Karena sebuah wasiat, Raya harus belajar untuk menerima sosok baru dalam hidupnya. Dia sempat diabaikan, ditolak, hingga akhirnya dicintai. Sayangnya, cinta itu hadir bersama dengan sebuah pengkhianatan.
Siapakah orang yang berkhianat itu? dan apakah Raya akan tetap bertahan?
Simak kisah lengkapnya di novel ini ya, selamat membaca :)
Note: SEDANG DALAM TAHAP REVISI ya guys. Jadi mohon maaf nih kalau typo masih bertebaran. Tetap semangat membaca novel ini sampai selesai. Jangan lupa tinggalkan dukungan dan komentar positif kamu biar aku semakin semangat menulis, terima kasih :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandyakala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melepas Kerinduan
"Ya Tuhan, aku benar-benar tidak sedang mimpi kan?", ucap Raya dengan air mata yang sudah mulai menetes. Kedua tangannya kini menangkap wajah suaminya, Ezra.
Raya kembali memeluk erat tubuh Ezra. Kini dia bisa menghirup kembali aroma tubuh Ezra yang selama ini begitu dia rindukan. Ada perasaan hangat di hati Raya dengan kepulangan Ezra yang tiba-tiba.
"Jangan menangis, sayang. Aku pulang buat kamu. Aku mau melihat kamu tersenyum", dengan lembut Ezra menyeka air mata Raya.
Raya mencoba menghentikan tangisnya dengan tersenyum.
"Ini kejutan yang sangat indah, Mas. Aku merindukanmu, sangat rindu", lagi, Raya memeluk erat suaminya.
Ezra membalas pelukan itu dengan erat juga. Untuk beberapa saat mereka tetap saling memeluk, seolah meluahkan semua perasaan yang selama ini tak terkatakan.
"Aku rindu kamu. Aku mencintaimu", Ezra melepaskan pelukannya dan beralih mencium bibir manis milik Raya.
Raya menikmati semua sentuhan yang diberikan suaminya itu. Sungguh, dirinya pun sangat mencintai dan merindukan Ezra.
Setelah beberapa saat saling berpaut, Ezra melepaskan pautan itu.
"Kamu wangi sekali, sayang. Ah, rasanya aku tidak ingin menunda lagi, aku menginginkanmu lebih dari ini", ujar Ezra jujur.
Jika lelakinya bangkit sejak dirinya pertama kali menyentuh Raya. Tapi itu semua ia tahan karena Ezra tahu, kondisi istrinya saat ini belum sepenuhnya pulih seperti yang diinformasikan oleh Mbok Nah.
Raya tersipu malu, ia bahkan lupa jika dirinya masih mengenakan handuk saja.
"Kamu yakin tidak mau segera berpakaian, hm?", goda Ezra. Kedua matanya nakal menatap area leher dan dada milik Raya.
Raya baru tersadar jika sejak tadi dirinya belum berpakaian. Dia segera menyilangkan kedua tangannya untuk menutupi area dada yang sedikit terbuka karena pelukan beberapa saat yang lalu.
"Ih Mas Ezra, aku malu. Tolong Mas balik badan atau keluar dulu", ucap Raya setengah berteriak.
Ezra mengernyitkan dahi, "Lho kenapa aku harus melakukan itu? aku ini suamimu, apa kamu lupa?".
"Iya aku tahu, Mas. Tapi aku malu, ayo Mas Ezra balik badan atau keluar", rengek Raya lagi.
Ezra terkekeh melihat tingkah dan ekspresi istrinya. Terlebih saat ini wajah Raya semakin merona, sungguh pemandangan di depannya itu sangat menggemaskan bagi Ezra.
"Tidak ada yang perlu ditutupi. Aku sudah tahu dan sudah melihat setiap inci tubuh mulusmu itu, sayang", goda Ezra lagi.
Raya kehabisan kata-kata. Akhirnya dengan terpaksa dia mendorong Ezra untuk mengahadapi ke arah jendela.
"Ok ok, Aku gak lihat nih", kata Ezra sambil membelakangi Raya yang kini tengah sibuk mengenakan pakaian dalam.
"Benar ya Mas, gak boleh curang lho", tegas Raya sambil sesekali kedua mata indahnya melirik ke arah Ezra.
"Iya, aku tidak akan curang kok", jawab Ezra santai.
Saking fokusnya pada Ezra, Raya lupa jika cermin yang ada di samping Ezra memantulkan bayangannya yang sedang berpakaian.
Ezra memang tidak membalikkan badan untuk melihat Raya. Tapi dari cermin itu, dia bisa melihat kemolekan dan keindahan tubuh istrinya.
Ezra tersenyum manis, "Posisi ini sangat menguntungkan sekali", batinnya tanpa lepas dari pantulan cermin.
"Mas, ayo balik badan. Aku sudah selesai", ucap Raya setelah ia mengenakan piyama panjang dengan motif bunga-bunga lengkap dengan jilbab.
Ezra berpura-pura bersikap seolah ia tak melihat apapun.
"Wow, istriku cantik sekali", puji Ezra tulus.
Senyum manis merekah indah di bibir Raya. Dia sangat senang mendengar pujian itu.
"Mas Ezra kenapa tidak mengabari aku kalau mau pulang? sengaja ya biar jadi kejutan", tebak Raya serius.
Ezra tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Kejutannya berhasil kan?", Ezra menatap istrinya penuh kasih.
"Iya, Mas", jawab Raya cepat dan kembali memeluk suaminya itu.
Ezra mengusap lembut dan mengecup pucuk kepala Sang istri.
"Mas".
"Hm?".
"Mas pasti belum makan kan? kita makan dulu yuk Mas", ajak Raya.
