[HOT!]
Catherine dulunya adalah murid kutu buku yang polos dan kerjaannya hanya belajar di perpustakaan. Namun suatu hari, dia terlibat taruhan dengan Bastian. Mereka mereka memulai sebuah taruhan gila dan semenjak itu hidup Catherine benar-benar berubah drastis. Bastian mengajarinya hal-hal aneh dan liar yang tidak pernah Catherine ketahui ataupun coba sebelumnya.
Intinya, Bastian dan Catherine adalah teman di atas ranjang.
Hubungan mereka hanya sebatas sebagai teman yang saling memanfaatkan untuk memuaskan nafsu.
Tidak kurang, tidak lebih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon redwinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Desahan Pertama
Tiba-tiba terdengar suara kuncian pintu yang diputar membuat Bastian dan Catherine sontak menoleh secara bersamaan ke arah pintu.
“Sepertinya itu Jimmy,” ujar Bastian yang seketika membuat Catherine panik.
Catherine bangkit berdiri kemudian hendak berlari ke arah kamar mandi sebelum Bastian meraih tangannya membuat langkahnya itu terhenti.
“Kau mau kemana?” tanya Bastian.
“Tentu saja bersembunyi, aku tidak mau ketahuan bermalam disini untuk kedua kalinya. Ini bisa meninbulkan gosip, Bastian,” ujar Catherine. Lagian mereka juga tidak tahu apakah Jimmy itu sosok yang bisa menjaga rahasia atau bukan. Jadi lebih baik Catherine mencari jalan yang aman yaitu dengan tidak tertangkap basah untuk kedua kalinya.
Sedetik setelah Jimmy membuka pintunya, ia menemukan Bastian yang sedang duduk di kursi depan meja belajarnya.
“Kau tidur disini semalam?” tanya Jimmy dengan raut kagetnya, sebab Bastian memang jarang sekali pulang ke kamar asramanya sehingga selama ini Jimmy seakan memonopoli kamar itu untuk dirinya sendiri.
Bastian menangguk, “Iya,” balasnya cepat sebelum bangkit berdiri dan menghampiri Jimmy.
“Aku boleh minta tolong sesuatu,” ujar Bastian lagi membuat Jimmy menatap pria itu bingung. Untuk pertama kalinya seorang Bastian meminta tolong kepadanya.
“Tolong belikan aku ayam goreng di kantin, aku belum sarapan,” ujar Bastian.
Jimmy masih bingung saat Bastian mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang kepadanya.
“Sisanya untukmu,” ujar Bastian lagi dan tatapan Jimmy langsung berubah cerah.
“Oke tunggu aku,” balas Jimmy dan segera menutup pintu kamar asrama mereka dan pergi dari sana dengan secepat kilat.
Bastian kemudian berjalan menuju kamar mandi dan mengetuk pintunya itu sekali.
“Kau sudah bisa keluar, Jimmy sudah pergi,” ujar Bastian memberitahu Catherine.
Catherine memunculkan diri dari balik pintu kamar mandi, tampak mengedarkan pandangannya ke sekitar untuk mengecek keadaan.
“Kau harus berterima kasih kepadaku,” ujar Bastian santai sembari menyenderkan tubuhnya pada dinding kamar dan menatap ke arah Catherine.
Catherine kemudian menatap Bastian untuk waktu yang cukup lama, seakan Catherine tahu maksud dari kalimat Bastian itu.
Catherine kemudian berjinjit sekali sebelum mendaratkan satu kecupan pada bibir Bastian.
“Aku tidak meminta itu,” balas Bastian yang membuat Catherine menatapnya bingung.
“Lalu?”
Bastian langsung maju selangkah guna menghapus jarak diantara mereka sebelum meraih pipi Catherine dan menciuminya. Bastian melahap bibirnya secara kasar, gerakannya terasa cepat dan terburu-buru, saling berpacu dengan waktu sebelum Jimmy kembali nanti.
Dalam waktu singkat itu Bastian terus melancarkan tindakan gilanya itu.
“Bastian…” desah Catherine untuk pertama kalinya.
Catherine bahkan juga shock setelah menyadari bahwa dirinya itu mengeluarkan suara seperti itu. Catherine mengeluarkannya tanpa sadar, setiap sentuhan yang Bastian berikan, sensasi panas dan perasaan berdebar itu terasa meruntuhkan kewarasan Catherine saat itu juga.
“Suaramu sangat indah ketika memanggil namaku itu Catherine,” bisik Bastian pelan sebelum menjauhkan wajahnya dengan mempertahankan pelipis mereka yang masih saling menempel dan menyatu.
Bastian kemudian mendaratkan satu kecupan lagi pada bibir Catherine.
