Gara-gara Mantan

Lima tahun kemudian...

Bukan tidak bisa, tapi sepertinya tidak mau, atau mungkin seperti sebuah trauma bagi Kanya untuk memikirkan pernikahan, bahkan hingga kini usianya yang ke 29 Kanya masih tak mau memikirkan pernikahan.

Tak peduli teman- temannya bahkan Abangnya Arga menjulukinya sebagai perawan tua, Kanya tetap tak mau menikah.

Bukan hanya sekali, Sofi memintanya untuk melakukan kencan buta, dengan pria- pria pilihannya. Mulai dari yang cuma punya tampang tampan, atau bos botak kaya raya sudah Sofi kenalkan. Tapi Kanya tetap tidak mau.

Entah yang seperti apa yang dia cari. Tapi, mau seperti apapun jika Kanya memang tak mau membuka hati, tetap saja tak bisa.

Tahun ke lima Kanya berada di bali sudah memiliki rumah sendiri. Meski kecil tapi cukup nyaman untuknya. Hanya saja itu memicu kontroversi dari orang tuanya, sebab keinginan mereka Kanya kembali ke Jakarta dan tinggal bersama mereka semakin jauh.

Bukan pergi sepenuhnya tanpa kembali, Kanya juga akan datang berkunjung beberapa kali, bahkan saat Mily melahirkan anak pertamanya Kanya datang menjenguk.

Hanya saja untuk menetap kembali, Kanya masih belum mau. Dia justru membeli rumah di Bali seolah dia tak akan kembali ke Jakarta.

"Dia ganteng, loh, Nak. Punya usaha konveksi di Bandung." Kanya memutar matanya malas saat lagi- lagi Mamanya menghubungi agar dia mau kencan buta.

"Aku masih belum mau, Ma."

"Ya ampun, Kanya. Kamu mau sampai kapan melajang terus. Kamu gak kasihan sama Mama?"

"Emang kenapa, Mama mau cucu? Kan udah punya dari Bang Arga, dan Kak Mily, sekarang malah mau punya anak kedua. Aku ini bonus buat kalian, gak usah di tambah."

"Kanya, kamu nih. Atau kamu mau yang matang dan hot? Ada juragan tanah, kamu mau jadi istri ketiga?"

Kanya membelalakan matanya. "Enak aja, emangnya aku Harum, rela di madu juragan Abi, jadi istri ketiga pula." (Promo sedikit, kali aja ada yang mau mampir, hehe)

"Kamu jangan ngomongin novel sebelah, disana pake koin soalnya. Mama tanya kamu. Mau gak?"

"Ya, gak mau lah. Mama tahu, dua istri juragan Abi gak baik sama Harum, apalagi si istri pertama julidnya minta ampun. Mama mau aku mengalami yang Harum Alami?"

"Ya terus kamu maunya yang kayak apa? Di kasih yang ganteng gak mau, duda gak mau. yang mapan juga gak mau."

"Nanti lah, Ma. Aku mau kerja nih."

"Anak ini." Sofi mendesah kecewa saat Kanya kembali menghindar.

"Ya udah ya, Ma, bye..." Kanya mematikan teleponnya, lalu menghela nafasnya. Bukan sekali dua kali Kanya memilih menghindar, bahkan saat pria yang Mamanya tawarkan rela datang ke Bali untuk menemuinya, Kanya tetap menolak.

Sebenarnya banyak pula yang mendekat padanya, bahkan tanpa harus repot di jodohkan, tapi Kanya selalu menolak dari yang cara halus hingga cara yang kasar. Tapi tetap saja mereka kembali mendekat.

Bagaimana tidak, Kanya adalah gadis cantik yang berwajah baby peace, hingga saat kini usianya menjelang kepala tiga, wajahnya tetap seperti 20 an. Belum lagi kulit putih mulus sudah seperti girl band korea, tubuh bak barbie dengan pinggang ramping dan tinggi yang ideal, jelas selalu bisa menarik perhatian para pria. Kalian tahu Yoona aktris korea sekaligus member girl band Girl' Generation meski usianya sudah 34 tapi wajahnya masih kayak abg. Anggap saja seperti itu. Maka pantas saja dia menjadi incaran.