"Iya nih, Mas lapar sekali", Ezra mengajak istrinya beranjak dari ujung ranjang.
Keduanya menuruni anak tangga dengan senda gurau. Sesekali terdengar tawa yang membuat suasana rumah kembali terasa ramai.
Mbok Nah dan Pak Seno yang melihat kebersamaan Tuan dan Nona Muda mereka ikut merasa bahagia.
"Semoga mereka selalu seperti itu ya, Pak", ucap Mbok Nah melirik suaminya.
"Iya. Pasangan yang serasi", ucap Pak Seno disertai seulas senyum.
Raya dan Ezra menikmati makan malam mereka dengan penuh kebahagiaan. Tak lupa Raya menanyakan kabar Papa Hadinata juga Mama Laura dan dia pun menceritakan undangan pernikahan dari Bagas, sahabat suaminya itu.
"Kamu punya ide kado yang bagus gak buat nikahan Bagas sama Nita?", tanya Ezra. Saat ini dirinya dan Raya sudah kembali ke kamar setelah menyelesaikan makan malamnya sejak lima belas menit yang lalu.
Raya terdiam, dia berpikir sejenak untuk memikirkan kado apa yang bagus dijadikan hadiah pernikahan sahabat baik suaminya itu?.
"Ah, ya, bagaimana kalau kita kasih hadiah liburan ke luar negeri? sekalian mereka honeymoon, Mas", ucap Raya semangat.
Kini giliran Ezra yang tampak berpikir, "Hmm ... kalau urusan liburan begitu, Si Bagas gak perlu nunggu kado. Uang dia banyak, bisa pergi liburan atau honeymoon sendiri", seloroh Ezra.
"Hooo iya juga ya, Mas. Secara sahabat Mas Ezra itu anak orang kaya, sama seperti Mas Ezra".
Ezra terkekeh mendengar dirinya disebut anak orang kaya oleh Raya.
"Aduh, aku gak pandai nih kalau urusan memilih hadiah untuk kado pernikahan" keluh Raya yang memang tak menemukan ide apapun di kepalanya.
"Aha, aku tahu. Bagaimana kalau kita kasih kado sepuluh lingerie saja?", Ezra menawarkan ide gilanya.
Raya memandang suaminya tak percaya, "Ih, memalukan, Mas. Masa kadonya seperti itu sih", Raya tidak setuju.
"Lho, bukannya bagus kan. Lingeri itu pasti sangat bermanfaat untuk honeymoon termasuk buat urusan ranjang harian mereka", jawab Ezra santai.
"Kamu vulgar. Serem tahu, Mas", Raya masih bersikukuh.
Ezra tertawa mendengar dan melihat respon istrinya.
"Ya gak apa-apa, sayang. Justru kita bantu mereka buat cepat dapat momongan, ya", lanjut Ezra lagi.
Raya yang sedari tadi mendengar ide gila suaminya hanya bisa menggidikkan kedua bahunya.
"Aku malu Mas dengan kado begitu. Apa kata istrinya nanti coba?".
Lagi, Ezra tertawa, "Tidak usah malu, percaya sama aku, Bagas dan istrinya pasti sangat berterima kasih dengan hadiah sepuluh buah lingerie. Besok kita ke mall ya dan kamu yang pilih lingerienya".
"Dan jangan lupa, beli juga lingerie buat kamu", Ezra berbisik di telinga Raya.
"Ih, Mas Ezra seram", Raya melemparkan bantal kecil di pangkuannya ke arah Ezra.
Ezra tertawa terbahak-bahak melihat istrinya yang masih saja tidak menerima ide kado darinya.
Mereka bertingkah seperti anak kecil, saling beradu bantal. Tapi karena peperangan itu terlalu seru, tanpa sadar Raya kehilangan keseimbangan dan menarik piyama Ezra hingga keduanya jatuh di atas tempat tidur dengan posisi Raya berada di bawah kungkungan Ezra.
Kini kedua mata sepasang suami istri itu saling menatap dengan nafas keduanya yang masih tersengal-sengal.
"Kamu sengaja ya menggodaku?", goda Ezra.
"Ti ... tidak, Mas", jawab Raya gugup. Memang posisi mereka saat ini adalah sebuah ketidak sengajaan.
Wajah Ezra berubah, dia tersenyum penuh arti. Ada kabut hasrat yang dalam tampak di matanya. Salah satu tangannya bahkan kini sudah nakal mengusap pipi Raya.
"Malam ini apa kamu masih lelah, sayang?", tanyanya lembut.
Deg
Jantung Raya berdegup kencang mendengar pertanyaan itu.
"Aku ... aku baik-baik saja, Mas", jawab Raya masih gugup.
Ezra kembali tersenyum penuh arti, tatapannya semakin dalam dan mendamba.
"Aku menginginkanmu malam ini, sangat ingin", bisik Ezra lagi.
Tubuh Raya meremang mendengar bisikan itu. Tanpa menunggu jawaban istrinya, tangan Ezra sudah bergerilya menyentuh bagian lain dari tubuh Raya.
"Mas ...".
"Sssttt ... kita nikmati malam ini bersama, sayang".
Seolah terhipnotis oleh sentuhan Ezra, Raya hanya pasrah dan menikmati penyatuan yang sebenarnya juga sangat dia rindukan.
semoga tidak ada lagi yang menghalangi kebahagiaan kalian
setelah aku ikuti...
tapi cerita nya bagus biar diawal emosian 🤣🤣🤣
semoga aja raya bisa Nerima anak kamu dan Sindi ya...
semangat buat jelaskan ke raya
aku penasaran kek mana reaksi Sindi dan papanya tau ya kebusukan anak nya
semoga tidak terpengaruh ya....
taunya Sindi sakit tapi kalau kejahatan ya harus di pertanggung jawaban