“Aku ingin melanjutkannya tetapi aku tidak ingin Jimmy mempergoki kita dan melihat wajah cantikmu ini,” ujar Bastian sembari mengusap pipi Catherine yang tampak memerah karena menahan malu itu.
Catherine masih dengan wajah shocknya atas kegiatan mereka barusan. Ia sontak memegang bibirnya sebelum dalam sepersekian detik Catherine langsung berlari meninggalkan Bastian dan kelaur dari kamar asramanya itu.
Catherine benar-benar kabur darinya.
Bastian memutuskan untuk tidak mengejarnya dan memberi waktu bagi Catherine untuk memproses semuanya.
Bastian tahu itu adalah pengalaman pertama Catherine dan wanita itu harus terbiasa. Sebab sepertinya setelah ini, Bastian tidak akan melepaskan Catherine dengan mudah lagi.
Sepertinya untuk menghilangkan bayangan Bastian dalam pikirannya, terlebih kegiatan gila mereka pagi ini, Catherine memutuskan untuk pergi ke ruangan karatenya. Selain karena dia mempunyai jadwal mengajar, sepertinya pergi berlatih sejenak akan membuat pikirannya ter-refresh kembali.
Seperti yang ia duga, waktu terasa berjalan dengan sangat cepat dan tahu-tahu sudah lewat dua jam Catherine mengajar di ruangan klub karatenya itu. Para muridnya sudah mulai berpulangan dan ruangan itu dalam sekejap menjadi sepi, meninggalkan dirinya seorang diri di dalam sana.
Keringat membanjiri pelipisnya berikut turun ke area pipinya, napas Catherine masih tersenggal-senggal, rambutnya yang diikat satu itu terus bergoyang pelan kala ia melayangkan tinju demi tinji pada samsak tinju didepannya itu.
Catherine terus berlatih tanpa mengenal waktu, selain itu merupakan salah satu kegiatan yang ia anggap sebagai olahhraga, Catherine juga merupakan seorang peminat seni bela diri.
Tiba-tiba di tengah latihannya, pintu ruangan terbuka menampilkan seorang pria yang berjalan masuk ke dalam.
Catherine menghentikan pukulannya pada samsak tinju dan memilih untuk berbalik.
“Kelasnya sudah selesai,” ujar Catherine sebab ia pikir yang datang adalah salah satu muridnya yang terlambat mengikuti kelasnya itu.
“Aku tidak datang untuk mengikuti kelasmu,” ujar pria itu membuat Catherine menautkan alisnya bingung. Catherine akhirnya memutuskan untuk menyudahi latihannya dan berjalan menuju pria itu.
“Lalu?”
“Aku mencarimu,” ujar pria itu sembari menatap lekat ke arah Catherine.
“Mencariku?”
Catherine merasa ia tidak pernah bertemu dengan pria itu sebelumnya.
“Kau yang namanya Catherine kan?” tanya pria itu lagi seakan memastikan.
Catherine menangguk.
“Perkenalkan aku Richard,” ujar pria itu kemudians embari mengulurkan tangannya ke arah Catherine.
Catherine menyambut uluran tangannya, “Aku Catherine.”
Mereka bersalaman sekali, namun saat Catherine hendak menarik kembali tangannya, Richard malah terlihat enggan untuk melepaskannya dan malah secara kurang ajarnya mengelus punggung tangan Catherine dengan jari jempol pria itu.
Catherine yang merasa ada yang tidak beres langsung menarik paksa tangannya.
“Kalau boleh tahu, ada apa mencariku?” tanya Catherine to the point akhirnya.
“Aku tertarik dengan kelasmu, bolehkah aku bergabung?” tanya Richard.
Catherine menatapnya untuk waktu yang lama, sebelum akhirnya berujar.
“Silahkan saja, isi form-nya di situs web kampus kita. Disana ada lengkap dengan jadwal kelas setiap minggunya,” terang Catherine menjelaskan.
“Tapi kau adalah guru di kelas ini kan?” tanya Richard lagi dan Catherine menangguk.
“Kalau begitu sebelum aku memutuskan untuk masuk ke kelasmu, setidaknya aku harus mengujimu dulu bukan?”
Pertanyaan Richard itu berhasil memancing kebingungan dalam diri Catherine.
“Maksudnya?”
“Aku tidak ingin diajarin oleh guru yang tidak kompeten. Jadi aku ingin mengujimu terlebih dahulu,” Richard mengulang kalimatnya sembari menatap lurus ke arah Catherine dengan tatapan yang seakan meremehkan wanita itu.
Catherine balas menatap lekat pria didepannya itu, “Siapa kau sebenarnya?”
Catherine yakin, Richard tidak datang untuk mengikuti kelasnya itu.
“Namaku Richard, aku sudah memperkenalkan diri tadi,” ujar pria itu lagi dengan nada bicaranya yang terkesan bermain-main dengan Catherine.