....

Kanya meletakan tas di meja kerjanya, setelah menyapa beberapa teman kerjanya dia mulai fokus bekerja.

Lima tahun ini Kanya bekerja di sebuah perusahaan perbankan, dengan gaji yang lumayan bisa menyenangkan dirinya bahkan orang tuanya. Hingga saat ini Kanya memiliki rumah sendiri, dan sebuah motor untuk dia pergunakan bekerja. Dan rencananya tahun ini Kanya akan membeli mobil, meski harus menyicil. Harus bisa beli. Bukan apa- apa, Kanya kesal jika mulai masuk musim hujan dia pasti kehujanan jika terus menggunakan motor.

Sebelum musim penghujan ini, tabungan Kanya akan cukup untuk dp sebuah mobil. Tak perlu yang mahal dan mewah. Asalkan bisa dia gunakan dengan nyaman dia sudah sangat senang.

"Kan. Kantin?" Kanya menoleh pada teman sebelahnya, Tina, lalu melihat jam di tangannya, pukul 12: 15.

"Oke." Kanya merapikan mejanya, lalu mengikuti temannya untuk pergi ke kantin.

"Kanya duduk disini!" Kanya menoleh pada seorang pria yang melambaikan tangan padanya.

"Gak usah Pak Robi, saya sama Tina." Kanya kembali mengikuti Tina memilih beberapa menu lalu membawanya duduk di sebuah kursi.

"Pak Robi gak pernah nyerah loh, Kan. Udah tahu si Desi posesifnya minta ampun."

"Ya, dia nya juga, udah punya cewek masih aja godain aku." Kanya sampai-sampai di tuduh pelakor sama Si Desi pacarnya si Robi itu. Tapi hebatnya Si Robi tidak pernah menyerah dan terus menggodanya.

"Ya siapa suruh kamunya cantik begitu." Kanya mengibaskan rambutnya saat mendengar pujian dari Tina.

"Atau aku pakai kaca mata biar kelihatan culun?" bukan apa- apa, risi juga terus di dekati pria.

Tina tertawa, "Bukannya makin jelek, yang ada kelihatan makin seksii." Kanya mencebik. Benar juga, emang dasarnya udah cantik, mau di apain juga cantik. Bukan maksud memuji diri sendiri tapi emang begitu kata orang-orang.

Perpaduan antara Surya yang berdarah Jepang dari sananya. Bukan neneknya tapi dari buyut jangawarengnya, leluhur Surya jatuh cinta pada warga lokal, hingga muncul keturunan, keturunannya lagi dan keturunannya lagi, lahirlah Surya.

Lalu Sofi yang leluhurnya kompeni yang juga menikah dengan orang lokal hingga Sofi memiliki wajah sedikit kebulean, hanya sedikit karena memang sudah pudar termakan keturunan.

Hingga lahirlah Arga dan Kanya, cantik dan tampan. Ya, meskipun dia suka sebal pada Arga, tapi dia akui abangnya itu juga tampan, sampai si Mily terpikat karena ketampanannya.

Jadi perpaduan Jepang dan Kompeni lahirlah dia yang berwajah bak Korea. Gak nyambung kan. Tapi gak papa namanya juga cuma halu.

"Tapi, Kan. Aku penasaran, kenapa sampe sekarang kamu gak nikah? Mau apa di juluki Pertu terus?"

"Pertu?"

"Perawan Tua." Tina tertawa.

Dan kalau sudah begitu, Kanya hanya bisa menghela nafasnya berat, seolah seluruh dunia ini menimpanya. Harus ya, menikah?

"Kamu cari yang kayak gimana sih? Jangan banyak pilih, nanti justru dapat yang jelek."

Cari yang seperti apa? Kanya juga tak tahu, yang pasti dia hanya tak ingin saja.