senang bisa bersama denganmu " jawab Stevan lemah lembut.

" Ya, aku juga senang bisa menemanimu " sahut Alea membalas ucapan Stevan.

Keduanya lantas berpisah setelah Alea memberikan kecupan di pipi Stevan.

Waktu terus berlalu. Dua bulan sudah kebersamaan Alea dan Stevan. Stevan dengan setia selalu ada di samping Alea. Sepertinya Stevan sudah terlanjur jatuh ke dalam pesona Alea. Pria tampan itu selalu datang di setiap penampilan Alea. Dan Alea tentu saja merasa senang, karena Stevan memberikan apa yang ia inginkan.

Hingga akhirnya, Stevan mengungkapkan apa yang ada di lubuk hatinya. Perasaan yang sudah lama tersimpan untuk Alea.

Stevan memegang jemari Alea yang lentik dan lembut setelah mereka menyelesaikan acara makan malam mereka.

" Lea... Apa kita bisa melaju ke jenjang yang lebih serius ? " tanya Stevan.

" Maksudnya ? "

" Kita bisa meresmikan hubungan ini " jawab Stevan sangat yakin.

Alea menatap Stevan lalu menggelengkan kepalanya.

" Tidak bisa, Stev. Kamu belum mengenalku lebih jauh " cicit Alea.

" Sebenarnya aku tahu siapa dirimu sebenarnya Alea. Suamimu, anakmu... " ucap Stevan.

Mata Alea membola, ia tak menyangka jika pria itu mengenalinya.

Astaga... Jangan-jangan dia orang suruhan Malik ?

Alea menduga-duga.

" Tenang saja, aku bukan orang suruhan suamimu. Aku hanya mengenalnya karena dia menikahimu " jelas Stevan begitu memahami kekhawatiran Alea yang tersirat di raut wajahnya.

Alea menatap Stevan dengan tatapan tak bisa diartikan. Antara penasaran, heran dan juga bingung dengan maksud ucapan Stevan.

" Jika kau sudah mengetahui aku sudah menikah, lalu mengapa kau mau bersamaku ? Bisa saja aku hanya memanfaatkanmu " sahut Alea.

Stevan tertawa kecil, lalu menatap Alea dalam.

" Aku tidak masalah jika kau memanfaatkanku. Mungkin saja dengan itu, kau jadi berpaling kepadaku dan meninggalkan suamimu " jujur Stevan.

" Oh my god ! Kamu sudah gila, Stev " tuduh Alea.

" Yes and its all because of you, Lea " tegas Stevan.

Alea tak bisa berkata apapun untuk menyahuti ucapan Stevan.

" Aku tahu kamu tidak bahagia bersama Malik " tebak Stevan.

Alea tersenyum miring.

" Darimana kamu tahu ? Tentu saja aku sangat bahagia menjadi istri seorang Malik. Bahkan banyak wanita iri melihatku menikah dengannya " bantah Alea.

" Aku tahu kau berbohong " ucapan Stevan membuat Alea tertohok.

" Kalau kau memang bahagia, kau tidak akan meninggalkan suami dan anakmu selama ini " sambung Stevan membuat Alea bergeming, namun sedetik kemudian Alea tertawa sumbang.

" Suamiku sangat mengerti dengan keinginanku karena itu dia tak mempermasalahkannya sama sekali " kilah Alea menutupi kenyataan yang sebenarnya jika Malik memang melarangnya bahkan suaminya itu telah memblokir akses keuangannya.

" Benarkah ? " tanya Stevan. Senyuman miring tercetak di wajahnya.

" Jika benar begitu, kau tidak akan mendekatiku selama ini " tambah Stevan lagi.

Kali ini, Alea terkejut mendengar ucapan Stevan. Ternyata pria itu sudah mengetahui maksudnya mendekati pria tampan itu.

" Tapi aku tidak keberatan, karena aku mencintaimu Alea " ucap Stevan yang membuat Alea kembali terkejut mendengar pengakuan Stevan.

" Stevan, aku... "

" Sstt... Tidak perlu mengatakan apapun. Dengan begini saja aku sudah bahagia. Tapi akan jauh lebih bahagia jika aku bisa memilikimu " sela Stevan.

Entah apa yang dirasakan oleh Alea. Yang jelas ia sangat terkejut mendengar pengakuan Stevan. Ada rasa hangat menjalari hatinya. Semua perlakuan Stevan memang berbanding terbalik dengan Malik.

Stevan selalu hangat dan perhatian kepadanya sampai hal sekecil apapun selalu Stevan perhatikan demi kenyamanannya.

Jauh berbeda dengan sikap Malik yang terkesan acuh. Meskipun mereka adalah suami istri namun perlakuan Malik tak sehangat perlakuan Stevan.

Alea memang mendapatkan fasilitas mewah dari Malik dan ia menikmatinya. Hanya saja, semua terasa hambar. Bahkan perhatian Malik dirasanya hanya tertuju kepada sang anak saja.

Oleh karena itu, Alea lebih memilih untuk keluar rumah. Hang out dengan teman-temannya, atau melakukan perawatan diri. Semua dilakukannya untuk mengobati rasa hampa dalam rumah tangganya.

Bahkan Malik tak lagi menyentuhnya. Hanya satu kali mereka melakukannya dan karena itulah Malik menikahinya sebagai bentuk tanggung jawab atas perbuatannya. Setelahnya, Malik tak lagi memberikannya nafkah batin. Hanya sebatas peluk dan cium saja, tak pernah lebih dari itu.