Aku Istrimu Bukan Pengasuh Ibumu

Tanpa sepengetahuan semua orang, ada sepasang telinga yang selalu mendengar perdebatan di rumah itu setiap pagi. Dialah Gayatri sang ibu yang sudah menjadi korban keegoisan anaknya. Karena dia sudah membuat menantu kesayangannya pergi dari rumah ini.

Hatinya terasa sangat perih setiap kali melihat keadaan anaknya saat ini, yang tidak terurus. Berbeda saat ada Hana. Tiap pagi Hana akan menyiapkan pakaian rapi untuknya bekerja, memasak makanan yang dia suka dan melayani nya dengan tulus. Rumah juga terurus dengan baik walau terkadang lelah menderanya namun dia tidak pernah mengeluh.

Berbeda dengan keadaan saat ini. Ema adalah wanita manja dan malas. Selalu bangun kesiangan, terkadang pakaian indra untuk bekerja saja tidak di setrika. Dan lebih parahnya lagi, terkadang bau pakaian yang baru di cuci saja sudah berbau apek. Memang nya bagaimana Ema mencuci pakaiannya itu.

Gayatri benar-benar tidak habis pikir bagaimana bisa, Indra menikahi wanita seperti ini.

Terdengar suara derap langkah kaki memasuki kamarnya, dan terlihat Fia masuk.

"Ibu, mau keluar apa di kamar saja? " tanya Fia kepada majikannya.

"Bawa aku jalan-jalan ke taman di dekat komplek ini, Fia. Dan ada yang ingin aku katakan kepadamu. "

"Baik, bu. "

Dengan patuh Fia segera mendorong kursi roda majikannya keluar.

Di luar kamar, Gayatri melihat Indra sedang memainkan ponselnya dengan segelas kopi di meja.

"Ndra.... " Sapannya.

"Eh, ibu mau kemana sudah cantik? " tanya Indra yang sudah menoleh ke arah ibunya.

"Ibu ingin jalan-jalan ke taman bersama Fia. Ibu mau tanya bagaimana proses perceraianmu dengan Hana? "

Mendengar pertanyaan Ibunya membuat Indra menghela nafasnya.

"Minggu depan adalah sidang pertamaku bu, kami akan bermediasi nanti. Aku akan mencoba menolak gugatan Hana, aku ingin mempertahankan pernikahan kami. " ujar Indra kepada ibunya.

"Apa dia akan mau kembali padamu, ndra. Setelah apa yang sudah kamu lakukan kepadanya. " ujar Bu Gayatri ragu.

"Entahlah bu, yang penting aku akan berusaha lebih dulu. "

"Ya sudah, ibu akan berjalan-jalan dulu dengan Fia. Kalau kanu mau berangkat, berangkatlah. "

Gayatri menyodorkan tangannya agar dicium Indra sebelum berangkat kerja. Indra yang mengerti pun segera menyambut uluran tangan ibunya lalu menciumnya.

"Hati-hati di jalan, ndra. "

"Iya bu, Ibu juga hati-hati. Fia jaga ibuku baik-baik." pesannya pada perawat ibunya.

"Iya, Tuan. "

Setelah berpamitan Fia segera membawa Gayatri keluar dari rumah.

Tanpa mereka ketahui, sejak tadi Ema menguping semua percakapan Indra dan ibunya. Hatinya terasa sakit saat mendegar Indra berniat akan kembali kepada Hana, Ema langsung mendekati Indra dan duduk berhadapan dengannya.

"Mas, tidak bisakah kau memandang ku sebentar saja. Lihat aku mas, tidakkah kau memiliki sedikit saja perasaan kepadaku. " ujat Ema mengiba kepada Indra.

"Apa maksudmu. " tanya Indra tak mengerti.

"Ingatlah mas, dulu saat-saat indah kita bersama. Merajut kasih dengan penuh gairah hingga anak ini tumbuh di rahimku. Kau berjanji akan mencintaiku dan anak kita nanti. Tapi sekarang apa?"

" Bahkan kau tidak melihatku sama sekali, jangankan malam pengantin, menginjakkan kamar kita pun aku tidak pernah.Kau bahkan memperlakukanku seperti ini. Apa kau sudah lupa dengan semua janjimu padaku mas? Apa kau lupa semua cinta kita? " Ema mencoba mengingatkan Indra semua kenangan tentang mereka berdua.

Indra bergeming mendengarkan semua ocehan Ema. Dia tidak menimpali sama sekali.

"Mas, aku mohon. Jadikan aku istrimu yang sesungguhnya. Dan kita mulai hubungan kita dari awal lagi, ya. " Ema masih berusaha meyakinkan Indra agar dia mau kembali kepadanya.

"Sudahlah Ema, aku muak denganmu. Gara-gara kamu, gara-gara hasutanmu, aku jadi kehilangan wanita kuat seperti Hana. Yang tidak pernah mengeluh walau dia lelah. Dan semua pekerjaan rumah ini selesai tanpa ada keluhan dari mulutnya. " ujar Indra dengan enteng.

