Cinta Arumi

Sesampainya dirumah sakit, nenek masih ditangani oleh dokter diruang perawatannya. Ibu sarah dan juga Keyla sedang menunggu dengan wajah yang panik.

Pintu ruangan pun terbuka, menandakan bahwa pemeriksaan sudah berakhir, kini Ardian diminta untuk ikut keruangan sang dokter.

Arumi beserta ibu Sarah dan Keyla memasuki ruangan nenek. walaupun mereka sedang berada di ruangan nenek, tetap saja Arumi tak luput dari kemarahan sang ibu mertua.

"darimana saja kamu, kalau tidak dihubungi, mungkin kalian akan tetap diluar sana tanpa tahu apa yang terjadi pada nenek" ketus sang mertua.

Namun tanpa ia sadari, tas selempang yang ia bawa dari tadi ternyata sudah berada ditangan sang menantu. Entah kapan Arumi meraihnya, namun ibu sepertinya tidak menyadari hal itu dari tadi. Ia terus saja merepet yang tidak akan Arumi masukkan ke dalam hatinya.

Arumi tahu, ibu begitu karena sangat khawatir akan kondisi nenek, sesungguhnya ibu mertuanya itu adalah orang yang baik, namun entah apa yang disembunyikan nya, ia tidak pernah merestui Arumi untuk menjadi menantunya.

Sementara diruangan dokter, Ardian sedikit bernafas lega karena kondisi nenek tidak seburuk yang ia pikirkan.

"nenek hanya syok, sehingga pertahanan tubuhnya tidak seimbang", tutur sang dokter.

Ardian jadi berpikir, apa yang membuat nenek syok, pasti ada yang menyebabkan nenek seperti ini.

Melihat kiriman CCTV dari pak Danu, Ardian akhirnya mengerti, ternyata nenek terjatuh dari anak tangga ruang tamu. Beruntungnya hanya di tiga anak tangga dari bawah.

Ardian mulai berpikir, mungkinkah Rangga sepupunya benar-benar berkunjung, dan nenek terkejut atau ada kemungkinan lain Rangga punya niat buruk?.

Ardian memiliki firasat itu bukan hanya mengada-ada, mengingat anjuran nenek pada nya beberapa waktu lalu untuk berhati-hati pada sepupunya tersebut.

***

Kini Ardian dan Arumi memilih tinggal setelah perdebatan singkat antara dirinya dan sang adik. Keyla yang diketahui orang yang paling dekat pada sang nenek, sebelumnya menolak untuk pulang, ia ingin menemani sang nenek hingga siuman nanti.

Namun karena jam sudah menunjukkan angka dua belas malam, Keyla pun akhirnya menurut dan pulang bersama ibunya.

Kepergian mereka juga masih harus dibumbui oleh ketidak terimaan sang mertua pada menantunya.

"aku sangat ingin menaklukkan hati ibu" ucap Arumi mengiringi kepergian ibu dan anak tersebut.

"suatu saat ibu akan mengerti" jawab Ardian menenangkan.

***

Karena hari sudah sangat malam, mereka berdua pun tidur, Arumi yang memilih tidur dilantai ruang rawat nenek, sedangkan Ardian tidur disofa. Mereka bisa saja meminta ranjang lagi untuk tempat tidur mengingat mereka adalah pemilik rumah sakit, namun Arumi tidak ingin merepotkan banyak orang di pertengahan malam begini.

Pada pukul empat pagi, nenek membuka matanya perlahan, ia melihat cucu menantunya yang tidur bersama membuat perasaan nya menghangat.

Rupanya Ardian terjatuh dari sofa tempatnya tidur, kini mereka tidur sambil berhadap-hadapan.

Jika dirumah, mereka masih tidur dikamar terpisah dan pemandangan saat ini adalah hal yang langka untuk nenek.

Ia tersenyum melihat anak muda itu masih menikmati waktu tidurnya dengan sangat lelapnya.

Namun raut wajah itu menjadi murung ketika mengingat pertemuan pertama nya kemarin sore dengan Rangga setelah tiga tahun tidak bertemu.

"nenek, bagaimana kabarmu"

"masih ingat denganku kan, cucu yang sengaja nenek asingkan ini, "

Mendengar sindiran cucunya itu membuat hati nenek sedih,.

"nenek memintamu untuk tinggal, namun kau yang bersikeras untuk ikut orang tuamu"

Rangga mendengus, "nenek tega memisahkan kita dari orang tuaku?, aku tidak seperti nenek yang tega menjauhkan anak sendiri seolah bukan anak kandung".

