Niat hati, merantau ke luar negeri untuk merubah nasib. Namun karena suatu kejadian, dua pemuda polos nan lugu itu malah terlibat dalam kehidupan asmara enam janda muda. Mampukah mereka lepas dari jeratan janda yang penuh pesona? Atau mereka terjerumus dalam larutnya dunia para janda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Ibu Muda
"Astaga! Kenapa jadi pada manja banget sama omnya?" tanya A moy. "Itu om Tito nggak kuat loh?"
Tito sontak tersenyum. " Nggak apa apa, Miss. Aku kuat kok?"
"Yakin kuat?" tanya A moy dan Tito mengangguk. "Tapi kok semalam, pas ngintip cuma sebentar, pasti nggak kuat ya?"
Mata Tito langsung membelalak menatap majikannya yang tersenyum manis kepadanya. Namun sekejap kemudian, Tito langsung menunduk menahan malu. Benar dugaan Tito, ternyata Miss A moy tahu tentang kejadian semalam. Tapi kenapa A moy tidak marah? Apa dia tahu kalau semalam Tito tidak sengaja mengintip?
"Maaf, Miss, aku ..."
"Nggak apa apa. Jangan terlalu dipikirkan. Aku yang salah karena tidak menutup pintu dengan benar."
Ada rasa lega dalam hati Tito saat ini. Dia pikir A moy akan marah dan mungkin akan memecatnya. Tapi ternyata A moy malah memaafkannya dengan mudah dan seakan menganggap itu bukan masalah besar.
"Binbin, Zoe, Yuk mandi sama Mommy," seru A moy.
"Nggak mau! Zoe mau mandi sama Om," tolak Zoe tanpa mau melepas pelukannya.
"Binbin juga."
"Eh nggak bisa, Om Tito masih banyak pekerjaan. Nanti kalau Om Tito sudah selesai, baru boleh main lagi."
"Nggak mau, Mommy! Zoe mau ikut Om aja."
"Nanti kita belajar berkelahi lagi ya, Om," sambung Binbin.
"Bela diri, Sayang. Bukan berkelahi," Ralat A moy. "Yok mandi dulu sama Mommy, nanti setelah mandi, terus sarapan, baru belajar lagi sama, Om."
"Apa yang dikatakan Mommy benar. Binbin dan Zoe harus nurut apa kata Mommy. Kalau nggak nurut, nanti Om nggak mau ngajarin bela diri lagi, gimana?" Tito ikutan membujuk.
"Kok Om gitu? Sukanya ngancam kayak Daddy."
Deg!
Ucapan Zoe sontak mambuat A moy dan Tito terkejut serta terbungkam. Mereka berdua saling pandang dan bingung memabalas perkataan Zoe. Tito berpikir cepat mencari kata kata agar Zoe tidak salah paham.
"Siapa yang mengancam? Om nggak mengancam. Om kan cuma ngasih saran. Kalau Zoe dan Binbin nggak nurut, terus pekerjaan Om nggak kelar kelar, terus kita gagal belajar bela diri karena Om masih bekerja, Zoe mau?"
"Emang Om kerjanya apa? Apa kayak Deddy?"
"Haduhh!"
"Ya udah, ya udah, Zoe maunya gimana? Mau mandi sama Om Tito?" ucap A moy pada akhirnya.
"Iya."
"Ya udah, kalian mandi sama Om Tito, tapi jangan nakal. Nurut sama Om, oke!"
"Oke, Mom!"
Anak anak langsung bersorak dan mereka segera turun dari gendongan Tito untuk bersiap siap hendak mandi. A moy mempersiapkan baju ganti sementara Tito segera membawa Binbin dan Zoe ke kamar mandi. Setelah baju ganti anak anak telah disiapkan, A moy beranjak menuju kamar A win.
"Kamu kenapa? Kok kakinya di perban?" tanya Amoy begitu sampai di kamar A win dan melihat wanita itu sudah terbaring di ranjang dengan salah satu kakinya nampak dibalut perban.
"Keseleo tadi pas sedang mandi."
"Astaga! Kok bisa? Kamu mandi sambill lompat lompatan ya?" ledek A moy, lalu dia duduk di tepi ranjang dimana A win berada.
"Enak aja! Emangnya aku anak anak!" sungut A win.
"Hahaha ... ya kali aja. Udah manggil dokter belum?"
"Belum lah, benar benar malu maluin."
"Malu maluin? Maluin maluin gimana? Orang manggil dokter kok malu maluin?" A moy menatap A win dengan tatapan heran dan penuh tanya.
"Bukan itu," bantah A win. "Tadi pas jatuh, kamu tahu nggak siapa yang nolong?"
"Siapa?"
"Yoyo."
"Hah! Kok bisa?"
A win lantas menceritakan semua kronologi kejadian lengkapnya. "Mana aku nggak pake baju lagi, gila! Mau nolak tapi aku butuh bantuan. Ya udah pasrah aja."
"Hahaha ... bilangnya malu, tapi kamu menikmatinya kan? Cih, kayak nggak tahu kamu aja, Win."
A win sontak cengengesan. "Ya nnggak rugi rugi amat sih dilihatin Yoyo, secara kalau di perhatikan, Yoyo ganteng juga, dan badannya sepertinya atletis gitu."
"Hahaha bisa aja kamu, Win. Semalam aku juga kecolongan."
"Kecolongan gimana?"
"Semalam aku kan nggak bisa tidur, aku main solo deh sambil nonton, eh Tito malah ngintip."
"Loh, kok bisa tahu?"
"Kan kamar anak anak ada cctv."
"Bukan itu, Kok dia tahu kalau kamu lagi solo."
"Sepertinya dia nggak sengaja lihat, karena yang aku lihat, dia habis dari toilet gitu."
"Oh ..." jawab A win. "Sepertinya mereka anak anak yang polos, Moy."
"Sepertinya," jawab A moy. "Dan aku rasa, sebentar lagi, Tito dan Yoyo nggak akan jadi laki laki yang polos lagi."
...@@@@@...
semangat
author bikin cerita nya nalar dikit
canda aja thoor