Aku terpaksa menikah dengan pria yang belum pernah aku temui sebelumnya.Setelah menikah kembaranku menginginkan bertukar suami. Apakah dia sudah gila mau menukar suaminya dengan suamiku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21 : Kelaparan
Lalu ada ayah dan ibu yang membawa gorengan tadi ia pindah kesini.
Mereka ngobrol, aku memilih nonton TV aja, karena kalau siang gini ada drakor di TV.
Safira setelah dari kamarnya gabung juga ke ruang tamu, dia membawa buah melon yang tadi aku ambil nggak jadi.
"Suami kamu kenapa malah memilih ngopi dekat kolam sih By, nggak gabung saja sama ayah dan Keenan." ucap Ibu mengagetkanku karena aku lagi fokus sama drakor.
"Ya terserah dia lah bu, aku juga nggak tau juga. " baru saja diomongin eh orangnya muncul masih menenteng gelas kopinya.
Dia menyapa ibu yang hendak ke dapur menyiapkan makan.
"Laper nih, makan emang nggak boleh? " bisik Karel yang kini duduk disampingku.
"Makanya kalau bangun itu pagi, kesiangan ya lapar. " omelku.
"Itu kebiasaan ku By, aku nggak bisa bangun pagi. Sorry, pasti diomongin ayah sama ibu kamu ya? jadi malu. " Karel menjelaskan kebiasaan dia.
"Tapi nunggu yang lainnya, sepertinya mau makan bareng. Makan siang ya tapi. "
"Duh kelamaan, keburu mati kelaperan. " dengusnya lucu kaya murid mu kalau lagi ngerengek.
Aku tertawa kecil, "Ya udah bentar tak lihat dulu barang kali ada yang bisa kamu makan. " aku kedapur.
Ku lihat ibu mau masak sayur bayam, dan menggoreng udang tadi pagi padahal sudah menggoreng ayam dan masih banyak.
"Bu, mau makan bersama ya?" ibu mengangguk.
"Boleh nggak Karel makan duluan dia belum sarapan loh. "
"Ibu kira sudah kenyang sama bantal" ibu tertawa bercanda. "Ini loh kasih roti tawar sama susu kental manis dulu nanti kita makan bersama. "
"Ok" segera ku ambil dua lembar roti dan di dalamnya aku kasih susu coklat itu.
"Nih, makan ini dulu ya Rel" aku meletakan roti di atas meja.
Karel yang tadi itu bilang kelaperan malah sibuk main HP. Ku lirik, dia ngapain sih eh ternyata main game. Ya ampun ini bocah ternyata kerjaannya main game gitu.
"Katanya laper? "
Tanpa beralih ke HP dia mengambil roti itu dan melahapnya.
"Minumnya by" dia hampir saja kesereten.
Aku ambil minum di kulkas, teh kemasan gitu.
"Aku nggak doyan teh! " katanya dengan mulut penuh.
Haiis, merepotkan ni bocah.
*
Kami makan bersama diruang makan dekat dapur. Safira dengan tlaten mengambilin Keenan makan, dan melayani suaminya itu. Tidak dengan Karel yang memang sudah kelaparan sejak tadi dia memilih ambil sendiri.
"Sepertinya Safira dan Keenan bisa langsung saling suka ya? sudah tau seperti apa pasangan suami istri seharusnya. " Ibu memuji pasangan itu.
Sepertinya menyindir ku. Tapi tidak juga, aku juga melayani Karel kok dari kemarin ambil ini itu.
Jangan ditanya Karel sudah melahap banyak makanan tanpa mendengarkan apa yang diobrolin dimeja ini. Dia bahkan masih dengan HP di mejanya jadi dia makan sambil main game. Tidak sopan memang, sampai ayah aja sesekali meliriknya dengan tatapan membunuh.
"Rellll, bisa nggak makan aja game nya lanjut entar. " bisiku tepat ditelinganya.
Karel nurut, dia menyudahi makannya yang memang sudah habis duluan.
"Saya duluan ya om tante. " Karel pamit, dan dia manggil ayah dan ibu om tante?.
"Panggil ayah dan ibu Karel, kami sekarang orang tua kamu" ibu mengoreksi.
Karel mengangguk lalu pergi ke meja depan TV nyahut rokok lalu kedepan rumah pasti rokokan.
"Dia itu kakak kamu apa adik kamu Keenan? " tanya Ayah.
"Kakak saya ayah"
"Kok kayaknya kebalik ya?" ayah pasti mikir Karel kayak bocah.
"Ya begitulah Karel, dia memang masih suka main. Padahal usianya sudah dua puluh tujuh tapi masih suka main game dan keluyuran. " Keenan mode ghibah.
"Terus apa benar dia nggak mau kerja? " ayah masih saja kepo tentang itu.
"Iya, selama ini saya yang bekerja di perusahaan.Mengurus pabrik dan sebagainya tidak dengan Karel dia tidak mau sama sekali bekerja. Eh maaf ayah, tapi jangan khawatir soal Ruby nantinya, karena dia tidak akan kesusahan kok. Kami akan memberikan nafkah yang sama seperti Safira, selama Karel belum bekerja. "Keenan menjelaskan.
"Terus jadinya kamu yang ngasih nafkah ke Ruby juga? " ayah menyimpulkan demikian.
"Iya Ayah, saya sanggup kok menafkahi dua istri sekaligus. " langsung deh mataku mendelik mau copot dengar ucapannya yang aneh.
"Maksudnya seperti dua istri, yang satu istri saya yang satu istri kakak saya. Lagian Ruby sudah jadi keluarga kami dia juga berhak mendapatkan jatah uang dari perusahaan. " dia lalu menjelaskan maksudnya.
"Kalau urusan nafkahku biarkan urusan Karel Nan, Lagian aku juga punya gaji kok. " kataku menolak kalau dikasih nafkah sama Keenan.
"Halah gaji kamu kan cuma kecil Ruby? sedangkan kalau sudah berumahtangga itu kebutuhan makin naik tidak seperti saat kita single. " Safira meremehkan gajiku, selalu memang seperti itu.
"Iya aku ngerti kok" males berdebat kalau ada ayah pasti nanti yang dibela Safira.
"Terus habis ini kalian mau tinggal dimana? " tanya Ibu.
"Tinggal dirumah mama Bu untuk sementara, karena apartemen saya baru direnovasi. Ruby juga ikut ke rumah mama, soalnya Karel nggak punya tempat tinggal lain. " jelas Keenan sedari tadi sepertinya merendahkan Karel terus.