Rangga mengeluarkan semua uneg-uneg didalam hatinya tanpa tahu fakta yang sebenarnya.

Hito ayah Rangga selalu memupuk kebencian di hati putranya pada sang nenek, ia dengan tega nya menjerumuskan anak nya kedalam kebencian yang mendalam demi nafsu serakahnya.

Nenek juga masih sangat ingat bagaimana ayah Rangga menantunya tega meracuni Darma anaknya di villa kala itu.

Nenek bisa menyimpulkan bahwa Rangga cucunya pasti akan berpihak pada ayahnya sendiri, karena itu ia mewanti-wanti supaya Ardian berhati-hati padanya.

***

Bunyi alarm yang sengaja Arumi pasang kini sudah berdering membuat dirinya menggeliat sepuasnya. Namun ia merasakan tangannya menyentuh sesuatu, rambut.

"Hah,"

ia seketika panik dan bangun terduduk. Nenek yang menyadari tingkah Arumi memilih menutup matanya kembali sambil tersenyum, Ia tidak ingin menangkap basah cucu menantunya yang bisa dipastikan akan merasa malu.

Beruntung suaranya tidak sampai membangunkan para penghuni kamar lain dirumah sakit itu.

Ardian yang terbangun akibat suara itu lalu duduk menyadari dirinya yang sudah berada di karpet tempat Arumi tidur, kini hanya menyengir kuda sambil menggaruk kepalanya.

"kenapa terkejut begitu,"

" bagaimana kalau kita tidur satu kamar nanti, kau akan menjerit begitu setiap pagi? "

Ia lalu tertawa,membuat Arumi mendengus pelan sambil tangannya masih mengelus dadanya pelan akibat keterkejutannya.

"itu beda cerita, lagian kita mungkin tidak akan satu kamar sampai tua wlee" Arumi malah memancing.

sambil memeletkan lidahnya Arumi membereskan karpetnya.

"itu katamu, aku bisa saja meminta pada nenek untuk memindahkanmu ke kamar ku sekarang juga, wlee" balas Ardian tak mau kalah.

Pertengkaran manis mereka kini teralihkan oleh nenek yang sudah membuka matanya, nenek masih saja senyum-senyum kecil membuat mereka berdua terheran-heran.

"kalian begitu manis, nenek ingin segera menemui kakek dan juga ayah kalian untuk bercerita tentang kalian berdua yang begitu sangat manis"

Nenek juga berdoa didalam hatinya, semoga keluarga nya selalu bahagia saat ia pergi suatu saat nanti.

"jangan bicara begitu nek, nenek masih harus melihat kami memiliki anak, Keyla juga masih sangat muda, ia akan sangat sedih jika tahu nenek mengatakan ini"

Ardian tidak bisa membayangkan bagaimana hidup mereka tanpa neneknya.

"makanya cepatlah kamu dewasa, banyak tanggung jawab yang harus kamu emban, tugas mu sebagai kepala keluarga sangat lah berat"

Nenek bersedih, anak semuda itu harus bergelut dengan tanggung jawab yang teramat besar.

Namun semua yang terjadi tidak lah harus seperti ingin kita saja, banyak hal yang terjadi diluar kendali kita. Kita hanya perlu menjalaninya dengan tulus dan seikhlas hati.

Itu lah kata pengingat yang selalu nenek tanamkan pada cucu-cucunya, walaupun salah satu cucunya memilih jalan lain, ia selalu berharap semoga Rangga mampu memilih jalan yang baik.

Nenek juga tidak menceritakan perbuatan keji menantunya, ia ingin menguburnya dalam-dalam di hatinya seorang diri.

Cukuplah ia yang merasakan sakitnya, ia tidak ingin keluarga yang ia sayangi bersedih lagi setelah badai itu sudah mulai menjauh.

Ia juga sangat lega melihat kesembuhan menantunya itu. Awalnya Sarah ingin membeberkan semua yang ia tahu, namun nenek meminta nya untuk melupakannya saja.

Sebelum menantunya cerita, nenek bahkan sudah tahu lebih dulu kenyataan itu. Berkat detektif profesional yang ia sewa, ia bisa mendapatkan informasi itu secara rinci.

Walaupun Rangga telah berubah, walaupun menantunya sangat jahat, nenek masih berharap kalau semua keluarga nya akur dan berakhir bahagia.

nenek hanya memiliki dua anak, nenek juga bahkan sudah sangat merindukan anak perempuannya Angie. Namun putrinya itu juga mencintai suaminya, otomatis ia akan mengikuti pilihan suaminya.

Bersambung...