kisah seorang gadis cupu yng dijadikan bahan taruhan oleh kakak kelasnya namun ketika taruhannya selesai akankah hubungan mereka berlanjut atau kandas yuk,,dibaca guys,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon scorpio_girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 30
”rev,,aku tuh bingung tau kenapa sih,,kamu dulu ngejadiin aku bahan taruhan kamu?”tanya flora
”heh,,iseng aja kan aku dulu lagi ngobrol santailah sama si kinara terus iseng tuh dia ngajakin taruhan karena dia tau aku playgirl makanya dia nantangin aku buat macarin cewek yang ia tunjuk eh,,ternyata malah kamu yang ia tunjuk cewek berkacamata tebal dan cupu”jelas reva
"terus,,kenapa kamu terima taruhan itu?"tanya flora dengan nada lirih
"yaelah flora,,kan aku udah bilang tadi aku tuh iseng aja lagian aku mikirnya gampang lah deketin cewek kayak kamu mana nyangka sih kalo malah jadi begini"jawab reva santai
"jadi,,kamu pikir aku gampang dideketin?"flora menatap reva tajam
"ya awalnya aku mikir gitu tapi ternyata kamu beda flora,,kamu tuh gak kayak cewek-cewek lain yang gampang kepincut sama aku"ucap reva sambil tersenyum kecil
"terus,,buat kamu aku tuh apa?cuma cewek taruhan yang akhirnya jatuh cinta sama kamu?"suara flora terdengar bergetar
"flora,,aku akui awalnya iya tapi lama-lama aku sadar aku beneran suka sama kamu,,bahkan bikin aku sadar dan tobat dari sifat playgirl- aku"reva menatap flora dengan serius
”tapi kamu janji ya setelah ini jangan pernah mainin cewek manapun”
”ya,,flo aku janji lagian sekarang mah hati akukan udah terjebak di kami jadi mana berani aku macam-macam sama kamu yang ada nanti aku malah ditinggalin sama kamu,,ih ogah deh”
"ih,,gombal banget sih kamu rev"flora memalingkan wajahnya dengan pipi yang mulai memerah
"lah,,aku serius tau"reva tertawa kecil lalu meraih tangan flora "kamu tau gak,,aku tuh beneran takut kehilangan kamu"
flora terdiam sejenak sebelum akhirnya menggenggam tangan reva balik "aku juga takut rev,,tapi aku lebih takut kalo ternyata perasaan kamu cuma sementara"
"flora,,aku udah bilang kan aku berubah karena kamu"reva menatap flora lekat-lekat "aku gak akan nyia-nyiain kamu,,aku sayang kamu"
"hm,,buktikan aja kalo kamu beneran serius"flora tersenyum tipis sambil menarik tangannya pelan
"siap bos,,pokoknya aku bakal bikin kamu percaya"reva menyeringai jahil lalu mendekatkan wajahnya ke flora "jadi,,boleh gak aku cium pipi kamu?"
"rev!!"flora langsung menepuk lengan reva dengan wajah merah padam
"hehe aku becanda kok flo,,tapi kalo kamu mau sih aku gak nolak"reva tertawa santai
"dasar menyebalkan!!"flora mendengus kesal lalu berjalan mendahului reva yang masih tertawa di belakangnya
hari berlalu bulan berganti
Suasana di antara mereka mulai mencair, meskipun Flora masih sedikit kesal dengan pengakuan Reva. Mereka berjalan berdampingan di taman kampus, angin sepoi-sepoi berhembus menerpa wajah mereka.
"Flo, masih marah ya?" tanya Reva sambil melirik Flora yang tetap memasang wajah cemberut.
"Hmm," Flora hanya mendengus pelan, menatap ke depan tanpa menoleh ke arah Reva.
"Yah, masa gitu doang marah sih? Kan aku udah jujur," Reva berusaha merayu dengan nada manja.
"Justru karena jujur aku jadi kepikiran," Flora akhirnya menoleh menatap Reva dengan ekspresi sedikit bimbang.
"Eh? Kepikiran apa?" Reva menaikkan sebelah alisnya.
"Kepikiran… apa aku cuma korban taruhan kamu atau bukan," suara Flora terdengar semakin pelan.
Reva menghentikan langkahnya dan menarik pergelangan tangan Flora, membuat cewek berkacamata itu ikut berhenti.
"Flo, denger ya," Reva menatap mata Flora dalam-dalam, "kalau aku masih main-main, aku gak bakal seserius ini sama kamu."
"Tapi—"
Reva meletakkan telunjuknya di bibir Flora, menyuruhnya diam. "Gak ada tapi-tapi. Aku udah janji, kan? Aku udah berhenti jadi playgirl, dan semua itu karena kamu. Aku bahkan gak tertarik sama cewek lain lagi selain kamu."
Flora menunduk, berusaha menahan senyum kecil yang hampir muncul di wajahnya.
"Flo, kamu percaya aku, kan?" suara Reva terdengar lebih lembut sekarang.