"Andai saja kau bisa seperti Hana, mungkin aku akan berfikir ulang untuk hubungan kita. " ujarnya lagi, sambil beranjak dari sana.

"Mas.... " teriak Ema yang menghentikan langkah Indra, namun Indra tidak menoleh sama sekali.

"Jangan membandingkan aku dengan Hana. Karena aku tak sebanding dengannya. " pekik Ema dengan air mata yabg sudah berlinang.

"Tentu saja kalian tidak sebanding. Karena Hana lebih baik darimu. " ejek Indra tanpa menoleh sedikit pun, dia lalu melangkahkan kakinya lagi.

"Akan aku buktikan padamu mas, kalau aku lebih baik dari Hana. " Lirihnya yang masih bisa di dengar oleh Indra.

Indra menyunggingkan sedikit senyumnya mendengarkan gumaman Ema. Dia langsung ke luar rumah meski di akhir pekan, karena dia harus mengecek restorannya yang berada di luar kota.

Di rumah, Kini Ema kembali ke dapur dan menyelesaikan semua pekerjaannya. Setelah semua selesai dia kembali masuk ke dalam kamar untuk beristirahat. Karena lagi-lagi perutnya terasa tegang.

"Tenanglah nak. Kita harus bertahan dalam situasi seperti ini. Kamu harus kuat sayang, demi masa depan mama dan kamu. " ujar Ema sambil mengusap perutnya dan bicara kepada bayinya.

°

°

Di taman,

Tampak Bu Gayatri sedang duduk bersantai sambil menikmati bubur ayam bersama dengan Fia. Dia enggan makan di rumah, karena makanan yang di siapkan Ema sama sekali bukan seleranya. Ema tidak seperti Hana yang selalu menanyakan kepada dirinya ingin makan apa. Ema hanya memasak lauk kesukaannya, bahkan dia juga tidak menanyakan makanan apa yang ingin Indra makan. Benar-benar bukan menantu idaman.

"Fia, aku memiliki satu pekerjaan lagi untukmu. Apa kamu mau menolongku?" tanya Bu Gayatri kepada perawatnya.

"Apa itu bu? jika saya bisa, saya akan membantu anda."

"Ini tentang keadaanku. Mulai besok, bisakah kau mengajariku berjalan? " tanya Bu Gayatri lagi.

"Ibu ingin belajar berjalan? " tanya Fia tak percaya.

"Iya, aku ingin bisa berjalan seperti dulu. Agar tidak terlalu merepotkanmu. " ujar Bu Gayatri.

"Baik bu, saya akan meminta tolong kepada pak Indra untuk membelikan tongkat empat kaki untuk belajar ibu. Awalnya memang harus dengan itu bu."

"Baiklah, biar ibu saja nanti yang bicara sekarang Indra sedang ke luar kota, Ibu tidak ingin mengganggunya. Tidak bisakah kamu menolong ibu berjalan perlahan jika kita berada di kamar? "

"Bisa bu, nanti kita coba ya. " ujar Fia dengan senyuman tulus dibibirnya.

Bu Gayatri kini bisa tersenyum senang. Dia merasa kalau sebentar lagi dia pasti bisa berjalan lagi seperti dulu, ya walau tidak senormal dulu tapi setidaknya dia bisa berjalan agar tidak mengandalkan orang lain untuk merawatnya.

Sebenarnya selama ini dia kasihan melihat keadaan Ema yang selalu mendapat perlakuan tidak baik kepada Ema. Wajarlah karena dia sama-sama seorang wanita. Tapi jika dia mengingat perbuatan wanita itu kepada Hana seketika membuatnya darahnya mendidih. Tapi dia langsung meredam perasaan marahnya itu, karena dia tidak ingin kondisinya semakin parah.

Karena itu Bu Gayatri jarang sekali berinteraksi dengan Ema, karen merasa kasihan dan marah secara bersamaan.

************

Di tempat lain.

Hana sedang asik membaca sesuatu di ponselnya, Dia mulai belajar lagi tentang ilmu hukum dan bagimana menjadi seorang asisten pengacara dan tugas apa yang akan dia kerjakan.

Saat sedang asik membaca dia dikejutkan dengan suara ketukan pintu rumahnya.

"Siapa malam-malam begini berkunjung? " gumam Hana.

Dengan langkah malas, Hana berjalan membuka pintu rumahnya dan melihat siapa yang datang.

"Dion? " pekik Hana karena saat ini yang datang ke rumahnya adalah Dion sahabatnya.

" Surprise.... "

"Iihhhh.... ngapain kamu kesini malam-malam. " gerutu Hana dengan wajah dibuat tidak suka.

"Yah, mau main lah. He, Hana. Aku bawa satu lagi kejutan untukmu. "

"Apa? " tanya Hana ketus.

"Jutek amat neng... " balas Dion sambil menoel dagu Hana, lalu dia memiringkin posisi berdirinya. Dan terlihat seorang wanita di belakang Dion yang sepertinya tak asing baginya.

"Hanaaaa... "