Flora diam sebentar sebelum akhirnya mendongak dan menatap Reva. "Aku mau percaya… tapi kamu harus buktiin sendiri."
Reva langsung tersenyum lebar. "Siap, aku bakal buktiin sampai kamu gak ada alasan buat ragu lagi!"
Flora menghela napas sebelum mengangguk pelan. "Oke, kita lihat aja nanti."
Reva mendekat lagi dengan wajah jahil. "Tapi Flo, sebagai awal pembuktian, boleh gak aku peluk sebentar?"
"REV!!" Flora langsung memukul lengan Reva dengan pipi yang mulai memerah lagi.
"HAHA! Aku cuma tes aja, Flo! Tapi kalau kamu mau, aku sih siap," Reva tertawa lepas.
Flora mendengus kesal, lalu berjalan lebih cepat meninggalkan Reva yang masih terkekeh di belakangnya.
"Flo, tunggu aku! Masa pacar ditinggalin sih?!"
"Siapa yang bilang kamu pacar aku?!"
"Kamulah masa kamu lupa sih kalo punya pacar sekeren aku!"
"Dasar menyebalkan!!"
Suara tawa Reva masih terdengar saat ia mengejar Flora, sementara gadis itu tetap berusaha menutupi wajahnya yang kini semakin memerah.
Di hari berikutnya reva yang tak bisa menjemput flora sehingga hari ini ia berangkat sendiri naik bis dan ketika ia sedang menunggu bis tiba-tiba ada seorang perempuan yang menghampiri
”maaf kak,,numpang tanya kalo mau ke kota ini naik bis apa ya?”tanyanya
”oh,,kota ini mbaknya tinggal naik bis jurusan **trus nanti mbaknya turun di perempatan nah disitu tanya deh perumahan itu pasti semua tau deh”jelasnya
”oh,,ribet juga ya?”
”ya,,udah mbaknya nanti naik bisnya bareng saya aja soalnya saya kebetulan mau naik bis itu juga”
”oh,,ya makasih ya kak,,,”
”heh,,ya sama memangnya mbaknya mau ke tempat siapa?”
”oh,,saya mau ketempat mama saya kak,,saya udah lama gak ketemu beliau”
”oh,,,ya btw kenalin nama saya mutiara tapi kamu bisa panggil tiara”
”oh,,kalo aku flora”
”oh,,salam kenal ya”
Saat bis yang mereka tunggu akhirnya tiba, Flora dan Tiara segera naik dan mencari tempat duduk yang kosong. Kebetulan, mereka menemukan dua kursi di bagian tengah dan segera duduk bersebelahan.
"Jadi, kamu dari mana, Tiara?" tanya Flora sambil memasukkan tasnya ke pangkuan.
"Oh, aku dari luar kota, baru sampai tadi pagi," jawab Tiara dengan senyum ramah. "Kalo kamu?"
"Aku sih emang tinggal di sini, cuma hari ini lagi berangkat sendiri soalnya biasanya ada yang jemput," ujar Flora sambil menatap keluar jendela.
"Oh gitu, pacar ya yang jemput?" goda Tiara sambil tersenyum jahil.
"Eh? Bukan!" seru Flora cepat, wajahnya sedikit memerah. "Dia cuma... temen," tambahnya dengan nada agak canggung.
Tiara terkekeh pelan. "Oh ya? Tapi kenapa reaksinya kayak orang yang lagi menyembunyikan sesuatu?"
"Enggak ah," Flora buru-buru mengalihkan pandangannya. "Terus, kamu ke sini sendirian? Gak bareng keluarga?"
Tiara menggeleng. "Iya, aku sendiri aja. Soalnya udah lama gak ketemu mama, pengen kasih kejutan," ucapnya dengan nada sedikit melamun.
Flora mengangguk pelan. "Pasti mama kamu bakal seneng banget ketemu kamu lagi."
"Aku harap sih gitu," Tiara tersenyum tipis. "Soalnya, udah beberapa tahun aku gak ketemu beliau..."
Flora menatap Tiara dengan sedikit simpati. "Pasti kamu kangen banget ya?"
"Banget," Tiara menghela napas. "Dulu aku pergi karena suatu alasan, tapi sekarang aku udah siap buat balik lagi."
Flora mengangguk mengerti, tak ingin memaksa Tiara bercerita lebih jauh.
"Eh, Flora, boleh tukeran nomor gak?" tanyanya tiba-tiba.
Flora menoleh dengan sedikit kaget. "Hah? Buat apa?"
"Ya, siapa tau kita bisa temenan," jawab Tiara dengan senyum ramah. "Kalo aku butuh info tentang kota ini, bisa nanya ke kamu."
Flora berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Yaudah, boleh."
Mereka pun saling bertukar nomor sebelum kembali mengobrol ringan sepanjang perjalanan. Sementara itu, di tempat lain, Reva yang baru sampai sekolah merasa ada sesuatu yang aneh.
"Kenapa ya tiba-tiba hatiku gak enak gini..." gumamnya